A Romantic Story about Jimin

By layssseu

201K 19.1K 3.3K

✨ COMPLETED ✨ [PRIVATE SOME CHAP] YOONMIN! Dalam hidupnya, Impian Jimin hanyalah ingin menjadi pemuda yang bi... More

Pemberitahuan
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15A
Part 15B
Part 16A
Part 16B-END
Epilog
[work baru]

Part 9

7.3K 925 187
By layssseu

Sorry for typo(s)
-----

Soyeon sedang duduk di ruang tamu rumahnya, merenung.

Ada yang mengganjal di pikirannya, terus mengganggu. Sesuatu yang diketahuinya sejak dulu tapi di lupakannya.

Sesuatu tentang Jimin, dia merasa dia seharusnya mengetahui sesuatu tentang pemuda itu, tapi apa?

Apa itu Soyeon? Bukankah kau merasa sudah pernah mengenal pemuda itu sebelumnya? Sebelum pemuda itu bekerja di perusahaan ini? Bukankah pemuda itu terasa begitu familiar?

Dengan gelisah Soyeon berdiri, melangkah ke depan lemari putih yang terpajang rapi di ruang tamunya.

Sebenarnya dia punya firasat Jimin berhubungan dengan masa lalunya, masa lalu yang ingin dilupakannya, karena terlalu pedih untuk diingatnya.

Kenangan tentang almarhum suaminya, Jaewon.

Dengan gemetar Soyeon membuka laci lemari putih itu, lalu mengeluarkan sebuah kotak putih yang tidak pernah disentuhnya sejak dua tahun lalu.

Hati-hati dibukanya kotak itu dan dikeluarkannya isinya, sebuah map tebal berisi berkas-berkas.

Soyeon duduk, menarik napas panjang dan membuka map itu, isinya adalah kliping, potongan berita-berita tentang tragedi dua tahun lalu.

Tragedi kecelakaan beruntun di jalan tol yang menewaskan Jaewon suaminya.

Saat itu, dalam kesedihannya, Soyeon mengumpulkan semua berita yang memuat tentang tragedi itu, menjadikannya satu di dalam satu map besar, memasukkannya ke kotak, dan menyimpannya, menyimpannya bersama segenap kepedihan yang dia rasakan.

Sekarang dia membuka lagi kotak kepedihan itu, hatinya terasa nyeri, tangannya gemetar ketika membuka halaman demi halaman. Potongan artikel itu.

Sampai kemudian dia menemukan apa yang dia cari.

Gambar sosok itu persis sama, meski terlihat muda, rapuh dan remuk redam, itu Jimin yang sama, di gambar artikel itu, dia sedang menunduk mengenakan pakaian serba hitam di ruang tunggu sebuah rumah sakit,

SELURUH KELUARGA TEWAS MENJADI KORBAN TABRAKAN BERUNTUN.

Begitu judul artikel itu,

Disitu dijelaskan bagaimana Jimin kehilangan kedua orang tuanya dan ditinggalkan sebatang kara sendirian. Sedangkan tunangannya, seorang pengacara bernama Lee Taemin terbaring koma tak sadarkan diri.

Tunangan? Koma?

Soyeon membaca artikel itu dengan teliti, lalu mengamati background rumah sakit pada gambar artikel Jimin itu.

Dia tahu rumah sakit ini karena pernah praktek lapangan disana beberapa tahun lalu.

Dengan segera dia menelpon rumah sakit itu, menggunakan berbagai koneksi profesi dokternya untuk memperoleh info dari dokter- dokter yang dikenalnya, Soyeon mencari informasi sebanyak-banyaknya,

dan pada akhirnya menemukan kebenaran.

Kebenaran yang pasti akan menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Bahkan matanyapun berkaca-kaca karena terharu.

Tiba-tiba Soyeon teringat akan kata-kata Minho ketika mereka makan siang bersama tadi, mengenai rencana lelaki itu untuk memberi Jimin pelajaran. . . Malam ini. . .

Oh Tuhan!

Dengan segera, seolah tersadarkan, Soyeon segera meraih dompet dan kunci mobilnya,

Dia harus mencegah Minho melakukan apapun rencananya untuk memberi pelajaran pada Jimin!

Minho sudah salah paham, dan apapun yang dilakukan lelaki itu, dia pasti akan menyesal begitu mengetahui kenyataan yang sebenarnya.

Soyeon harus mencegahnya sebelum terlambat.

-----

Tamu penting itu akhirnya pulang juga, beres sudah, semua berjalan sesuai keinginannya.

Yoongi mengacak rambutnya kesal,

Kalau begitu kenapa dia tidak merasa lega?

Kau tahu kenapa, bisik suara hatinya,

Ah ya, aku tahu kenapa. Yoongi mengakuinya.

Jimin.

Cukup satu nama yang mewakili segalanya. Satu nama yang sedari tadi menghantui pikirannya.

Dia masih marah pada Jimin, marah besar. Tapi bahkan meskipun dia marah, dia tak ingin membuat Jimin sedih dengan kemarahannya.

Sungguh ironis.

Yoongi tersenyum sinis, menertawakan dirinya sendiri.

Tanpa terasa, pemuda itu, Jimin telah menjadi harta yang begitu berharga untuknya.

Tidak pernah dia secemas itu untuk siapapun, seperti yang dia lakukan untuk Jimin kemarin malam,

Akuilah Yoongi, kau menyayangi pemuda itu.

Suara hatinya menekannya lagi. Dan Yoongi tidak membantahnya, dia sudah terlalu lelah membantahnya.

Pemuda itu dengan sifat polos, jujur dan kekanak-kanakannya telah menyentuh sisi hatinya yang tidak pernah diijinkan tersentuh oleh siapapun.

Ah ya, Jimin pasti sudah menunggunya di ruangannya. Tamu penting yang datang mendadak ini membuatnya terpaksa menghubungi Minho agar menunggu di ruangannya kalau-kalau Jimin datang.

Membayangkan Jimin sedang menunggunya membuat Yoongi tergesa melangkah menaiki lift, menuju lantai pribadinya.

Dengan tenang dia membuka pintu ruangannya.

Pemandangan di depannya adalah pemandangan yang tidak disangkanya sekaligus pemandangan yang paling tidak disukainya.

Minho sedang berdiri menekan Jimin ke tembok, memeluknya erat-erat dan menciumnya, tubuh Jimin yang mungil tenggelam dalam pelukannya.

Ketika menyadari pintu terbuka, Minho mengangkat kepalanya, dan menatap Yoongi yang terpaku di pintu, membeku seperti batu.

"Oh, hai Yoongi," Minho tersenyum, mengusap bibirnya yang sedikit bengkak karena berciuman dengan kasar, "Aku menawar simpananmu ini dengan harga beberapa juta, dan dia bersedia menemaniku selama beberapa jam, boleh kan?"

Jimin yang masih berada dalam cengkeraman Minho menjadi pucat pasi mendengar fitnah Minho yang begitu kejam.

Yoongi tidak akan percaya kata-kata Minho kan? Yoongi tidak akan percaya kan?

Tapi ekspresi Yoongi begitu susah dibaca, lelaki itu seperti membeku.

"Dan kau tahu Yoongi, kau memang benar-benar tidak rugi," Minho menyambung, menyeringai menghina kepada Jimin, "Ciumannya lumayan WOW."

"Tidak!!" Jimin akhirnya berhasil bersuara, mencoba membantah kata-kata Minho, "Tidak—Ya Tuhan!! Yoongi!!"

Suara Jimin berubah menjadi jeritan ketika dengan secepat kilat tanpa di duga-duga, Yoongi menerjang Minho.

Menarik laki-laki itu dengan kasar dari Jimin, lalu menyarangkan pukulan keras di rahang Minho, kemudian di perutnya sampai Minho terbungkuk-bungkuk menahan sakit,

Tetapi Yoongi masih belum puas. Dia menyarangkan lagi pukulan telak bertubi-tubi ke semua bagian tubuh Minho, tanpa memberi Minho kesempatan melawan,

"Yoongi!!! Berhent!! Kumohon!! Kau bisa membunuhnya!!" Jimin berteriak panik ketika Yoongi menghajar Minho seperti kesetanan.

Dan terus menghajarnya, terus tanpa henti tidak peduli Minho sudah terkulai tanpa memberikan perlawanan. Aura membunuh memancar dari mata Yoongi, menakutkan.

"MIN YOONGI!!" Jimin menjerit sekuat tenaga, berusaha mengembalikan akal sehat lelaki itu.

Kali ini berhasil, Yoongi berhenti. Matanya nyalang, napasnya terengah-engah.

Sedangkan kondisi Minho sungguh mengenaskan, lelaki itu berbaring tak berdaya, wajahnya penuh darah, mungkin hidungnya patah. Dan sepertinya dia tidak sadarkan diri.

"Astaga."

sebuah suara tercekat yang berasal dari pintu membuat Jimin dan Yoongi menoleh bersamaan, Soyeon berdiri di sana, pucat pasi.

Seolah disadarkan, Yoongi langsung berdiri, menghampiri Jimin dengan bara kemarahan yang membuat Jimin beringsut menjauh.

Lelaki itu tidak peduli, dengan kasar dia menarik lengan Jimin, setengah menyeretnya keluar ruangan.

"Sakit Yoongi.." Jimin merintih karena perlakuan kasar Yoongi, tetapi lelaki itu tidak peduli, seolah tidak mendengar apa yang diserukan Jimin.

Soyeon berusaha menghentikan langkah Yoongi,

"Yoongi, kau harus mendengar penjelasanku, semua ini—"

"Diam!" teriakan Yoongi yang menggelegar membuat suara Soyeon tertelan kembali," Kau urus saja bajingan disana itu sebelum dia mati kehabisan darah! Dan begitu dia sadar, katakan padanya bahwa dia dipecat!"

Yoongi menggeram marah sambil menyeret Jimin menaiki lift.

meninggalkan Soyeon yang masih berdiri terpaku, bingung.

-----

"Yoongi! Semua yang Minho katakan itu bohong!" Jimin berusaha menjelaskan ketika mereka sampai di apartemen, dan lelaki itu masih menggelandangnya dengan kasar.

Tubuh Jimin dihempaskan dengan sangat kasar ke tempat tidur.

"Dia bohong Yoongi. . ." Jimin tersengal, putus asa mencoba meyakinkan Yoongi.

"Minho, dia tidak pernah berbohong padaku" jawab Yoongi datar, tangannya bergerak membuka kancing bajunya.

"Dia bohong—Percayalah." air mata mulai mengalir di sudut mata Jimin.

"Tidak ada untungnya baginya berbohong padaku."

"Ada!!" jerit Jimin, "Dia membenciku, dia ingin menyingkirkanku—"

"Wah. . . Kau pikir kau seberharga itu? Kau tidak lebih dari pelacur kecil dengan tampilan tanpa dosa. Berapa dia membayarmu untuk sebuah ciuman hah? Sepuluh juta? Dua puluh juta? Kau pikir kau bisa mendapatkan uang keuntungan dari kami berdua ya?"

"Kumohon Yoongi, kau tahu dia berbohong. . . Kumohon . . . Kumohon. . . Percayalah padaku. . ." Jimin mulai panik ketika Yoongi melepas kemejanya, "Ke—Kenapa kau melepas pakaianmu?"

Dengan takut Jimin beringsut di ranjang mencoba sejauh mungkin dari Yoongi.

"Yah. . . Aku sudah pernah bilang kan?" lelaki itu tersenyum kejam sambil mulai melepas ikat pinggangnya, tatapan matanya tak lepas dari Jimin yang meringkuk ketakutan seperti sekor mangsa yang menghadapi predator kejam.

"Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur." desis Yoongi penuh penghinaan.

-----

"Sakit.." Minho mengernyit ketika Soyeon mengusap luka di bibirnya dengan kapas.

"Kau pantas mendapatkannya" gumam Soyeon tanpa perasaan, malah semakin kasar mengusap luka itu.

Mereka baru pulang dari rumah sakit, hidung Minho patah, dan tiga tulang rusuknya retak sehinga harus ditahan dengan perban. Belum lagi lebam lebam di tubuh dan mukanya. Mata Minho sudah mulai bengkak membiru. Pukulan pukulan yang diberikan Yoongi benar-benar brutal.

"Aku hanya membantu Yoongi dengan menunjukkan padanya kalau pemuda yang di peliharanya itu cuma pelacur kecil," Minho tampak kesusahan bicara, tapi ia masih membela diri.

"Jangan sebut dia pelacur! Kau mungkin lebih kotor darinya!" potong Soyeon marah, melemparkan kapas yang di celup alkohol itu ke samping, "Kau sudah bertindak kejam dan gegabah pada Jimin. . . Astaga! Kau pasti akan menyesal begitu mengetahui semuanya!"

"Mengetahui apa?" kali ini Minho mulai cemas. Soyeon tampak begitu marah sekaligus begitu sedih. Bertahun-tahun dia mengenal Soyeon, tak pernah wanita itu tampak begitu dikuasai emosi. Kecuali pada saat pemakaman Jaewon.

"Aku mulai ketakutan," gumam Minho ketika Soyeon tidak berkata apa-apa, "Mengetahui apa, Soyeon?"

"Kebenaran tentang Jimin. ." jawab Soyeon lirih lalu mendesah seolah-olah tak mampu melanjutkan penjelasannya, "Mungkin kau harus melihat ini dulu."

Soyeon mengambil bundelan artikel itu dari kotak putihnya, membukanya dan meletakkannya di pangkuan Minho.

Begitu melihat foto yang menyertai artikel itu Minho terhenyak, dan ketika membaca judul artikel itu yang ditulis dengan huruf besar-besar, keringat dingin mengalir di dahinya.

Dan begitu selesai membaca keseluruhan artikel itu, wajahnya benar-benar pucat pasi.

"Astaga. . ." akhirnya Minho mampu berkata-kata, suaranya lemah dan diliputi shock yang mendalam.

"Ah ya, astaga." Gumam Soyeon mengejek, "sekarang kau mengerti kan kenapa aku begitu membela Jimin?"

Minho memejamkan matanya, meringis merasakan matanya yang sakit. Hidungnya sakit, bibirnya sakit, sekujur tubuhnya sakit. Tapi yang paling sakit adalah hatinya.

Penyesalan itu datang menghantamnya tanpa ampun sehingga yang bisa dilakukan Minho hanya diam dan menahankan sesak di dadanya.

Dia pantas mendapatkan ini.

"Jadi Jimin melakukan ini semua karena itu. . ." suara Minho diwarnai kesakitan, lalu dia menatap Soyeon penuh harap, berharap kalau artikel ini salah. Sebab jika artikel ini benar, apapun yang dilakukan Minho tadi benar-benar tak termaafkan, "apakah kau sudah memastikan kebenaran artikel ini?"

Soyeon menatap Minho tajam, tampak puas dengan penyesalan Minho.

"Aku sudah memastikan ke rumah sakit itu. Tunangannya, Lee Taemin masih terbaring koma disana dan belum pernah sadarkan diri sejak dua tahun yang lalu. Kemarin Taemin telah menjalani operasi ginjal—yang aku tahu biayanya amat mahal, hampir mencapai tiga ratus juta rupiah—dan sukses. Operasinya sukses, tapi lelaki itu masih belum sadar," Soyeon memalingkan wajah. Matanya tampak berkaca-kaca menahan haru.

"Aku bertanya tentang Jimin kepada dokter-dokter di rumah sakit itu, dan rupanya kisah Jimin dan Taemin seolah menjadi legenda sendiri di sana. Kisah seorang pemuda  yang menunggu tunangannya terbangun tanpa putus asa selama bertahun-tahun. . ."

Jadi karena itu. Kebenaran itu menghantam Minho dengan telak. Jadi karena itu Jimin menjual dirinya. Jadi karena itu Jimin mempunyai hutang begitu besar diperusahaan,

Minho menatap Soyeon nanar, lalu mengalihkan tatapannya lagi ke atikel di depannya, dia mengernyit,

Lee Taemin. . .

Sebuah kebenaran langsung menghantamnya sekali lagi, sangat keras dan tidak tanggung-tanggung.

“Aku mengenal tunangannya,” gumam Minho seolah kesakitan.

Soyeon langsung menatap Minho tajam.

“Kau mengenalnya?”

Minho mengangguk, lunglai.

“Dia—dia pengacara handal dan sukses dari sebuah firma hukum terkenal, reputasinya bagus, sangat jujur dan jarang kalah. . . Aku tidak begitu mengenalnya, hanya pernah beberapa kali bertemu di pengadilan, menangani kasus yang berbeda, tetapi dia terkenal sebagai pengacara muda berprospek paling cerah di antara kami. . . Aku mendengar dia akan menikah, sampai kemudian dia menghilang begitu saja setelah kecelakaan itu—ada berita cukup simpang siur setelahnya, katanya dia  kecelakaan dan kemudian cacat lalu pindah ke luar negeri, bahkan banyak gossip bilang dia sudah meninggal akibat kecelakaan itu. . . aku—aku sama sekali tidak menyangka dia masih bertahan hidup. . . Dalam kondisi koma," Minho meremas rambutnya seperti tentara kalah perang, lalu menatap Soyeon, mengernyit,

"Kau bilang kapan operasi Taemin tadi?"

"Kemarin malam," Soyeon melirik jam tangannya, sudah jam tiga pagi, "atau bisa dibilang sudah kemarin lusa?"

"Oh Tuhan!" Minho menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Oh Tuhan! Apalagi yang bisa dia katakan? Itu sebabnya malam itu Jimin menghilang tanpa kabar dan tidak bisa ditemukan dimana-mana.

Pemuda itu pasti sedang menunggui operasi tunangannya! Dan apa yang dia katakan malam itu pada Jimin? "Kau mungkin harus belajar lebih bertanggung jawab, Park Jimin!"  kata-kata yang sombong dan penuh tuduhan yang sekarang ia tahu, tak pantas ia ucapkan kepada Jimin.

"Kau benar-benar lelaki paling bodoh dan gegabah yang pernah aku kenal," dengus Soyeon, masih marah atas tindakan Minho tadi. "Jika kau belum babak belur oleh Yoongi, aku pasti akan menamparmu berkali-kali,"

Minho mengernyit mendengar ancaman Soyeon,

"Tapi kau tidak bisa begitu saja menyalahkanku, suatu hari Yoongi menghubungiku untuk mengurus kontrak jual beli tubuh Jimin senilai tiga ratus juta. Kau pikir apa yang bisa kupikirkan selain Jimin adalah pelacur?"

"Jangan sebut-sebut kata pelacur lagi Minho!" potong Soyeon tajam.

Minho bungkam lalu mengangkat bahu.

"Aku memang salah besar, tapi siapa yg tidak berpikit begitu? Yoongi sangat kaya, dan pemuda itu punya reputasi hutang besar diperusahaannya—tentu saja sebagai pengacara aku menilai ada niat jahat dari sisi Jimin," Minho mencoba membela diri lagi karena dilihatnya Soyeon masih memelototinya dengan tajam,

"Sebagai seorang pengacara kau seharusnya melakukan penyelidikan." gumam Soyeon sinis.

Minho menarik napas panjang dan mengangguk.

