[ SEMUA CHAPTER MASIH LENGKAP ]
Lilith menemukan guilty pleasure barunya tepat setelah menjalani malam panas penuh penghakiman bersama seorang kongklomerat yang seksi dan memabukkan. Sebelumnya ia bersumpah bahwa tidak akan pernah menjalin ikatan de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
hai, lovre! apakabar?
bipbipbip, ga kerasaNCWPsudahmautamatnih. mungkinpertengahanatauakhir juli.
dan ga kerasajuga, besok pre-order NCWPsudahdibukaloh! penasarangimana cara ikut pre-order dan ada paketapaaja? cus ke instagram beeverse_. disana ada penjelasandetailnya.
oh iya, merchandise-nyagemoy-gemoybanget. yakin ga mauikut pre-order? 🤭
di chapter ini, banyak hal yang akan terkuak. semogakalianbisamendapatkanpesantersiratnya, ya.
lalu mari kitabuat praying circle agarkisahiniberakhirindah.
challenges: 8k views, 2k votes, 2k comments.
happy reading, lovre!
.
Hawa dingin rumah sakit terasa membelenggu setiap jengkal lapisan epidermis kulitku, bersatu padu dengan perasaan takut dan khawatir yang tengah menyiksa batinku.
Tepat di depanku berdiri kokoh pintu yang tertutup rapat, membatasi antara aku dan Jeon yang masih berada dalam kondisi kritis. Rasanya aku ingin segera menjebloskan diri ke dalam ruangan itu, tetapi salah satu perawat mengatakan kepada kami bahwa hanya boleh maksimal dua orang yang masuk. Sementara di dalam sana masih terdapat Ji-hye dan Kyung Mi.
Aku terisak pelan, air mataku sudah menitik sejak sepuluh menit yang lalu, tepatnya ketika baru menginjakkan kaki di atas ubin putih rumah sakit ini. Sungguh tak pernah terbesit di pikiranku jika Jeon akan melakukan hal segila ini-mengakhiri hidupnya secara tiba-tiba. Kupikir setelah perbincangan kami di pantai, ia akan mengintropeksi diri dan belajar melupakanku secara perlahan, sama seperti yang akan kulakukan. Namun kenapa menjadi seperti ini? Tidakkah dia tahu bahwa hidupnya lebih berharga daripada apapun?
"Jeon overdosis obat tidur ...." Suara pelan yang keluar dari bukaan bibir Seokjin mengartikan dengan jelas seberapa terpukulnya ia dengan kejadian ini. Wajahnya terlihat penuh nestapa, di pelupuk matanya telah dipenuhi oleh air mata.