抖阴社区

25.

805 46 10
                                    

Sean mati-matian menahan diri untuk tidak mencabik-cabik kertas yang ada di hadapannya saat ini. Yah, pekerjaan Sean menumpuk sedangkan Maya, adiknya itu memaksanya pulang ke Jakarta dengan mendadak.

"Kak!!" Sean memijat pangkal hidungnya. Maya sepertinya kali ini benar-benar marah.

Brak!

Pintu ruangan Sean di buka dengan kasar. Menampilkan Maya yang berjalan dengan nafas yang memburu.

"Jangan sampai aku sendiri yang turun tangan buat bunuh Mbak Ana, Kak!" Desisnya menyeramkan kala sudah berada di depan Sean.

"Lakukanlah" Sean berujar dingin. Karna memang sepertinya Sean sudah lelah meladeni Maya yang tidak pernah ada habisnya.

"Kak! Perjanjiannya gak gini! Lihat sekarang, bahkan Mas Jeffrey udah luluh sama Mbak Ana!!" Maya histeris kali ini. Wanita itu tempramental rupanya. Hanya saja, ia pandai menutupi itu kala di depan Jeffrey terlebih lagi Kenan. Si bocah yang kerap kali mengundang emosi Maya untuk keluar.

"Kalo Kakak gak mau ambil tindakan, lebih baik aku susul Mama dan Papa saja" Maya ingin saja berbalik dan meninggalkan Sean sendiri jika tangannya tidak di tahan oleh Sean dengan cepat.

"Mau ngapain kamu?!" Sean menggeram. Bahkan tanpa sadar mencengkeram tangan Maya terlampau erat. Hingga membuat sang empu meringis pelan.

"Buat apa aku hidup kalo gak ada Mas Jeffrey?!! Aku cuman mau Mas Jeffrey kak!! Aku cuman mau dia ada di samping aku!!! Apa susah?!!! Ha?!!!" Maya sudah tidak bisa terkontrol saat ini.

"Mbak Ana selalu dapetin apa yang dia mau selama ini! Perhatian orang-orang, dia punya banyak temen yang care banget sama dia, nasib yang baik, bahkan dia dapetin Mas Jeffrey dengan mudahnya!!! Sedangkan aku?" Maya menjeda kalimatnya dengan tertawa sinis.

"Bertahun-tahun aku coba buat deketin dia, Kak!! Bahkan di saat aku sama dia udah nikah, hati Mas Jeffrey tetep buat Mbak Ana!!! Aku benci!! Aku benci fakta dimana Mbak Ana masih hidup!!" Wanita itu menangis setelahnya. Sean hapal dengan sikap Maya yang seperti ini. Ia belum akan berhenti jika kemauannya di turuti. Begitu sejak dulu. Mungkin ini juga salahnya yang selalu menuruti apa yang adiknya ingin kan itu. Sehingga sifat semena-mena dan ambis tumbuh mendarah daging dalam diri adiknya, Maya.

"Kakak minta kamu tenang! Kakak juga lagi susun rencananya! Kalo kamu emosi gini, terus kamu ambil keputusan yang gegabah, kamu yang bakal kalah nantinya!!!" Sean berbicara tegas agar Maya mengerti kali ini.

"Kamu mau tau? Apa yang bikin Jeffrey cinta mati sama Ana? Itu karna Ana orangnya lembut, penuh kasih sayang!"

"Jadi Kakak sekarang di pihak Mbak Ana? Kakak-

"Dengerin Kakak May!!"

Maya terkesiap seketika. Sean tidak pernah membentaknya selama ini. Ada sepercik rasa takut kali ini di dalam diri wanita itu.

"Kamu ikutin alurnya Ana. Kamu mau bunuh dia? Dengan apa? Pistol? Racun? Bukanya itu terlalu singkat?" Maya mengerenyitkan dahi. Menatap ke arah Sean dengan tatapan bingung. Sedangkan yang di tatap, hanya tertawa setelahnya.

"Bunuh batinnya dulu, baru raganya. Siksa batinnya sampe Ana hancur berkeping-keping. Kakak juga yakin kamu gak bodoh, May. Kakak percaya kamu bisa"

***

Ana menghampiri Jeffrey yang tengah kesusahan dengan barang bawaannya. Jeffrey pulang dengan banyak paper bag dan juga kantong kresek di kedua tangannya. Entahlah. Ana juga bingung apa isinya. Alih-alih bertanya Jeffrey membawa apa, ana justru langsung saja meraih beberapa barang bawaan Jeffrey. Hanya insting yang menggerakkan tubuhnya. Bisa dibilang gerakan spontanitas dari tubuh Ana kala melihat Jeffrey kesusahan.

It's Called Ethereal [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang