"Hyung, ayo sarapan... sudah pagi hyung..." bambam masih mengetuk pintu lim mencoba membangunkannya. Sejak pulang kemarin, lim tidak ada keluar kamar membuatnya khawatir...
Tok..
Tok..
Tok..
"Hyung, ayolah... jika terus begini hyung bisa terlambat kekantor..." bambam masih mencoba mengetuk pintu kamar lim dan semakin kuat mengetuknya. Ketika hendak mendobrak pintu, ternyata pintu kamar lim baru saja dibukanya membuat bambam terjatuh...
"Apa yang kau lakukan bam..?" Tanya lim heran melihat bambam sudah tersungkur dilantai. Bambam masih meringis mengusap lengannya yang terasa sakit karna terbentur lantai
"Anni, aku khawatir hyung tidak biasanya bangun lama. Aku takut hyung terlambat ke kantor." Ucap bambam yang terlihat khawatir dengan lim. Belum lagi ia melihat lim yang keadaannya sangat kacau. Mata pandanya jelas sangat terlihat, punggungnya memerah dan wajahnya sangat tidak segar. Tidak seperti orang habus bangun tidur pada umumnya.
"Aku baik-baik saja. Sarapanlah dahulu. Aku akan turun.." ucap lim, bambam menggangguk dan langsung keluar dari kamar lim.
"Kenapa aku seperti mencium bau alkohol dikamar hyung lim..? Ahh tidak, sepertinya mustahil dia mengkonsumsinya.." monolog bambam yang masih berdiri depan pintu kamar lim, lalu ia turun menuju meja makan.
Selesai sarapan, mereka berangkat menuju tempat masing-masing. Bambam pergi menjemput rose sebelum ke kampus, sedangkan lim berangkat dengan mobilnya sendiri dan diikuti pengawalnya dimobil lainnya.
Sesampainya dikantor, ia disambut oleh para karyawannya. Namun expresi yang dipancarkannya kembali seperti dulu. Tidak ada senyuman, tatapan dingin dan memperlihatkan wajah angkuhnya. Ia menaiki lift dan langsung menuju ruangannya.
"Apa kegiatanku hari ini.?" Tanyanya pada irene.
"Pagi ini tuan akan bertemu dengan Mr. Smith, perusahaannya yang berasal dari amerika berniat menjalin kerja sama dengan perusahaan kita. Dan setelah itu ada meeting mengenai kondisi apartemen kita yang baru." Ucap irene menjelaskan pada lim...
"Dan juga ini ada beberapa file yang harus tuan cek." Ucapnya sambil memberikan setumpuk map pada lim. Ia menghela nafasnya kasar ternyata pekerjaannya hari ini cukup padat.
"Apa ada lagi.?"
"Tidak tuan. Apa ada lagi yang bisa saya bantu.?" Tanya irene dan lim hanya menggeleng.
"Kalau begitu saya permisi tuan." Ucapnya lalu pergi meninggalkan ruangan lim. Bukan malah langsung bekerja, Ia kembali melamun memikirkan jennie. Sejak melihat kejadian itu benar hatinya sangat hancur. Ia membenarkan berita tentang jennie yang sudah beredar di media.
Namun hatinya belum puas jika tak langsung mendengar penjelasan dari mulut jennie.
Lim,
Sayang, nanti malam aku ingin menemuimu. Apa kau bisa..?
Belum juga terlihat tanda-tanda jennie membalasnya. Ia menelfon irene untuk membawakannya kopi. Rasanya matanya cukup berat untuk dibuka. Ia kembali menghela nafasnya dan mulai menyelesaikan pekerjaannya.
-----------------------------------------------------------------
Sore hari, ia menyelesaikan pekerjaannya. Ia berniat untuk pulang, namun ketika ia mengecek ponselnya ada 1 pesan masuk...
My J 💛
Temui aku di restoran biasa jam 7 malam.
Ia tersenyum, biarpun pesan yang dikirim jennie terkesan ketus. Tidak ada kata sayang, rindu atau cinta seperti biasa yang dilakukan kekasihnya.
"Apa memang dia sudah tidak mencintaiku lagi..?" Tanyanya dalam hati. Ia masih mengingat dengan jelas pemandangan sial yang ia lihat tadi malam. Dan karna pemandangan itu juga yang menyebabkannya frustasi.
Sesampainya dirumah, ia merebahkan badannya diranjang. Berniat melepaskan lelahnya setelah seharian bekerja. Ia memejamkan matanya namun terlintas bayangan wajah jennie difikirannya. Ia kembali bangkit dari ranjang karna menurutnya itu sama sekali tidak membantu mengurangi lelahnya. Malah menambah lelah tepatnya diotaknya.
Ia membuka ponselnya, menatap foto kekasih tercintanya yang sedang mengerucutkan bibirnya, expresi favoritenya.
Mengusap layar ponselnya yang menampilkan foto jennie dengan jutaan pertanyaan diotaknya yang membuat matanya memerah menahan air matanya. Ia membuang ponselnya ke ranjang dan pergi membersihkan tubuhnya kekamar mandi.
-----------------------------------------------------------------
Lim POV
Aku bersiap menuju restoran yang sudah dijanjikan jennie. Aku berusaha tampil sebaik mungkin. Entah kenapa aku masih saja mengingat dia bersama pria tadi malam. Aku menaiki mobilku tanpa pengawal kali ini dan mengendarai mobilku dengan kecepatan tinggi. Aku tak ingin jennie menunggu fikirku.
Setelah beberapa menit diperjalanan, aku sampai ditempat tujuan. Kuambil hadiah untuk jennie yang kubawa dari florida kemarin. Apapun yang terjadi aku harus tetap memberikan hadiah ini fikirku.
Aku memasuki resto itu dan dia belum datang. Ya, memang saat ini masih pukul 06.50 p.m yang artinya memang masih ada 10 menit lagi menuju jam yang dia janjikan. Aku memanggil pelayan untuk pesan minuman.
"Flat white 1 dan Jus Strawberry 1.." ucapku pada pelayan yang mencatat pesananku.
"Ada lagi tuan..?" Tanyanya lagi dan aku menggeleng. Diapun pergi .
Beberapa saat kemudian aku melihatnya datang. Wajah cantiknya yang biasa aku lihat entah kenapa kali ini berbeda, aku langsung berdiri dan tersenyum padanya.
Kupeluk dia melepaskan rindu yang selama ini sudah menumpuk. Cukup lama aku memeluknya namun entah kenapa dia tidak membalas pelukanku. Sadar akan hal itu akupun melepaskannya.
"Maaf sayang.." ucapku lalu duduk kembali. Entah kenapa perasaanku sangat tidak enak, tapi aku mencoba positif thinking.
Lim POV end
Jennie yang sejak datang sudah memasang wajah datarnya. Pesanan lim datang, mereka masih diam sampai pelayan pergi.
"Kamu mau makan atau..."
"Nggak usah. Tadi udah makan.." jawabnya singkat. Lim masih heran, padahal dia merindukan jennie memanggilnya boo, sebutan sayang jennie untuk lim. Rindu jennie bermanja-manja padanya, yang biasanya gadis bermata kucing itu akan duduk dipangkuannya, atau memintanya menggendongnya, namun kali ini aura yang dikeluarkan gadisnya benar-benar horor.
Lim pun menyesap flat whitenya, lalu tersenyum kearah jennie.
"Aku mau ngasih hadiah yang kemarin sayang.." ucapnya lalu memberikan paperbag itu pada jennie.
"Harusnya nggak usah repot-repot lim. Aku nggak sedang berulang tahun." Ucap jennie ketus.
"No, buat kamu nggak ada yang repot sekalipun kamu minta sesuatu yang nggak mungkin." Ucap lim sambil tersenyum, memegang tangan jennie dan menciumnya. Jennie tersenyum tipis namun segera menjauhkan tangannya dari lim dengan lembut.
"Sebenernya ada hal yang mau aku omongin lim." Wajahnya makin serius menatap lim. Ketika lim menatap matanya balik, dia mengalihkan pandangannya kearah lain. Lim masih menunggu jennie mengatakan apa yang ingin dikatakannya.
"Mau ngomong apa sih.? Serius banget." Ucap lim mencoba agar suasana tidak tegang dengan ia tertawa kecil. Jennie mengambil nafasnya panjang sebelum ia memulai kembali omongannya.
"Apa yang akan ku katakan ini, mungkin akan membuatmu merasa sedih lim. Tapi ini demi kebaikan kita bersama. Aku yakin diluar sana akan ada seseorang yang akan mampu membuatmu lebih bahagia daripada aku. Kamu berhak untuk mendapatkan kebahagiaan itu, tapi bukan diriku. Jadi akan lebih baik jika kita menyudahi hubungan ini.." ucap jennie serius. Sementara lim masih mencerna tiap ucapan jennie. Entah kenapa ia berfikir lambat hari itu.
"Bagaimana aku bisa bahagia, sementara kebahagiaan itu ada didepan mataku sekarang. Bagaimana aku bisa bahagia jika kebahagiaan itu malah pergi meninggalkanku. Bisa kau jelaskan jennie kim.?" Ucap lim dingin sambil terus memandang mata jennie. Jennie tersentak mendengar balasan lim, apalagi lim memanggil nama lengkapnya yang menandakan bahwa pria yang didepannya ini sedang marah.
"Aku nggak bisa melanjutkan hubungan ini lim. Aku mau fokus dengan karirku dulu.." ucap jennie tanpa memandang lim.
"Kau seolah bicara bahwa hubungan ini menghalangi karirmu, lalu bagaimana hubunganmu dengan pria itu.? Apa dia tidak menghalangi karirmu..?" Ucapnya lagi dan kali ini ia sukses membuat jennie kaget.
