VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasihㅡ Selamat Membaca ㅡ
🌙🌙🌙
Motor yang kami kendarai berhenti tepat di sebuah rumah besar berlantai dua. Aku turun dan melepaskan kaitan helm. Tatapanku masih terpaku pada rumah itu meski tanganku tengah menyerahkan helm kepada Alfa.
Rumah itu bercat warna putih dan memiliki garasi besar di sampingnya. Ada belasan motor berjejer rapi yang semuanya berwarna hitam, sontak aku melirik motor Alfa yang ternyata berwarna hitam juga.
"Kenapa?" tanya Alfa.
Aku mendongak, "Nggak."
"Rumah siapa?" tanyaku yang penasaran.
Dia turun dari motornya. "Nanti kamu tau," jawabnya lalu menuntun motornya ke garasi. Mau tak mau aku mengikutinya karena aku tidak tau dan tidak kenal siapapun kecuali Alfa.
"Masuk sekarang?" Aku mengangguk setuju. Tanganku refleks memegangi ujung jaket milik Alfa saat berjalan. Padahal aku belum memasuki rumah itu, tetapi aku sudah takut terlebih dahulu.
Tiba-tiba saja tanganku digenggam oleh Alfa. Kepalaku terangkat dan melihat dia tengah melempar senyum kepadaku. "Gini aja," ucapnya sambil mengangkat tautan tangan kami.
Yang bisa aku lakukan hanyalah menganggukkan kepala patuh. Jika Alfa terus berada di sampingku, aku akan aman, bukan?
"Gak usah takut, Lun. Mereka gak jahat."
Aku meliriknya sinis, "Diem."
Dia terkekeh geli lalu menarikku masuk ke dalam rumah itu. Bayanganku tentang anak motor yang jahat, garang, dan sangar langsung tergambar jelas di pikiranku. Aku gugup bukan main. Bahkan saking gugupnya, aku sampai menggigit bibir bawahku.
"Pulang aja, Al," cicitku.
"Kok pulang? Kan udah sampe sini, Lun."
"Ya, tapㅡ"
"KAI!"
Perkataanku mendadak terpotong karena panggilan seseorang. Aku melihat seorang laki-laki berdiri di depan sana sambil melambaikan tangan kanannya.
Kai siapa?
"Yoi," balas Alfa. "Mau ke mana lo?"
Kok Alfa yang jawab? Kai itu ... Alfa?
"Biasalah. Cari jajan buat anak-anak."
Aku melirik Alfa dan laki-laki itu secara bergantian. Ketika laki-laki tersebut mendekat, aku menyembunyikan tubuhku di belakang Alfa. Sebenarnya penampilan laki-laki itu sama seperti orang normal pada umumnya, tidak menyeramkan sama sekali. Namun aku harus tetap waspada.
"Jadi ini, Kai?" tanya laki-laki itu saat sudah berhenti di depan kami.
Alfa melirikku sekilas lalu mengangguk. Aku pun tidak tau dia mengangguk untuk hal apa. Laki-laki itu memukul dada Alfa, "Bisa aja lo nyarinya."
"Oh, sampe lupa. Kenalin, gue Sadewa," ujarnya seraya mengulurkan tangannya kepadaku.
Aku melirik Alfa dan dia mengangguk. Aku hendak menyambut uluran tangannya, namun suara Alfa lebih dulu menghentikanku.
"Tos aja. Jangan digandeng tangannya."
"Tos?" beoku.
"Iya, kayak gini," sahut Alfa sembari mengepalkan tangannya untuk memberikan contoh kepadaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
???? ( ??? )
Short Story[ ????? ?????? ???? ??????? ??????? ] ???? ??? ???? ?????? ?????????? ?? ????? ????? ?????????? ????? ???? ??? ?????? ???? ???? ????.? ?????...