#Judul awal 180 degree.#
Vericha Aflyn. Perempuan yang akan menginjak usia 17 tahun, dalam beberapa bulan lagi.
Dia bukan perempuan yang haus akan popularitas, bukan pula perempuan polos.
Dia hanya perempuan biasa-biasa saja, dengan kisah yang tak biasa. Dia hanya perempuan biasa, yang mendambakan bahagia.
Orang baru dan cerita baru, menghiasi hari-harinya. Tuduhan, siksaan, dan cibiran ia dapatkan. Mampu kah dia bertahan?
Atau harus menyerah dengan keadaan?
----------
"Jangan pergi! Ini perintah, bukan permintaan!"
Icha kembali menutup matanya, membuat air mata yang tertahan di pelupuk matanya terjatuh. Dadanya semakin terasa sesak, mungkin kah dia bisa bertahan?
"H-hanya sebentar!" pinta Icha dengan lemah.
"Lo harus janji, bakalan bangun lagi!"
Setelah itu Icha hanya mengangguk, lalu bersandar di dada Isan. "Lo y-yang harus bangunin gue."
Isan mengelus rambut Icha lembut, hati Isan terasa di cubit, saat dia dapat mendengar suara nafas Icha yang teratur.
Isan meraih tangan kanan Icha, dan langsung menempelkan di dadanya. Mencoba memberi tahu Icha, tentang keadaan hatinya.
Tak berselang lama, Isan di buat terkejut. Debaran jantungnya terasa berhenti, dengan nafas yang tercekat. Tangan Icha jatuh begitu saja di pahanya, nafasnya pun terputus-putus.
Isan menggelengkan kepalanya dengan air mata yang sudah bercucuran. Dia dekap erat tubuh Icha, menahannya agar tak pergi.
Matanya menatap hamparan bintang, dan indahnya bulan. Memohon keajaiban, dan meminta kesempatan. Isan berteriak lantang, menyerukan nama Icha. Memanggilnya untuk kembali.
"ICHA!!"
(SUDAH TERBIT) PESAN DI SHOPEE LOVELYMEDIA.
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!"
Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri, mendengar perkataan itu tak lagi menimbulkan sakit meski sesekali menangis dalam diam.
"Woi cupu! Beresin nih sekalian buang sampahnya. Awas aja lo masih bisa santai disini."
"Orang kayak lo emang pantes dapet temen?"
"Makanya gak usah belagu! Dasar babu!"
Lambat laun perkataan mereka tak lagi berefek pada hatinya, apa ini? Apakah ini yang disebut mati rasa? Ternyata ... setelah mati rasa pun ia tetap merasakan pahit yang sulit dijelaskan.
Mengapa begitu banyak orang yang membencinya?
Apa salahnya?
Di mana letak kekurangannya?
"Urus diri lo sendiri!"
"Dasar manja!"
"Qi, urusan abang bukan cuma kamu. Jangan egois."
Ah, begitu. Ternyata di mata ketiga saudaranya pun ia terlihat manja dan menyusahkan. Bagaimana ini? Hatinya kini sudah pecah berkeping-keping, ia tak lagi merasakan dirinya sendiri.
Harapannya ... sungguh sederhana, semoga kelak Ayah dan ketiga saudaranya dapat kembali menyayanginya. Semoga masa SMA-nya bisa seindah cerita novel yang ia baca.
Semoga keinginan itu dapat ia rasakan sebelum ajal menjemputnya dengan paksa.
....
Warning: violence, harsh word, bullying, suicide, etc. All picture from pinterest.