🍁
Kesan ; begini aja bahagia.
_________________
"Hai"
Gadis penyuka hewan melata itu tersentak kaget dengan kehadiran Febian yang tiba-tiba sudah berdiri di samping nya seraya memamerkan senyum tipis seperti biasanya. "Hai juga kak." Tak banyak bicara, keduanya hanya sama-sama terdiam dalam pijakan nya masing-masing. Ah, tepatnya Febian yang menjelma menjadi pengamat yang baik bersama Dey. Tangannya ikut terulur ketika Dey — gadis dengan julukan ratu ulat itu tak mampu menggapai buku yang ada di rak atas karena tubuhnya yang mungil. "Thank you kak." Febian mengangguk, ia mengikuti langkah Dey juga mengambil duduk tepat di hadapan Dey.
Lagi-lagi tak ada yang keluar dari mulut Febian kecuali pandangan matanya yang tak pernah memusat ke objek lain. Dey barangkali kini mulai mempertanyakan apalagi yang di maksud oleh Febian sekarang. Ya, bersama dengan pemilik nama belakang Adhyaksa yang satu ini Dey seperti tengah bermain teka-teki, sebab — dia harus paham dengan cara bagaimana Febian berinteraksi dengan manusia. Hah, pada akhirnya Dey jengah juga, ia menutup bukunya dan berhasil membuat Febian mengernyitkan dahinya bingung. "Udahan bacanya?" Dey menutup matanya sebentar sebelum pada akhirnya membiarkan kedua matanya saling bertumpang tindih. "Kak Febian ngapain diem liatin aku?"
"Emang enggak boleh?"
"Bukan gitu, tapi — ah yaudah deh."
"Kalau enggak nyaman saya pergi." Dey mengangkat kepalanya ketika Febian mulai beranjak dari duduknya. "Eh kak, maksud aku bukan gitu, aku cuma heran aja kenapa kamu duduk diem liatin aku gitu, itu aja." Febian tersenyum seraya mengangguk.
"Cuma pengen liat aja. Anyways, ada waktu kosong minggu ini?"
"Ada."
"Baik."
"Hah, maksudnya gimana?"
"Saya bakal minta waktu kosong mu nanti. Bye Dey." Febian menarik tungkainya dari hadapan Dey. Sungguh bukan pertama kalinya Dey dibuat bingung oleh tingkah Febian yang selalu saja datang dan pergi meninggalkan beberapa pertanyaan dalam otaknya. Dey mendengus malas, "Tau deh, jadi gue yang pusing." Gumam nya, pada akhirnya Dey pun memutuskan beranjak dari perpustakaan. Sungguh, moodnya mulai berantakan hanya karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh otaknya sendiri.
Soal Febian?
Entahlah, laki-laki itu benar-benar konsisten membuat Dey penasaran dengan segala tingkah lakunya.
_______________Bau lembaran buku terasa begitu menenangkan, Febian menatap lekat wajah samping Dey yang begitu fokus dengan buku bacaannya. Ah, rasanya kencan ini bukan satu hal yang buruk bagi Febian. Kencan? Ya, anggaplah begitu. Masih ingat dengan waktu kosong? Ya — pada akhirnya Febian benar-benar menagihnya dan syukur Dey mengiyakan ajakannya yang kaku, dan di sini lah keduanya sekarang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Febian benar-benar kaku dalam hal apapun, bahkan kini keduanya hanya berdiam duduk dengan buku ditangan masing-masing tanpa banyak basa-basi setelah hampir satu jam bersama. Yap, perpustakaan nasional RI, di sinilah mereka dengan segala keromantisannya dengan buku yang ada di tangan keduanya, hening yang menjadi ruang benar-benar cukup membuat drama baru di dalam hidup Febian, yaitu ; ada bersama dengan Dey — gadis yang tanpa banyak Febian jelaskan bahwa dia menyukai nya.
