抖阴社区

Secret Admirer || UN1TY 脳 Sta...

By TRMirae27

18.7K 3.5K 162

"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia... More

Him
Kezia Lizina Alexandra
Ahmad Maulana Fajri
Fenly Christovel Wongjaya
Beginning
New Student (?)
Canada and Germany
Muhammad Fikih Aulia
After School
1. AUTHOR
Meet
Tent
Washington, DC.
Promise
Help
Night Sky
Let It Go
Smile
Contest
Comeback Home
Morning Time
Bookstore
Before D-Day
Birthday Party
Regret
Sibling
Change
Racing
Between Two "F"
Distance
Elang Kawah vs. Cheetah Putih
Wanna Go
Past, Present, and Future
Relationship
Judge
Bottle and Paper
Threat
Be (Care)ful
Cheating (?)
Dream or Love
Business or Feeling
6,800 Miles
Graduation Day
2. AUTHOR
UPDATE!!

Pain

691 124 4
By TRMirae27

"Aw..." Fajri meringis kesakitan saat obat merah itu tak sengaja mengenai lukanya.

"Aduh, maaf kak." Siswi tersebut tiba-tiba saja panik.

"Udah sama aku aja sini." Hana -ketua ekstrakulikuler PMR itu mengambil botol kecil tersebut dari tangan adik kelasnya.

Hana kembali meneteskan obat merah yang dia pegang ke sekitar luka Fajri. Hana mengambil sedikit kasa steril dari kotak P3K yang berisi berbagai macam obat-obatan. Dengan hati-hati, Hana menutup luka pada lutut Fajri dengan potongan kasa. Untuk sentuhan terakhir, Hana merekatkan kasa tersebut dengan sedikit plester di kedua sisinya.

"Kalau bisa, tiap enam jam sekali diganti ya kasa sterilnya." Hana tersenyum, mencetak lesung pipi di kedua pipinya.

"Oh iya, makasih." Fajri tersenyum sembari menahan sakit pada lututnya.

"Buat lebam di tangan kamu, itu sebenernya bisa hilang sendiri. Kalau mau lebih cepet sembuhnya, kompres aja sama es." Hana membereskan kotak P3K nya. Fajri mengangguk kecil. "Lain kali, kalau lagi kesel, jangan pukul lapang." Hana tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan Fajri dan Zweitson di sisi lapang. Fajri tersenyum malu.

"Mau gue mintain es batu ke kantin?" Zweitson bersiap untuk berdiri.

"Kagak perlu, Son." Fajri menahan tangan Zweitson. Zweitson kembali duduk di samping Fajri.

"Ji? Lu kagak apa-apa, kan?" Kezia menghampiri Fajri dan Zweitson yang sedari tadi duduk di bawah pohon rindang sisi lapang.

"Menurut lu?" Fajri menjawab pertanyaan tersebut dengan sedikit ketus. Kezia hanya menatap lutut Fajri yang dihiasi kasa steril dan sedikit obat merah yang tak tertutupi kasa.

"Kalau lutut lu luka gitu, lu pulangnya gimana?" Masih dengan menatap lutut Fajri, Kezia berkata pelan.

"Tenang aja, Zi. Gue tadi udah telpon kak Shella buat jemput Aji." Zweitson berdiri dari posisi duduknya. "Nyokap gue udah telpon gue dari tadi, nyuruh gue pulang. Gue titip Aji ya, Zi. Gue harus pulang duluan. Cepet sembuh, Ji." Zweitson menepuk pelan pundak Fajri sebelum akhirnya meninggalkan Kezia dan Fajri berdua di bawah pohon tersebut.

Seketika suasana pun menjadi hening. Fajri tak menghiraukan keberadaan Kezia yang berdiri di hadapannya. Sementara itu, Kezia hanya menatap kosong ke arah lutut Fajri, hingga akhirnya dia menyadari adanya lebam pada punggung tangan Fajri.

"Ji, tangan lu kenapa?" Kezia menarik tangan Fajri untuk melihat lebam itu lebih dekat. Tanpa sengaja, Kezia menyentuh lebam tersebut.

"Aw..."

"Eh, sorry sorry." Kezia melepas pegangan tangannya dan segera merogoh sesuatu di dalam ranselnya.

Kezia mengeluarkan sebuah botol minuman yang mengeluarkan butiran-butiran air di permukaannya, menandakan botol tersebut berisi air yang bersuhu cukup rendah. Kezia duduk di samping Fajri dan kembali menarik tangan Fajri yang lebam.

"Ini bukan es sih, tapi gue harap masih cukup dingin." Kezia menempatkan tangan Fajri di antara tangannya dan botol minuman tersebut.

Deg...

Fajri merasakan jantungnya berhenti berdetak sejenak, sebelum akhirnya berdegub sangat kencang. Fajri merasa waktu berhenti bergerak untuk dirinya hingga ia merasa smartphone bergetar, menandakan adanya panggilan masuk. Dengan tangan lainnya, Fajri mengangkat panggilan tersebut.

"Ha..."

"Lu di mana sih, Ji? Gue udah nunggu nih dari tadi di gerbang. Zweitson bilang, lu masih di lapang sama Kezia. Buruan sini napa. Mau pulang kagak lu?!" Suara nyaring seorang perempuan memotong sapaan Fajri. Refleks, Fajri menjauhkan smartphone dari telinganya.

"I... Iya. Aji ke sana sekarang." Secepat mungkin, Fajri menekan tombol merah pada layar smartphone. Layar tersebut kembali pada halaman utama.

"Kak Shella?" Tanya Kezia ragu. Fajri hanya mengangguk pelan.

"Ya udah, ayok." Kezia membantu Fajri berdiri.

Dengan susah payah, akhirnya Fajri dapat kembali berdiri dengan bantuan Kezia di sampingnya. Kezia menempatkan salah satu lengan Fajri di tengkuknya, sehingga posisi Fajri merangkulnya.

"Pelan aja ya." Kezia membantu Fajri berjalan menuju gerbang utama yang letaknya tak jauh dari lapang utama. "Eh, Ji." Tiba-tiba Kezia menghentikan langkahnya. Fajri menatap heran Kezia.

"Tas lu?" Kezia baru menyadari bahwa sedari tadi dia tak melihat ransel milik Fajri.

"Oh, nanti aja."

"Nanti gimana?"

"Udah, sekarang kita ke gerbang aja dulu. Nanti nyonya besar bisa ngamuk kalau kelamaan." Kezia tertawa kecil mendengar ucapan polos Fajri.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju gerbang utama. Dari jauh, sudah terlihat Shella dan Farhan -pacarnya menunggu di sisi mobil.

"Aduh, lu kenapa lagi sih, Ji?" Shella terlihat sedikit kesal melihat keadaan adik satu-satunya itu. Fajri hanya menunduk lemah.

"Udah, lu masuk mobil sekarang. Mana kunci motor lu?" Farhan memotong perkataan yang sudah ingin Shella keluarkan. Farhan berusaha menghindari terjadinya perdebatan antara kakak adik tersebut di tempat umum.

"Di tas." Ucap Fajri pelan.

"Tas lu?"

"Di kelas." Farhan mendesah pelan.

"Ya udah, lu masuk ke mobil sekarang. Motor sama tas lu biar gue yang bawa." Fajri mengangguk pelan. Dengan bantuan Kezia, Fajri masuk ke bangku belakang mobil tersebut.

"Kamu langsung anter pulang aja mereka, aku ambil dulu tas sama motornya Aji." Ucap Farhan kepada Shella.

"Emang ngerepotin mulu tuh anak." Shella mendengus kesal.

"Udah, gak apa-apa kok. Kamu jangan ajak debat dulu, kasian dia. Aku ambil motornya dulu ya." Farhan mengelus pelan pucuk kepala Shella sebelum pergi meninggalkannya masuk ke sekolah Fajri.

"Kak, Kezia duluan ya." Kezia mengagetkan Shella yang sedang memperhatikan pundak Farhan menjauh.

"Eh, kok duluan sih? Kamu ikut bareng kita aja."

"Gak usah repot-repot, kak. Kezia minta jemput Bang Shan aja." Kezia tersenyum kecil.

"Kok minta jemput Shandy? Udah bareng kita aja, ya. Lama lagi nanti kalau nunggu Shandy."

"Tapi kak..."

"Udah, masuk yuk." Shella mendorong pelan tubuh Kezia untuk masuk ke bangku belakang mobil.

Dengan terpaksa, Kezia masuk dan duduk di samping Fajri. Shella berjalan menuju bangku pengemudi. Ia pun menyalakan mesin mobil, melajukan mobilnya menjauhi area sekolah.

҉҉҉

Dua puluh lima menit perjalanan telah dilalui, mereka sampai di rumah Kezia. Shella menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah tersebut.

"Kak, makasih tumpangannya." Kezia menggunakan kembali ranselnya yang sempat dia lepas untuk mengambil sesuatu dari dalamnya.

"Santai, kyk ke siapa aja." Shella menunjukkan senyum manisnya.

"Oh iya, Ji. Ini buat lu. Jangan lupa dihabisin. Gue belinya pake duit, bukan pake daun. Semoga lu cepet sembuh ya." Kezia menaruh sebatang coklat dan sebotol minuman di tangan Fajri. "Kezia duluan ya, kak." Kezia keluar dari mobil tersebut dan menutup pintunya kembali. Kezia melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar -menunjukkan behelnya.

Detik selanjutnya, Shella kembali melajukan mobilnya menuju rumah mereka yang hanya berjarak satu blok saja.

"Lah gue kira lu pulang dianter pacar, ternyata Shella." Ucap laki-laki berusia 24 tahun tersebut saat Kezia masuk rumah. Kezia hanya melirik malas. "Cari pacar kek lu. Masa mau dianter jemput mulu sama Aji." Shandy -kakak Kezia mengacak-acak rambut adiknya itu.

"Abang aja belum punya calon, jangan nyuruh Kezia buat cari pacar mulu." Kezia merapihkan rambutnya yang sudah berantakan.

"Gue udah punya calon kok."

"Siapa? Mana? Bawa sini ke rumah." Kezia menatap Shandy menantang.

"Ya... Nanti. Gue emang udah punya calon, belum dipertemukan aja." Jawab Shandy santai.

"Dih, ya udah temui sana calonnya. Jangan ganggu Kezia mulu." Kezia pergi menuju kamarnya.

҉҉҉

"Kapan lu mau jadiin dia pacar?" Shella melirik adiknya -yang sedang menatap coklat dan botol minuman pemberian Kezia dari kaca spion mobil.

"Kagak mungkin, kak." Pandangan Fajri tak lepas dari coklat yang dia genggam.

"Kenapa?" Fajri hanya menunduk, tak menjawab pertanyaan Shella.

Continue Reading

You'll Also Like

5.4K 1.2K 25
Sebuah grup baru mendapat rating yang buruk setelah penampilan mereka dalam salah satu ajang musik dan memutuskan pindah gedung untuk ke sekian kalin...
5K 728 23
"Aji, jagain umi, kak Yessica ya, kak Ricky pamit dulu untuk pergi ke Swis" ucap Ricky berpamitan. "Iya kak, hati hati ya" jawab Fajri. "Iya ji, aj...
45.8K 4.7K 70
[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA!] Inget abis B itu C pasti abis Benci jadi Cinta awkawk 鈿狅笍 Cerita ini hanya rekayasa/bohongan jadi jangan mikir kalo c...
42.5K 5.4K 24
Sama halnya seperti semburat warna pelangi Gugusan bintang di langit dan aurora Borealis Beberapa entitas indah memang diciptakan untuk dipandang ...