抖阴社区

8. Maybe

1.5K 145 24
                                        

Laura berulang kali mengecek ponselnya. Barangkali ada notifikasi dari Haibe yang muncul di layarnya. Ini sudah satu minggu sejak sesi wawancara berakhir, tetapi belum ada kabar selanjutnya dari agensi sang kekasih.

Sementara itu, saat ini Giyoon tengah berbaring di paha mulus sang gadis sembari memasukan bulir tangerine ke dalam mulutnya, bahkan ini sudah dua kantung jeruk yang dihabiskannya.

"Yoon, apa aku tidak lolos, ya?" ucap Laura pesimis.

"Mungkin masih proses, Sayang. Ditunggu saja," Entah sejak kapan panggilan sayang itu resmi dilontarkan. Yang jelas, kalimat itu mengalir begitu saja. "Um, nanti kalau kau sudah menjadi Noona staf, kau tidak boleh dekat-dekat dengan member lain, ya. Apalagi Teyung. Dia menyukaimu. Pokoknya, hindarilah semua pria yang berpotensi menyukaimu," katanya dengan posesif.

"Hm," balas Laura singkat dan masih sibuk memainkan ponsel.

"Aku serius, Sayang."

"Iya, Yoon."

"Jangan iya-iya saja, Sayang. Lihat aku kalau aku sedang bicara padamu," titah Giyoon serius.

"Mianhae," jawab Laura.

Giyoon tiba-tiba duduk dari posisinya. "Um, kalau boleh jujur, aku merasa kau masih biasa saja padaku. Apa kau sudah merasa bosan atau memang dulu kau hanya terpaksa menerimaku?" tanyanya.

Entah dari mana datangnya angin panas tersebut menyambar Giyoon hingga pikirannya sedikit melalang buana semenjak kejadian di agensi yang mana Teyung mengatakan secara terang-terangan telah jatuh cinta pada kekasihnya. Bahkan kemarin pria yang sudah dianggapnya seperti adik itu sampai bertanya pada staf lain tentang kandidat pelamar.

Hal tersebut yang akhirnya mendasari perasaan Giyoon kian gusar dan tergulung api cemburu setiap waktu. Ia menjadi sedikit serakah dan mulai gila perhatian. Pikirannya benar-benar terganggu, ditambah intensitas bersama dengan Laura saat ini sedikit berkurang karena ia teramat sibuk dengan persiapan konser.

Setiap pulang kerja, sejujurnya ia ingin sesekali dimanja-manja oleh gadisnya, tetapi gadis itu hanya menyambut seperlunya dan melakukan semua yang dititahkan tanpa ada inisiatif untuk menyambut hangat atau mungkin bergelayut manja. Ia juga ingin gadisnya seperti gadis kebanyakan. Ia ingin Laura sedikit menunjukkan bahwa dirinya mencintai Giyoon.

Laura menatap Giyoon lekat. "Apa maksudmu bicara seperti itu, Yoon? Tidak cukupkah kau hampir satu jam tidur di pangkuanku? Kita berciuman, bahkan kita melakukan hubungan seks. Kenapa kau masih berpikir jika aku terpaksa menerimamu?" tanyanya yang jelas sekali terlihat marah sebab ia sama sekali tidak merasa terpaksa menerima Giyoon.

Mungkin, Giyoon hanya tidak tahu jika Laura bukan tipe wanita yang ekspresif. Dapat dikatakan jika ia terlalu kaku, tetapi mau bagaimana lagi, bukan? Memang itulah karakter dirinya.

"Aku melihat selama kita menjalin hubungan dua minggu ini, rasanya hanya aku yang memberimu banyak perhatian. Maksudnya, aku ingin kau juga manja padaku, Laura. Merengek meminta sesuatu seperti gadis lain pada kekasihnya," ungkap Giyoon dengan jujur.

Laura menghela napas. "Well, inilah yang aku takutkan sedari awal, Yoon. Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak seperti gadis lain. Aku tidak bisa kalau kau menuntutku harus manja padamu, atau mungkin menghabiskan uangmu, apalagi sampai merengek meminta dibelikan barang mewah seperti gadis lain yang memiliki pacar kaya raya sepertimu. Aku tidak bisa seperti mereka, Yoon," katanya dengan tatapan lurus pada pria itu. "Aku menghargai hubungan kita, tetapi aku belum bisa seperti yang kau mau. Atau justru kau yang sebenarnya sudah bosan padaku, Yoon? Katakan saja, atau kau mau kita p—"

"Maafkan aku sudah melukai perasaanmu," sela Giyoon sebelum sampai Laura mengatakan kalimat selanjutnya. Pria itu tiba-tiba memeluknya dengan erat. Ia merasa menyesali ucapannya. "Aku tidak bermaksud demikian, Sayang. Maaf, mungkin aku hanya lelah."

SUBMISSIVE [TERBIT ?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang