Rinzy menuangkan potongan ayam bakar dari dalam plastik ke piring. Sembari menunggu Alren mandi, gadis itu memutuskan ke warteg terdekat membelikan lauk untuk anak manja itu. Bukannya ia sangat baik, belum lagi satu potong ayam bakar sedang cukup mahal untuk kantungnya.
Tidak lupa ia mengambil dua piring untuk mereka berdua.
"Bocil, lo mandi lama banget," teriak Rinzy seraya membawa dua piring juga satu piring berisi ayam menuju ruang tamu.
Alren keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Eh, lo kasi gue handuk bekas apa gimana? Kasar banget."
"Iya, handuk bekas keset, terus gue cuci buat lo," sahut Rinzy dari ruang tamu.
Alren ternganga setengah. "Anjing! Sengaja lo bikin gue gatal-gatal?"
Terdengar Rinzy tertawa samar-samar. "Percaya amat lo. Ya, nggak lah."
Alren mengarah ke ruang tamu, menoleh gadis itu yang tengah terjongkok di atas tikar sedang. Seraya memisahkan tulang dan daging ayam itu.
"Lo makan lagi? Rakus amat."
Rinzy menengadah. "Buat si bocil ini bukan gue."
"Gue nggak mau makan, nggak higenis. Pasti banyak kuman, bakteri. Buat lo aja."
Rinzy melepas sarung tangan plastik, kemudian menarik tangan Alren terduduk di depannya.
"Lo nggak makan tadi, cuma dua sendok mana kenyang. Di sini kalau malam lo nggak bisa cari makan, kaya di rumah lo itu."
"Lo naro racun kan?"
"Makan aja, sih repot nih bocil." Rinzy bangkit berdiri menuju dapur mengambil nasi.
"Nih, cewek tau dari mana gue suka ayam bakar. Curiga gue, dia stalker."
Rinzy yang mendengar ucapan Alren terkekeh kecil. "Apa gue stalker? Ngarep banget. Emang kalo gue suka sama lo, mesti banget cari tau semuanya?" sahutnya seraya membaca tempat nasi, lantas terduduk di depan Alren.
Sepertinya gadis ini tipe yang tidak main-main dalam perkataan. Bisa-bisanya dia mengatakan suka, tepat di hadapan Alren. Bahkan ia tidak terlihat malu sedikit pun. Malah Alren yang terkejut dengan gadis itu.
"Lo nggak salting depan orang yang lo suka?"
"Salting?" Rinzy terkekeh kecil sembari menyendokkan nasi ke piring Alren. "Hm, nggak tau, sih. Kalo salting itu rasanya kaya deg degan gitu kan ya?"
"Mana gue tau. Gua biasanya bikin cewek salting karna pesona gue bak dewa."
"Untung nggak ada pulpen, kalo ada udah gue getok lo."
Rinzy sudah memulai makan, namun Alren masih menatap makanannya.
"Lo liatin nggak bakal masuk ke mulut sendiri, bocil," ujar Rinzy seraya mengunyah.
"Gue nggak mau, kalo ada racunnya gue mati nanti."
"Kalo ada obat biar bisa bikin lo cepet suka sama gue. Gue udah beli satu truk. Biar overdosis sekalian."
Alren yang tengah meraih segelas air di sebelah piringnya. Seketika terbatuk karena ucapan gadis itu.
Astaga, gadis ini benar-benar membuatnya terkejut.
Buru-buru Rinzy meletakkan piring, ia bangkit berdiri, berpindah ke Alren seraya menepuk pelan punggung laki-laki. "Lo nggak apa-apa?"
Alren menoleh pada gadis itu. "Lepas, lo sengaja biar deket sama gue?"
Rinzy menatap datar laki-laki itu, kemudian memukul punggung Alren dengan kencang.
"Awh, sakit njing!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Alreenzy [END]
Teen Fiction~ Teenfict, romance, drama ~ Rinzy diberi waktu satu bulan, menyamar sebagai murid SMA sekaligus pembantu pribadi. Ia bertugas memantau kegiatan Alren--ketua geng motor yang kerjaannya hanya balapan liar dan tawuran. Rinzy juga terpaksa berpacaran...