"Benar, aku terlalu gegabah mengambil tindakan. Sebenarnya aku sudah bertekad tidak akan ikut campur hubungan Yoongi dan Jimin, tapi malam itu, ketika Jimin menghilang tanpa kabar, Yoongi mencarinya seperti orang gila, hampir kehilangan akal sehat karena mencemaskan Jimin. Yoongi berubah karena pemuda itu, dia begitu emosional. Tidak lagi berkepala dingin dan tenang," Minho menarik napas dalam, "Aku takut Jimim makin lama akan makin membawa pengaruh buruk bagi Yoongi, maka aku memutuskan untuk membuat mereka terpisah sesegera mungkin."

“Memangnya apa yang kau lakukan tadi sampai Yoongi menghajarmu dengan begitu brutalnya?”

Wajah Minho tampak memerah malu.

“Aku menciumnya dengan paksa, melecehkan Jimin dan memastikan agar Yoongi melihat itu semua,” gumamnya pelan.

Soyeon langsung melotot marah mendengarnya.

“Apa!?”

Minho memalingkan mukanya, tidak tahan menghadapi tatapan tajam Soyeon.

“Dan aku—” kata-kata itu seolah susah payah keluar dari mulut Minho, “Dan aku. . . memfitnahnya, aku bilang Jimin mau kubayar untuk bercumbu denganku selama beberapa jam. . .”

“Oh Tuhan, Minho!!” Soyeon mengerang tak habis pikir dengan perlakukan Minho, “Pantas saja Yoongi menghajarmu habis-habisan, kalau aku ada disana waktu itu, aku pasti akan memberi semangat padanya agar menghajarmu lebih keras!"

Minho menganggukkan kepalanya,

“Aku—aku pantas menerimanya.” lelaki itu menghela napas panjang, “Tapi Soyeon. . . Setelah aku mengetahui semua kebenaran ini, dan melihat tatapan mata Yoongi ketika menyeret Jimin pulang tadi, entah kenapa aku. . . cemas.”

Wajah Soyeon mendadak pucat pasi,

“Astaga! aku hampir saja lupa, Yoongi selalu mempercayai kata-katamu!! bagaimana kalau Yoongu menyangka bahwa Jimin benar-benar menjual dirinya kepadamu? Kalau melihat betapa posesifnya Yoongi pada Jimin, aku tidak berani membayangkan betapa marahnya Yoongi! kita harus menjelaskan semua kepada Yoongi sebelum dia melakukan sesuatu yang nantinya akan dia sesali,” Soyeon langsung meraih ponselnya dan memencet nomor Yoongi.

Lama ia mencoba tanpa hasil, ahkirnya menarik napas panjang dan menyerah.

“Semua nomornya tidak aktif, kita juga tak bisa menyerbu ke apartemennya begitu saja karena ini sudah dini hari,” Dengan pasrah Soyeon meletetakkan ponselnya dipangkuannya, “Kita harus menunggu sampai besok pagi, dan jika—dan jika ternyata semuanya sudah terlambat—” Soyeon melemparkan tatapan tajam ke arah Minho yang balas menatapnya penuh rasa bersalah, “—Aku akan membuatmu membayar semua kekacauan yang telah kau buat Minho.”

Tbc

Selamat siang!♡

Target 40 komen 100 vote. . . bisa?😅
Soalnya liat sidersnya deres banget hehe

Sayang kalian para siders~💜
Vomment juseyo~

Bye

Continue Reading

You'll Also Like

353K 24.4K 46
Namja manis yg ingin hidup mandiri mencoba hal baru dengan bekerja sebagai Asisten pribadi seorang namja super tampan dan sangat dingin. #6 ff 24/7...
31K 1.6K 12
kisah seorang Yuta yang menjalani hari-harinya bersama sang kekasih Winwin, Yuta tidak ingin apa-apa selain dicintai, karena Yuta tidak pernah merasa...
22.8K 2.5K 50
Sebenarnya ini tulisan ku tahun 2020, aku draft dan belum tamat, namun akan aku selesaikan tahun ini! Berawal dari teman serumah, tumbuh benih cinta...
4.4K 495 10
Selama ini Jimin adalah pria normal da menjalin hubungan dengan wanita. Jimin bersahabat erat dengan Yoongi, Namjoon, dan Jin, dimana mereka bertiga...