"Maaf lim, tapi ini benar-benar tidak bisa kita lanjutkan..." ucap jennie lirih. Lim masih menatap lekat wajah jennie.
"Sejak kapan kau tidak mencintaiku lagi..?" Tanya lim. Jennie hanya diam tanpa memandang wajah lim.
"Oke. Apa kau sudah yakin dengan semuanya.? Apa kau sudah yakin dengan segala keputusanmu itu..?" Tanya lim kali ini. Jennie hanya mengangguk dan terlihat matanya mulai berkaca-kaca.
"Aku semakin bingung, kau sudah tak mencintaiku, tapi kau mengatakannya tanpa memandang mataku. Bagaimana aku yakin kalau kau tak mencintaiku lagi..?" Tanya lim lagi. Jennie mendongak memberanikan dirinya menatap wajah lim. Lim tersenyum menyeringai.
"Katakan lagi. Agar aku bisa melepasmu." Jennie masih terdiam. Air matanya tak kuasa ia tahan hingga mulai menetes perlahan.
"Aku mau kita mengakhiri hubungan kita lim. Aku sudah tidak mencintaimu." Ucapnya tegas, namun biarpun wajahnya menatap lim, tapi tatapannya tidak tepat di matanya.
"Oke sekarang apalagi ini. Kau masih belum berani menatapku, dan bahkan kau mengatakan tak mencintaiku tapi masih menggunakan liontin yang kuberi..."
Deg...
Perkataan lim benar-benar membuat jennie kaget... Air matanya semakin tak ada hentinya menetes.
"Kau tau kan kalau kuncinya masih kupegang. Bagaimana bisa ada yang membuka hatimu selain aku." Ucap lim tertawa menyeringai...
"Cukup lim. Aku tidak mau mendengar apapun lagi. Aku mau kita putus dan tidak ada hubungan apapun lagi..." ucap jennie lalu bangkit dan hendak pergi.
"Tunggu...." lim bangkit menahan tangan jennie. Jennie hanya diam dengan derai air mata yang membasahi pipinya. Lim mendudukkan jennie ke kursinya lagi dan kali ini ia duduk mendekat pada jennie.
"Baiklah. Jika memang itu maumu. Kau ingatkan, berulang kali aku bilang kalau aku tidak akan meninggalkanmu kecuali kau yang meminta... Dan sekarang tak ada alasan buatku menahanmu. Dan juga tak ada alasan buat ku kembali suatu saat nanti. Dan ini..." ucap lim terhenti lalu mengambil kalung dilehernya.
"Ini adalah kunci dari hati liontin yang selama ini kau gunakan. Pertanda bahwa hatimu sudah ku kunci. Tapi ternyata ada pria lain yang berhasil membuka hatimu tanpa kunci itu. Dan berikan itu padanya, katakan jangan sampai ada lagi yang membukanya selain dia..." ucapnya terhenti, lalu ia mengusap lembut pipi jennie, mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut kening jennie. Jennie tidak menolak, bahkan ia menutup matanya menikmati perlakuan lim.
"Maafkan aku tidak bisa menjadi apa yang kau inginkan. Aku tidak akan menampakkan wajahku lagi didepanmu jika itu membuatmu tidak fokus pada karirmu. Berbahagialah, karna aku akan pergi..." ucap lim bangkit lalu pergi meninggalkan jennie. Jennie menangis sesegukan melihat punggung lim yang semakin menjauhinya.
Tidak... Bukan ini yang dia inginkan. Yang dia inginkan adalah menikah dengan lim setelah kontraknya selesai. Lalu mereka pergi berbulan madu ke santorini, menikmati malam hanya berdua, tertawa, bercanda bersama dan melakukan hal romantis seperti dinner dipenuhi lilin dan bunga-bunga, atau menghabiskan waktu menunggu matahari terbenam dan hal lainnya yang membuatnya bahagia..
"Mianhae lim... kumohon kembalilah..." ucapnya lirih sambil menangis sesegukan. Ia menangisi kepergian lim, padahal itu adalah keinginannya. Bukan, itu bukan keinginannya. Ia dituntut melakukan hal itu.
Tak lama jisoo masuk melihat jennie sudah kacau dimeja tadi. Ternyata jennie datang bersamanya dan ia sudah menunggu dimobil sejak tadi. Ia langsung memeluk jennie mencoba menenangkan adik tercintanya.
"Hikkss... Unnie aku mau lim..." ucapnya dipelukan jisoo sambil menangis sesegukan... jisoo mengusap lembut punggung adiknya,
"Sabar jen...." ucapnya tetap memeluk jennie yang tidak henti-hentinya menangis...
"Hikss... Love you boo..."
.
.
.
.
.
.
🍓🍓🍓
Bersambung...
😭😭 Ternyata lim dan jennie tak jodoh. Gimana nih readers..?
Tetep vote and comment cerita acil yak readers tercinta... jangan marahin acil, yang minta putus itu jennie... bukan acil 😁
Selamat membaca ☻