抖阴社区

30. Si Tukang Cubit

25.7K 2.5K 104
                                        

Alara memandangi jalanan yang ia lewati dengan sebelah tangan ia kalungkan pada perut Saka. Jalanan begitu ramai, banyak murid yang melewati dirinya dan bahkan ada yang berada di belakang dirinya, pulang dan bercanda gurau bersama teman di belakang murid itu.

Alara menatap satu motor yang kembali melewati dirinya. Di atas motor ada dua orang gadis sambil tertawa, entah apa yang tengah mereka perbincangkan, nampaknya sangat seru membuat Alara jadi ikut mengukir senyum tipis. Begitu senang dan seru kah mempunyai seorang teman?

"Kenapa aku enggak punya teman?" gumam Alara pelan dan hanya ia yang dapat mendengar ucapannya itu sendiri. Ia juga ingin memiliki teman seperti murid lainnya.

Alara merapikan rambutnya dengan sebelah tangan karena mengenai sudut matanya, tentu itu mengganggu penglihatan. Ia mengeratkan kalungan pada perut Saka. Takut jatuh.

"Kak Saka, tempat jual kucing masih jauh?" Alara bergeser dan mendekatkan wajah ke depan, agar cowok itu bisa mendengar suaranya.

Saka yang tengah fokus pada jalan mengangguk pelan. Nyatanya rumah mewah yang tempat memperjualbelikan berbagai jenis kucing lumayan jauh dari tempat mereka berada saat ini.

Saka membuka kaca helm yang menutupi wajahnya. Ia menoleh ke samping. "Kenapa? Lo capek?"

Alara menggeleng cepat. "Aku cuma nanya aja, Kak," jawabnya dan kembali mengedarkan pandangan menatap pohon yang ada di tepi jalan.

Saka manggut-manggut. Ia kembali menutup kaca helm dan fokus ke depan. Kalungan tangan Alara di perutnya membuat ia melirik sekilas ke sana.

"Andai lo inget semua, mungkin lo sekarang lagi bareng sama Al." Saka bergumam pelan dengan helaan napas yang begitu berat. Jujur, ia merasa sedikit bersalah, dipeluk oleh seorang gadis yang merupakan pacar dari sahabatnya sendiri.

Tin!

Suara klakson motor dari samping membuat Saka dan Alara langsung menoleh. Saka tersenyum tipis di balik helm kala melihat cowok yang berada di samping, berbeda dengan Alara yang langsung melebarkan mata, menatap cowok itu dengan sinis namun terselip rasa takut.

Ya, dia adalah Aldevano Hernandes. Ia melajukan motor beriringan dengan motor milik Saka, sedangkan Saga berada di belakang mereka. Bawa motor dengan wajah menoleh kanan kiri, tebar pesona pada murid sekolah yang hampir memenuhi jalanan.

Aldevano melirik seorang gadis yang berada di boncengan Saka. Ia tatap gadis itu dengan wajah semakin datar. Mulutnya jadi komat-kamit, memaki gadis itu dengan suara yang tidak terdengar di balik helm fullface yang tengah ia kenakan.

Alara memilih memalingkan wajah ke arah lain. Jika ia lihat, cowok itu semakin terlihat menyeramkan. Ia tidak ingin berdekatan dengan cowok seperti ini. Sikap kejam cowok itu membuatnya jadi bergidik ngeri.

"Kak Saka, kita tinggalin aja cowok jelek itu di sini. Kenapa dia jalan di sebelah motor Kak Saka?" Alara merengek di telinga sebelah kiri Saka.

Saka terkekeh pelan. Ia mengambil tangan gadis itu sebelah lagi dan mengalungkan ke perutnya dengan erat. "Dia gak bakal jahatin lo, kok. Jadi lo tenang aja," ujarnya.

Alara menghela napas pelan. Ia tidak ingin melihat ke arah cowok itu. Dengan mata yang ia pejamkan, ia sandarkan kepala pada punggung Saka. Dengan begitu, lebih baik daripada menatap cowok jahat yang ada di sampingnya itu.

"Gak tau diri!" maki Aldevano bergumam. Ia memelankan laju motor dan mendekat pada gadis itu, tangannya terulur mencubit keras lengan gadis itu.

Alara tersentak karena merasa sakit sekaligus perih di lengannya. Ia melepaskan rangkulan dan menggosok lengannya pelan. Ia tidak berani menoleh, melihat apa yang sudah menggigit tangannya barusan.

Alara Bianchi (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang