抖阴社区

1

619 49 10
                                        


🍁

______________

Galak sih, tapi sama aja gue suka.

____________________

Terik matahari pagi katanya menyehatkan dan baik untuk tulang, ya katanya begitu. Mungkin, 2 tahun belakangan Vito suka ada di dalam posisi seperti ini, dimana dia harus berdiri di tengah lapangan sekolah seraya menatap sang langit seolah menantang. Ah, tepatnya semenjak satu gadis ia dengar menjabat sebagai anggota OSIS sekolahnya. Berantakan — bukan satu hal yang seharusnya banyak orang herankan, sebab satu sekolah dengan tittle sekolah terbaik di Jakarta, yaitu ; Academy Jakarta ini siapa yang tak mengenal Vito Adhyaksa? Si pembuat onar, dengan kesan yang menyebalkan dan berantakan dari segi manapun. Akan sangat heran jika tiba-tiba Vito akan berubah menjadi sangat rapih sepertinya. Lagi, pemandangan seperti ini sepertinya sudah makanan sehari-hari bagi siswa-siswi yang berlalu-lalang silih berganti melintasi koridor sekolah.

Kepalanya menoleh bersamaan dengan suara sepatu yang bersahutan dengan lantai cukup keras. Senyum nya merekah cukup lebar, seperti — ini lah puncak yang selalu dirinya tunggu di tengah momen dirinya di hukum.

Hembusan nafas gadis itu terbuang begitu saja kala matanya harus berhadapan dengan sosok yang barangkali sudah sangat muak untuk dilihat oleh nya. Laki-laki dengan lebel 'jagoan,' di mata nya malah terkesan sangat berantakan, sungguh. Dia — Alvito Adrian Adhyaksa yang Chika tau adalah anak kelas 12 yang cukup banyak membuat masalah di sekolah ini, ah, bahkan ketika untuk pertama kalinya dia mengenal Vito dua tahun yang lalu sepertinya tak ada kesan baik yang Chika tau. Dan ya segala tingkah yang Vito perlihatkan pada Chika itu rasanya sangat cukup untuk bekal Chika terhadap Vito. Satu kata yang sudah membuat nya enggan mengenal lebih jauh soal Vito, kakak kelasnya yang cukup rebel ini, yaitu ; masalah.

Sebab, bagi Chika lelaki ini tak lebih dari kata merepotkan dari segala masalah yang sengaja dia buat entah dengan benefit apa yang Vito dapatkan. Terkadang Chika pun merasa heran dengan lelaki di hadapan nya sekarang ini. Dan ya itu berlaku untuk nya selama Vito masih sekolah di Academy Jakarta ini dan masih melibatkan dirinya dari segala permasalahan yang dibuat oleh seorang Vito. "Hai Chik, selamat pagi." Sapa Vito hangat.

"Ah ya Chika, lo tau enggak kenapa sekarang cerah banget? Katanya sih yang gue denger bumi ini lagi mau bersaing sama lo, konteks saingannya itu siapa ciptaan Tuhan paling indah. Tapi sebenarnya gue enggak peduli sih, mau siapa yang paling indah, soalnya gue tetap bakal mihak ke lo. Karena lo itu udah di batas sempurna. Jadi — bagi gue lo pemenangnya." Ucap Vito dengan senyuman lebar khasnya membuat Chika memutar bola matanya malas. Ketahuilah, sungguh klasik apa yang diucapkan Vito ini, mungkin jika saja yang berdiri bukan Chika, mungkin akan terbuai dengan omong kosong itu, tapi bukan Chika. Yap, kali ini sungguhan ingin sekali Chika memuntahkan sarapannya pagi ini dihadapan Vito.

Sekali lagi Chika menghembuskan nafasnya, ia memijat pangkal hidung nya yang entah mengapa mendadak terasa begitu pening jika harus berhadapan dengan Vito, bahkan telinganya pun mendadak terasa begitu pengang setelah mendengar deretan kalimat yang Vito utarakan. "Norak tau enggak sih, jangan sama gue kalau mau gombal enggak jelas gitu." Tuturnya. Hah — selalu harus dia yang berhadapan dengan seorang Vito, jika saja semua kaum hawa di sekolah ini mengatakan bahwa ; Chika adalah perempuan beruntung bisa ada bersama Vito, bertemu Vito dan bahkan mendapatkan atensi penuh dari Vito — si pembuat onar yang selalu diagung-agungkan hanya karena tampangnya yang tampan setiap hari. Tetapi, sebenarnya bagi Chika ini adalah sebuah malapetaka yang suram, sungguh.

I Want To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang