Keadaan jingshi tampak tenang, meski ruangan tersebut sangat terang benderang. Dengan sebuah buku di tangannya, Wei Wuxian tiduran santai di atas dipan. Sesekali dia terkekeh-kekeh dan sesekali pula dia akan menggerutu sembari menunjuk-nunjuk buku di tangannya.
Ketika pendengarannya yang peka menangkap suara langkah kaki, Wei Wuxian segera bangkit merapikan pakaian yang dikenakan dan menyambar suibian yang sejak tadi bersandar tenang di kaki dipan. Dia menyilangkan kedua tangan di depan dada begitu melihat Wang Yibo memasuki ruangan. Melongok sebentar ke luar---memastikan Yibo datang seorang diri---sebelum menutup pintu jingshi.
"Kenapa wajahmu ditekuk begitu?"
Wei Wuxian menghampiri Yibo, masih bersedekap, dia berdiri di samping kanan Wang Yibo. Memperhatikan baik-baik wajah Wang Yibo yang sedatar tembok, persis dengan Lan Zhan di hari-hari biasa.
"Kau marah denganku?" Wei Wuxian memastikan.
Masih tidak mendapati tanggapan, Wei Wuxian pun ikut terdiam sejenak menunggu lelaki tersebut untuk berbicara lebih dulu.
Wang Yibo menoleh padanya, melayangkan tatapan aneh yang tidak biasa. "Wei Wuxian ...." Terdengar geraman yang berat, dalam dan sedikit serak dalam nada panggilan itu.
"Ah ... Yibo, jangan bilang kau mendapatkan hukuman lagi?"
Kali ini Wei Wuxian merasa tidak enak, jika sampai benar Wang Yibo mendapatkan hukuman lagi. Pasalnya, perburuan malam yang gagal kemarin bukan salah Wang Yibo. Itu memang nasib mereka kurang beruntung saja.
Namun, respons gelengan yang diberikan Wang Yibo membuat Wei Wuxian semakin bingung. Wang Yibo, dia tak mendapat hukuman, lalu kenapa wajahnya datar seperti itu? Tanyanya dalam hati.
"Hei! Katakan padaku ada apa? Kalau kau tidak cerita bagaimana aku bisa membantumu."
"Kakek tua itu ingin memenjarakan aku," lirih Wang Yibo sembari mengerucutkan bibir. Benar-benar tidak cocok dia bertingkah seperti itu, apalagi menggunakan pakaian Lan Zhan.
Kepala Wei Wuxian miring beberapa derajat, mencoba memahami apa maksud kata 'memenjarakan' yang baru saja diucapkan oleh Wang Yibo. Apakah itu ....
"Yibo! Jangan-jangan Tetua Lan Qiren ingin kau belajar lagi di ruang baca?"
Wei Wuxian menunggu respons Wang Yibo. Dia terdiam sejenak, dan setelah mendapatkan anggukan dari lelaki tersebut, binar cerah seketika hadir dalam sorot matanya. Dengan lembut Wei Wuxian menggeser tubuh, menyenggol bahu Wang Yibo sembari tersenyum mencurigakan.
"Tenang saja, aku akan menemanimu," bisiknya. Embusan napas Wei Wuxian yang menerpa daun telinga Yibo membuat lelaki tersebut menggeser tubuhnya selangkah.
"Dulu Lan Zhan juga sering menemaniku di ruang baca, ah! Lebih tepatnya dia mengawasiku yang tengah dihukum sewaktu aku masih muda. Tapi, ternyata saat itu Lan Zhan sudah berpikir melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk menghukumku karena terus menggodanya. Kau tahu? Lan Zhan---"
"Tidak," sela Yibo sembari memutar matanya malas. "Aku tidak mau tahu, itu pasti sesuatu yang mesum."
"Cih! Kau ini, tapi memang benar. Saat itu Lan Zhan memimpikan untuk menyetubuhik-mmm! Emmmmhh!"
Wang Yibo kesal. Wei Wuxian justru melanjutkan kalimatnya yang sudah jelas akan membahas sesuatu yang bisa membuat pikirannya kacau. Karena itu, dia langsung membekap mulut Wei Wuxian dengan telapak tangannya yang lebar, memiting kepala Wei Ying dan menyeretnya keluar dari jingshi menuju ruang baca.
Beberapa orang di sepanjang jalan yang melihat pemandangan langka itu, tertegun. Bahkan, ada yang sampai membuka lebar mulutnya dengan tatapan tak percaya.
"Wow! Hanguang-Jun benar-benar sudah berubah." Lan Jingyi menatap pemandangan itu sembari menggelengkan kepala ringan.
"Tidak, Hanguang-Jun tidak pernah berubah," sahut Lan Shuzui.
Lan Jingyi mengalihkan pandangan pada Shizui. "Hmmm, apa maksudnya itu, Shizui? Kau tidak lihat Hanguang-Jun bertingkah seperti beberapa tahun lalu, ketika dia mengikat tangan Senior Wei dengan pita dahi Gusu? Kali ini, justru lebih parah kurasa."
Lan Shizui menyunggingkan sudut bibirnya. "Sudahlah, kembali latihan," dia berujar lembut pada Lan Jingyi dan murid lainnya.
Senyuman masih bertahan kala atensinya masih tertuju pada kedua orang tua angkatnya. Namun, seulas tipis yang tersemat itu perlahan luntur ketika binarnya terfokus pada punggung Hanguang-Jun.
***
Wang Yibo bergerak-gerak gelisah, dari telentang hingga memiringkan tubuhnya. Rasanya malam ini dia tidak bisa tidur tenang, bayang-bayang akan senyuman seorang Xiao Zhan terus terngiang-ngiang, mengganggu pikirannya yang butuh istirahat.
