Tentu saja ia segera dengan cepat menarik tangannya, ia tidak nyaman. Ia masih muda dan bodoh, jadi tidak sepatutnya mendapat perlakuan seperti itu. Tapi tetap saja mereka menghormatinya secara berlebih.
Apakah dampak menjadi seorang Gus sebesar ini? Sungguh ini jauh dari kehidupan muda Jason. Awalnya ia masih benar-benar takut, kikuk, tidak nyaman. Bukan hanya pesantren Kyai yang diundang, namun ada beberapa yang lain. Jason kaget bahkan ada Gus kecil seusia keponakannya disalimi oleh seorang ustadz. Astaga, apa itu tidak berlebihan.
"Abi, apa mereka tidak berlebihan?" Tanya Jason yang duduk disamping Kyai.
"Ya seperti itu Nak Jason. Dalam Islam, adap itu lebih tinggi dari ilmu. Mungkin terlihat berlebihan dimata orang lain," balas Kyai dengan sabar.
Jason bingung, entahlah, berada disini saja ia bingung. Lebih baik ia perhatikan sekitar. Tapi matanya masih tertuju pada Gus pesantren lain itu. Jujur ia sangat muda dan disalimi oleh ulama yang jauh lebih dewasa.
'Aku bingung dengan ini semua, di perusahaan CEO muda saja sangat diragukan walau calon penerus keluarga. Tapi disini, malah diagungkan. Aneh!' Batin Jason kebingungan.
Namun, ia melihat Gus kecil itu juga membalas salim dari orang dewasa. Membalas mencium kembali tangannya.
'Apa seperti itu cara kerjanya? Auah! Lebih baik dengerin ceramaah. Ayo Jas, move on ke diri yang lebih baik,' batin Jason yang masih berkomentar.
Setelah acara pengajian tersebut Jason benar-benar tau jika rasa hormat pada orang berilmu dalam Islam sungguh tinggi. Ia masih bingung harus membalas apa para ulama disana. Ia hanya memilih diam, walaupun diam, ia tetap saja dihormati. Kan? Status sosial dalam Islam ketika menjadi seorang Gus itu sangat tinggi.
Seingatnya, ia terkenal dikalangan luar pesantren namun masih dalam lingkup keagamaan sebagai sosok pengusaha. Ia juga dikenal oleh para pemuka agama sebagai hafiz Qur'an tercepat dan intinya yang baik-baik.
Padahal mereka tidak taunya saja Gus ini mantannya berandalan.
Dengan seiringnya waktu Jason dapat beradaptasi. Ia juga merasa lebih baik, ternyata Islam memperlakukan para guru dengan sangat baik. Ia mengatakan seperti itu seolah seorang mualaf, padahal Islam dari lahir.
Yah, apalah Jason yang Islam KTP. Diusia 18 tahun baru belajar sholat dan baru belajar mengaji diusia 28 tahun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Assalamualaikum Bi," suara remaja membuat Jason menoleh. Ternyata itu kedua putranya.
"Waalaikumussalam, tumben kalian datang?" Tanya Jason bingung.
Ia melihat dua putranya yang sudah dewasa itu. Bahkan tinggi mereka hampir menyamainya.
"Ingin mengajak Zeva bermain, dia sudah pulangkan Bi?" Tanya Revaz dan Jason mengangguk.
"Didalam," balas Jason kemudian Brian segera masuk namun Revaz masih setia diposisinya.
"Ada apa?" Tanya Jason pada putra sulungnya.
Bagi Jason, menatap Revaz itu sama dengan bercermin pada dirinya dimasa lalu. Remaja berusia delapan belas tahun itu sungguh bak copyannya.
"Bi, setelah ini boleh aku melanjutkan study diluar pesantren?" Tanya Revaz dengan ekspresi seriusnya.
"Kamu mau kuliah dimana?" Tanya Jason paham.
"Dimanapun, asal diluar pesantren," balas Revaz dan Jason mengangguk.
"Sebenarnya Abi ingin membicarakan persoalan ini dengan kamu. Sepertinya pemikiran kita sama," balas Jason santai.
"Abi juga berpikiran sepertiku?" Tanya Revaz kaget dan Jason mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Gus
General Fiction-END- [JANGAN LUPA FOLLOW, TERIMA KASIH] Menjadi Gus dalam waktu tiga bulan? Terdengar sangat mustahil. Namun ingat, tidak ada kata mustahil di dunia jika Allah sudah berkehendak. Reinaldo Jason Candra, CEO Perusahaan manufaktur sektor furniture ter...
Chapter 55 END
Mulai dari awal