Halo! Ace kembali lagi untuk membawa virus-virus CrackPair lainnya. Hehehe...
Mohon maaf jika Ace publish cerita ini padahal masih punya hutang cerita yang belum lunas.
Kemarin Author dengar musik yang judulnya sama dengan judul FF ini. Trus tiba-tiba aja dapat inspirasi.
Ya udah deh, langsung execute aja.
Kali ini Ace buat CrackPair
Nie MingJue x Lan Xichen
Untuk penggemar Seme Lan Xichen
Maafkan aku yak.
Lan Xichen sedang menatap makam yang memiliki tulisan ‘Nie MingJue’ pada batu yang ada di atas makam tersebut.
Pria itu meletakkan bunga bewarna merah muda di atas makam. Lan Xichen tidak tau bunga apa itu, hanya saja dia suka melihat bunga tersebut saat pertama kali melihatnya di toko bunga.
Pria itu selalu memesan bunga yang sama saat mengunjungi pemakaman. Terakhir dia baru tau jika nama bunga itu adalah Bleeding Heart, pemilik toko yang mengatakannya.
“MingJue-xiong, ini sudah satu tahun setelah kepergian mu. Aku tidak pernah kembali menuju kediaman kita sejak kejadian itu. Tapi besok aku akan kembali ke rumah kita dan akan ku hadapi semuanya.”
Lan Xichen berlutut di hadapan makam, mata nya sudah merah tapi pria itu tetap berusaha menahan air mata untuk keluar dari sana.
Dengan tangan bergetar Lan Xichen menyentuh batu bertuliskan nama pria yang beristirahat dengan tenang di bawahnya.
Hari terlihat cerah dan Lan Xichen memutuskan untuk berbaring di atas makam itu. Birunya langit seakan mengingatkan Lan Xichen dengan warna kesukaannya dulu.
Tapi sekarang pria itu tidak pernah lagi mengenakan pakaian bewarna biru yang menjadi kesukaannya.
Saat ini Lan Xichen identik dengan warna abu-abu. Pria yang dikenal memiliki senyum teduh ini juga tidak pernah lagi memberikan senyum kepada orang-orang.
Ekspresi Lan Xichen tidak ada bedanya lagi dengan sang adik, Lan WangJi.
Lan Xichen menutup mata nya sejenak dan kilas ingatan akan masa lalu masuk ke dalam pikirannya.
Flashback ON
“Xichen.” Bersamaan dengan suara itu terdengar, Lan Xichen bisa merasakan pelukan dari belakang.
“MingJue-xiong, kau sudah bangun?” Nie MingJue yang meletakkan kepalanya di pundak Lan Xichen mengangguk.
“Ini masih pagi tapi kau sudah berkutat dengan kanvas dan alat lukis ini.” Gerutu Nie MingJue.
Lan Xichen tersenyum. “Aku hanya tidak tau bagaimana cara menghabiskan waktu lagi. Kau terlalu banyak melarangku melakukan apapun.”
Nie MingJue terkekeh, menyebabkan sensasi geli pada Lan Xichen. “Aku hanya tidak ingin orang melihat milik ku.”
Lan Xichen mendengus pelan sebagai balasan, pria itu kembali mencoba fokus dengan lukisannya. Hingga sentuhan dari telapak tangan hangat benar-benar menghentikannya dari kegiatan melukis.
O-oh, Lan Xichen membuat kesalahan besar dengan hanya menggunakan jubah tidur, yang mana tidak bisa menutupi tubuh topless-nya.
“MingJue-xiong, ini masih pagi.”
“Lalu?”
“Tidak bisakah kita istirahat sejenak melakukan ‘itu’ ?”
“Kau menolak ku?”
“Tidak, kau tau kalau aku tidak akan pernah bisa menolak mu.”
Nie MingJue tersenyum miring mendengar jawaban Lan Xichen.
“Baiklah, hanya satu kali. Kumohon.” Pintanya sambil mencium pundak Lan Xichen yang sudah tidak di tutupi jubah lagi karena tangan nakal Nie MingJue sudah menurunkan jubah tidur Lan Xichen.
“Aku akan melakukannya dengan cepat, aku janji.” Kata nya sambil mengangkat Lan Xichen kedalam gendongannya.
Lan Xichen mendengus geli ketika Nie MingJue mengusap wajahnya pada leher miliknya.
‘Brak’
Gadget mahal itu sudah hancur karena di lempar Nie MingJue sekuat tenaga. Di hadapannya Lan Xichen masih dalam posisi memegang tablet, ekspresi pria itu terlihat shock.
“Xichen.”
“Berhenti!!”
Nie MingJue maju selangkah dan Lan Xichen mundur selangkah.
“Xichen, dengarkan aku. Yang kau lihat itu tidak benar.” Nie MingJue tetap berusaha mendekati Lan Xichen tapi pria itu mundur seiring langkah Nie MingJue mendekatinya.
“Sudah berapa kali aku mengatakan untuk menjauhi nya tapi kau tidak pernah mendengarkan ku.” Seru Lan Xichen.
“Sayang, hatiku hanya untukmu. Aku milikmu. Tidak peduli berjuta-juta orang di luar sana memandangku dengan tatapan memuja tapi aku akan tetap pulang kembali ke sisimu.”
“Aku tidak peduli dengan orang lain diluar sana tapi aku hanya minta agar kau menjauhi pria ini. Ini bukan pertama kali aku menerima hal seperti itu tapi sebelumnya aku mengabaikan kiriman-kiriman itu.” balas Lan Xichen.
“Lalu kenapa sekarang kau menjauhiku?” tanya Nie MingJue.
“Karena kau berbohong padaku, sekretaris mu mengatakan jika kau pergi ke Tokyo untuk berjumpa dengan mitra kerjamu. Tapi nyatanya kau tidak pergi kesana, tidak ada penerbangan atas namamu menuju Tokyo.”
Nie MingJue mengernyit sedikit. “Kau menyelediki ku?” tanya nya.
“Aku Lan Xichen, tidak ada yang tidak bisa kulakukan jika kau lupa.” Jawab pria itu.
“Aku tau. Kau Lan Xichen putra dari Qingheng Jun, salah satu pemimpin kartel terbesar. Sayang, aku tidak mungkin mengkhianati pernikahan kita.”
“Seharusnya kau memikirkan itu sejak awal.” Sinis Lan Xichen.
“Lan Xichen, apa maksudmu? Aku memang tidak pernah mengkhianati mu, sekalipun tidak pernah terpikir olehku.” Nie MingJue tidak habis pikir dengan prasangka Lan Xichen.
“Kau masih berhubungan dengan Jin Guang Yao.”
“Xichen, apa yang kau katakan. Jin Guang Yao sudah bertunangan dengan pria bernama Xue Yang. Video itu hanya rekayasa sayang.”
“Aku tidak peduli.”
“Xichen, dengar. Aku memang tidak pergi ke Tokyo saat itu, maaf telah berbohong padamu. Tapi--”
“Cukup! Tidak perlu jelaskan apa-apa lagi padaku, itu semua hanya alasan.” Lan Xichen bisa melihat tatapan kecewa di mata Nie MingJue, tapi pria itu terlalu emosi untuk mempedulikannya. Dia membuang muka, menolak menatap Nie MingJue.
“Sayang, kumohon. Ini tidak seperti yang kau pikirkan.” Tanpa disadari oleh Lan Xichen, Nie MingJue sudah mendekat kearahnya.
“Sudah cukup. Lebih baik kau pergi menemui jalang mu si Jin Guang Yao itu.”
‘Plak’
Nie MingJue menampar Lan Xichen, menyebabkan bekas telapak tangan bewarna merah tercetak jelas di pipi porselen milik Lan Xichen.
Nie MingJue menamparnya bukan karena Lan Xichen mengejek Jin Guang Yao, dia tidak peduli dengan itu.
Nie MingJue hanya ingin Lan Xichen sadar jika prasangka nya itu tidak benar sama sekali.
Tapi sesaat kemudian pria itu menyesalinya, dia menyesal karena sudah menyakiti kekasihnya itu.
“Lan Xichen, maafkan aku. Aku.. aku-”
“Nie MingJue, kau akan menyesali ini.” Sinis Lan Xichen, dia tidak pernah merasa semurka ini sebelumnya.
Dengan cepat dia pergi meninggalkan Nie MingJue yang masih shock sambil menatap tangannya. Lan Xichen sudah memacu mobilnya dan meninggalkan kediaman mereka.
Nie MingJue yang mendengar suara deru mobil menjauhi kediaman mereka langsung tersentak.
Secepat mungkin dia berlari menuju mobilnya dan mengejar Lan Xichen.
Karena sudah larut malam dan kondisi jalan sangat sepi. Tidak membutuhkan waktu lama, Nie MingJue bisa melihat mobil Lan Xichen.
Sekarang dia berada tepat di belakang Lan Xichen.
Dua kendaraan sport berbeda warna itu melaju kencang memecah kesunyian jalan.
Berkali-kali Nie MingJue menekan klakson mobil dan meminta Lan Xichen untuk menepi saat mobil mereka berdampingan.
Tapi Lan Xichen tidak mau mendengarkan Nie MingJue, dia mencoba fokus dan tidak mempedulikan suara-suara di luar.
Nie MingJue tidak tau bagaimana caranya menghentikan Lan Xichen. Hingga mata pria itu menangkap suatu benda melaju dari arah samping menuju mereka. Nie MingJue masih mencoba melihat benda itu dengan jelas, hingga akhirnya dia sadar jika itu adalah truk besar.
Bagaimana bisa kendaraan tidak memiliki lampu atau aksesoris apapun yang bisa membuat kendaraan lain melihatnya itu diberikan izin untuk keluar ke jalan. Dia bisa membahayakan pengemudi yang tidak bersalah.
Dengan brutal Nie MingJue menekan klakson mobil karena di lihatnya jika Lan Xichen tidak memiliki tanda-tanda merendahkan kecepatan mobilnya.
Tanpa pikir panjang, Nie MingJue meningkatkan kecepatan mobilnya lagi agar mendahului Lan Xichen. Tidak terima didahului, Lan Xichen melihat ke samping dan bersamaan dengan itu Lan Xichen menyadari keberadaan truk besar itu.
‘Tidak akan sempat menghindar.’ Pikirnya.
Tapi sesaat kemudian, mobil Nie MingJue menabrak sisi depan bagian kanan mobil miliknya dan membuatnya keluar dari jalur truk itu.
Sayangnya dengan menabrak mobil Lan Xichen, mobil yang dikendarai oleh Nie MingJue justru terlempar kearah truk itu. Membuat mobil miliknya menghantam truk dan terlempar ke sisi jalan.
Sadar jika dirinya yang salah, pengemudi truk itu melarikan diri dari tempat kejadian perkara dan meninggalkan dua mobil sport mewah itu di sana.
Lan Xichen keluar dari mobil nya sambil memegang bahunya yang terbentur pintu mobil.
Darah mengalir dari pipi sebelah kanan dan pelipis kiri nya karena terkena sepihan kaca. Meskipun begitu, dengan langkah tertatih dia menghampiri mobil Nie MingJue.
“MingJue.. MingJue-xiong.” Gumamnya.
Lan Xichen sudah sampai di sisi mobil Nie MingJue. Mobil itu hancur dalam keadaan mengenaskan, bahkan Lan Xichen tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Nie MingJue di dalam sana.
Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Lan Xichen mencoba untuk membuka pintu mobil itu.
Ketika berhasil, Lan Xichen langsung melihat ke dalam. Ada sedikit perasaan lega di hatinya saat melihat tubuh pria itu masih utuh.
Dada Nie MingJue terjepit stir mobil, membuat Lan Xichen kesusahan mengeluarkannya dengan kondisi dirinya sendiri pun terluka. Tapi sama seperti sebelumnya, dengan sisa tenaga yang dimiliknya Lan Xichen bisa mengeluarkan Nie MingJue.
Kepala pria itu berlumuran darah dan nafas nya tersengal. Lan Xichen langsung mengambil handphone di saku dan menghubungi ayahnya.
“Ayah, kumohon tolong aku. Aku.. kami kecelakaan dan suamiku terluka parah. Ayah, kumohon kirimkan bantuan segera.” Lirih Lan Xichen, setelahnya dia langsung menjatuhkan handphone itu dan membawa Nie MingJue kadalam pelukannya.
“MingJue-xiong, kumohon bertahanlah. Jangan tinggalkan aku seperti ini.” Isak pria itu.
Lirihan Lan Xichen berhenti ketika dia merasakan sentuhan di tangannya. Pria itu melepas pelukannya dan menemukan jika Nie MingJue membuka matanya.
“Xi.. Chen..” panggilnya.
“MingJue-xiong, bertahanlah. Kumohon.” Matanya sudah meneteskan air mata, dengan susah payah Nie MingJue mencoba mengerakkan tangannya untuk mengusap pipi Lan Xichen.
“Maaf.. Maafkan aku.. aku.. sudah menyakitimu.” Lan Xichen menggeleng dan menahan tangan Nie MingJue di pipinya.
Tidak peduli jika seluruhnya wajahnya berlumuran darah seperti keadaan Nie MingJue sekarang.
“Aku.. hanya ingin.. menyiapkan kejutan untuk mu.. Lusa adalah.. hari.. peringatan.. pernikahan kita.. bukan?” Lan Xichen mengangguk.
“Uhuk.. Uhuk.. Blerghh” Nie MingJue terbatuk dan memuntahkan darah dari mulutnya.
Lan Xichen semakin mengeratkan pegangannya pada tangan Nie MingJue.
“MingJue-xiong, jangan berbicara lagi. Kumohon jangan paksakan dirimu, sebentar lagi bantuan akan di kirim ayah untuk kita. Hiks.. bertahanlah.” Tangisan itu akhrnya pecah, Lan Xichen tidak bisa menahan kesedihan dan penyesalannya.
“Xichen.. dengar aku.” Lirih Nie MingJue.
Lan Xichen masih bisa mengendalikan dirinya sehingga pria itu berhenti menangis.
“Temui.. sekretarisku.. dia akan.. menunjukkan.. uhuk.. tempat dimana aku.. menyiapkan kejutan.. untukmu.”
“Tidak. Kita akan menuju tempat itu bersama-sama. Kau yang akan menunjukkan nya padaku.” Tolak Lan Xichen.
“Sayang, aku.. tidak bisa.”
“Kau bisa, kau pasti bisa. Jangan tinggalkan aku. Maaf aku tidak mendengarkan penjelasanmu. Nie MingJue, kumohon bertahanlah.”
“Lan Xichen, aku mencintaimu dan selamanya akan selalu seperti itu.”
“Aku juga. Aku akan terus mencintaimu bahkan.. bahkan..” Lan Xichen tidak bisa menyelesaikan kata-katanya, dia tidak sanggup, dia belum siap dan tidak akan pernah siap.
Nie MingJue tau apa yang akan dikatakan oleh Lan Xichen, jadi dia memberikan senyuman pada Lan Xichen dan setelahnya Nie MingJue terkulai lemas di pelukan Lan Xichen.
Mengetahui jika sang kekasih sudah tidak bernyawa lagi dalam pelukannya, Lan Xichen meraung penuh duka dan sesal.
Dia menyalahkan diri nya sendiri untuk kepergian Nie MingJue, bahkan ketika ambulance dan rombongan ayahnya datang. Lan Xichen tetap tidak mau melepaskan pelukannya dari tubuh Nie MingJue.
Lan WangJi mendekati sang kakak, pria dengan ekspresi datar itu hanya menepuk pelan pundak Lan Xichen lalu memeluknya. Lan Xichen menyandarkan kepalanya ke pundak sang adik dan kembali menangis.
“XiongZhang, kau harus melepaskan tubuh MingJue-gege.”
Bagaikan mantra, ucapan Lan WangJi cukup untuk membuat Lan Xichen melepaskan tubuh sang kekasih. Dengan cepat pihak medis membawa tubuh Nie MingJue.
“WangJi, aku ingin tetap berada disamping MingJue-xiong.” Lirihnya.
Lan WangJi mengangguk dan menuntun sang kakak untuk masuk ke dalam ambulance. Lagipula tubuh kakaknya juga perlu di tangani oleh medis.
Flashback Off
Lan Xichen terusik dengan daun yang sangkut di wajahnya, membuat pria itu kembali pada kesadarannya.
Ternyata hari sudah mulai sore, langit yang tadinya bewarna biru cerah sudah berganti menjadi senja.
‘Sudah saatnya kembali.’ Pikir pria itu. Lan Xichen bangkit dari posisi berbaringnya dan membersihkan pakaiannya dari rumput-rumput kering.
“MingJue-xiong, aku harus pergi. Aku akan mengunjungimu dalam waktu dekat lagi.”
Lan Xichen berjalan menuju parkiran mobilnya dan ketika dia membuka pintu mobil tersebut.
Tiba-tiba ada wanita tua datang menghampirinya dan memegang lengan Lan Xichen. Pria itu terkejut tapi tidak sampai menghempas tangan orang tua itu.
“Maaf nek, ada apa?” tanya Lan Xichen bingung.
“Kenapa kau pergi?” tanya wanita tua itu. Lan Xichen semakin kebingungan.
“Ehm, ini sudah hampir malam nek. Aku masih memiliki kegiatan lainnya.” Jawab pria itu.
Tidak menghiraukan jawaban Lan Xichen, wanita tua itu kembali bertanya lagi.
“Kenapa kau membiarkannya menunggumu?”
“Maaf, aku tidak mengerti maksudmu nek. Siapa yang nenek maksud?”
“Keajaiban. Kau sudah membiarkan keajaiban itu menunggumu terlalu lama.” Jawab wanita tua itu, sedangkan Lan Xichen benar-benar tidak tau apa yang dimaksud oleh wanita ini, dia kebingungan.
“Baiklah nek, aku akan segera pergi menemui keajaiban itu. Terima kasih sudah mengingatkanku.” Ujar Lan Xichen akhirnya.
Dengan pelan dia melepaskan pegangan wanita tua itu dari lengannya, kemudian Lan Xichen masuk ke dalam mobil dan mulai meninggalkan area pemakaman itu bersama dengan wanita tua yang melambaikan tangan ke arahnya.
Setelah mobil Lan Xichen menghilang dari balik tikungan, wanita tua itu berhenti melambai. Dia tersenyum lebar hingga menampilkan gigi kuning nya. Wanita itu berbalik dan menghilang seperti di hembus angin.
Tbc..