Trauma itu bukan mengada ada, namun trauma itu nyata.
Dalam bayang-bayang kesengsaraan, Bumantara, seorang gadis terluka oleh stigma dan trauma, mencari cahaya dalam kegelapan hidupnya. Dipersekusi sebagai pendosa, pelacur, dan gadis murahan, dia berjuang setiap hari melawan keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
Dalam bayang-bayang sengsaranya hidup Bumantara, muncul tiga lelaki yang terus mengintai dirinya, tiga lelaki yang sama sama berusaha mendapatkan hatinya. Tentu saja dengan tujuan dan cara berbeda, yang salah satunya menghadirkan harapan dan penyembuhan dalam hidupnya yang hancur.
Rasa sakit akibat kehilangan papanya dan malam mengerikan di ulang tahunnya, ia Harsa, lelaki tangguh yang sendirinya merasakan kepedihan kehidupan, menjadi penopangnya. Harsa, lelaki hebat. Lelaki yang kerap di bully oleh warga sekolah, lelaki yang terus disiksa oleh ayah dan saudara kandungnya karena kelahirannya membuat bundanya meninggalkan mereka bertiga. Lelaki yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya, lelaki yang terus berusaha membuat keadaan menjadi lebih normal, lelaki yang tak pernah mengeluh.
Dalam kisah yang penuh perjuangan, Bumantara dan Harsa menunjukkan bahwa melalui kekuatan cinta, ada obat untuk trauma yang nyata.
Jatuh hati pada Senja itu sekaligus patah hati. Karena kita tahu Senja hadir namun sudah diatur untuk pergi.
Air mata adalah cara terindah untuk menyampaikan luka saat bibir tak sanggup lagi untuk berkata.
Hanya Senja yang tahu bagaimana cara berpamitan dengan indah.
Buat yang baca mohon untuk tidak menjadi pembaca gelap. Vote dan komentar kalian sangat berpengaruh pada semangat dan juga imajinasiku. Terima kasih untuk yang sudah bersedia mampir dan membaca karya-karyaku. Mari berteman dan berbagi semangat serta cinta walau tanpa harus bertatap mata.鈾
Nafelluve鈾