Yibo ....
Suara itu begitu khas dan dia mendengarnya begitu jelas. Kelopak mata Yibo terbuka, kelambu putih yang menghiasi sekeliling ranjang tampak sedikit bergoyang. Embusan angin yang memaksa menerobos masuk melalui celah-celah ruangan mengantarkan semilir kesejukan.
Wang Yibo menoleh sejenak pada Wei Wuxian yang terlelap di sisinya. Lelaki itu tumben sekali tertidur dengan tenang, tanpa memeluk tubuhnya maupun mencari kesempatan untuk menggerayanginya.
Perlahan-lahan Wang Yibo bangkit, mendudukkan diri beberapa saat sebelum memperbaiki pakaian dalamnya dan beranjak. Wang Yibo menyambar lapisan pakaian terluar milik Lan Wangji, dia kenakan secara asal kemudian melangkah ke luar jingshi.
"Haaaah ...."
Embusan napas yang dia lontarkan begitu panjang, berharap dapat menenangkan hatinya yang tengah resah.
"Zhan Ge, apa yang sedang kau lakukan sekarang? Sudah satu bulan lamanya aku di tempat ini, apa kau tidak merindukanku?"
Angin.
Ya, anggap saja Wang Yibo tengah berbincang dengan angin yang kebetulan menemui malam sepinya.
"Jujur saja, aku tidak tahu. Aku bisa kembali dan bertemu denganmu lagi atau tidak? Aku bahkan tidak tahu di mana tempat ini. Andai saja ada jalan untukku bisa kembali, aku tidak akan menundanya lagi. Aku akan langsung menyatakan perasaanku padamu, Zhan Ge."
Seulas tipis menghiasi wajahnya. Sembari menengadah menerawang langit yang bertabur bintang, Wang Yibo berujar lirih, "Zhan Ge, aku mencintaimu ...."
Tanpa Wang Yibo sadari Wei Wuxian berdiri di belakangnya, bersandar pada pintu jingshi yang masih terbuka lebar. Wei Wuxian mendengar semuanya, kalimat terakhir yang dibisikkan Wang Yibo pada angin begitu tulus dan lembut. Tatapan sendu pun Wei Wuxian tampakkan. Dalam hatinya, ada rasa rindu yang terpendam untuk Lan Zhan yang sangat besar.
Sekelebat rasa iri timbul dalam hatinya. Dia berkata dalam diam dan memuji, betapa beruntungnya Xiao Zhan dicintai oleh sosok seperti Wang Yibo, yang begitu tulus tanpa mengharapkan balasan.
Namun, Wang Yibo adalah obat untuk Wei Wuxian saat ini. Keceriaan dan raut ekspresif yang Wang Yibo tampilkan membuatnya dapat melihat sisi lain dari sosok Lan Zhan yang biasanya tampak tenang.
Apakah boleh jika aku berharap agar Wang Yibo tetap di sini, di Gusulan, bersamaku di sisiku? Tetapi aku juga ingin Lan Zhan kembali. Bolehkah aku bersikap egois, kali ini?
Semakin Wei Wuxian menatap punggung tegap itu, semakin meluap rasa yang membuncah dalam hatinya. Dia bimbang pada awalnya.
Meski diiringi perasaan ragu, akhirnya dia melangkah menghampiri Wang Yibo. Mendekap tubuh tegap itu dari belakang, menyandarkan kepalanya di punggung lelaki yang kini menegang---Wei Wuxian dapat merasakan itu.
Wang Yibo terkejut ketika sepasang tangan melingkar di perutnya. Namun, ketika mendengar sebuah kalimat meluncur dari lelaki yang kini memeluknya. Dia hanya bisa terdiam.
"Lan Zhan ... aku merindukanmu," bisik Wei Wuxian.
Jari-jemari Wang Yibo terulur, meremas tangan Wei Ying di perutnya dan kembali menengadah, menatap sendu bulan yang bersinar terang. Sebelum membalikkan tubuhnya, membalas pelukan Wei Wuxian dengan begitu erat. Wei Wuxian berkutik membuat pelukan Wang Yibo sedikit melonggar.
Ketika dua iris yang memancarkan sorot sendu nan sayu itu bertabrakan dan saling mengunci. Entah siapa yang memulai, kedua belah birai pucat itu telah menyatu. Ketika kedua kelompok mata itu telah menutup, penyatuan dua bibir itu semakin intens. Lembut, tetapi memabukkan. Hingga, dapat membawa Wei Wuxian dan Wang Yibo serasa terbang ke awang-awang.
Ini berbeda, ciuman kali ini tidak seperti sebelumnya. Wang Yibo merasakan itu. Tidak dapat lagi mengelak, dia meraih tengkuk Wei Wuxian dan memperdalam pagutannya.
Disaksikan oleh sang penguasa malam, dua orang yang tengah merindu sosok terkasihnya masing-masing, dengan perasaan tidak menentu yang meresahkan, saling berbagi rasa. Kegelisahan dan keraguan yang sempat hinggap pun akhirnya sirna, tanpa meninggalkan sebutir sesal di jiwa.
Kepada Dewa dan kepada bumi, apakah aku bersalah jika tertarik dengan lelaki ini? Apakah aku akan dihukum jika menyukai lelaki di hadapanku ini? Apakah Lan Zhan tidak akan kembali jika aku juga menginginkan lelaki ini tetap di sini?
Wang Yibo, terima kasih atas kehadiranmu saat ini.
-----------------------------------
Zora Lin --- Juli 2020
Republish, Juli 2022
Sampai jumpa di chapter selanjutnya »»»