"Hari ini aku senggang.""Terus? Ini udah ketujuh kalinya kamu ngomong gitu,"
Halilintar menghela napas, dari awal juga dirinya tau jikalau percuma saja bermain kode dengan sang Istri, karena pada akhirnya Istrinya ini tak akan paham apa maksudnya.
"Itu ... Kamu ... Gak mau jalan gitu?"
[Name] yang tadinya sedang sibuk dengan dunianya menoleh, tanpa tahu jikalau wajah tampan suaminya itu sudah merah padam.
"Jadi dari pagi kamu ngomong 'aku senggang, aku senggang' itu maksudnya ngajak jalan?"
"... Iya."
Wanita itu tertawa geli, tak habis pikir dengan kelakuan sang suami.
"Jangan ketawa, [Name]. Aku cuma gatau mau gimana bilangnya!"
Halilintar salah tingkah, ia malu karena tak bisa mengatakannya secara langsung kepada istri sahnya. Beruntung wajah merahnya itu tak bisa dilihat oleh sang istri, kalau tidak, habis sudah ... Dirinya semakin digoda dan ditertawakan.
Eh, bukan maksud Halilintar gitu tapi ya!
"[Name]...."
"Hahaha! Maaf Hali, aku ngerasa cara kamu ngajak itu lucu aja."
[Name] mendekatkan jaraknya dengan Halilintar, ia meraih tangan kiri pria itu dan menggenggamnya erat.
"Jadi ... kita mau pergi kemana, Bapak Halilintar Yang Terhormat?"
"[Name], saranku kamu jauh-jauh dari Blaze. Ini efek temenan sama Blaze, kan?"
Bukannya menjawab, Halilintar malah balik bertanya dengan membawa nama adik ketiganya.
"Loh, loh! Gak bisa gitu dong, Li. Kita itu gak boleh dan gak bisa dipisahin! Soalnya kita bestie dari jaman kuliah :("
Halilintar memang tahu hubungan Blaze dan [Name] itu sangat dekat dari saat kuliah, bahkan [Name] menjadi makcomblang untuk Blaze dan istrinya. Mereka bisa nikah karena dicomblangin sama [Name].
Udah deket banget pokoknya, bahkan Blaze tahu banyak tentang [Name] dibanding dirinya. Sampai sekarang, mereka masih dekat walau sedikit menjaga jarak karena masing-masing sudah memiliki pasangan hidup.
Halilintar atau istrinya Blaze pun tak pernah mempermasalahkan hubungan bestie mereka berdua, toh mereka gak ada rasa satu sama lain.
... Walau sebenarnya Halilintar sedikit cemburu—bukan sedikit, tapi 'agak' mendekati 'banget'.
"Kamu milih Blaze atau aku??"
"Pilih Gempa, lah! Dia masih single, pinter masak, auranya udah kayak siap nikah banget lagi, aduh, beruntung banget yang nikah sama Gempa." [Name] sedikit mengukir senyum, bermaksud menggoda suaminya agar cemburu.
"Yasudah, Gempa atau aku?"
"... Ice lah!"
"Kamu mau nikah sama kebo?"
Aduh, kalau ada Ice disini pasti Halilintar sudah diberi tatapan tajam oleh sang empunya nama.
"Enggak, sih."
"Yasudah, berarti sama aku. Gak ada yang namanya sama Gempa atau yang lain." Gumamnya pelan, walau [Name] masih bisa mendengarnya dengan jelas karena jarak mereka yang begitu dekat.
"Waduh, Bapak Halilintar yang Terhormat cemburu sama saudaranya sendiri?" Godanya seolah belum puas.
"G-gak."
"Olololo~ cemburu."
"[Name]...."
Pemilik nama itu terkekeh, dia menyandarkan kepalanya di bahu Halilintar dengan mata dipejamkan.
"Gempa memang husband-able, Blaze orangnya memang asik, Ice kebo begitu juga orangnya lumayan peka ... " [Name] bisa rasakan bahu Halilintar sedikit bergerak-gerak tanda ia tidak nyaman.
"Tapi orang yang aku suka Kakak pertama mereka semua. Ganteng, gak begitu peka tapi perhatiaan! Mungkin karena jiwa Kakaknya masih nempel kali, ya? Terus juga dia agak gengsi, tsundere, tapi bucin nya gak kira-kira."
Tak ada jawaban dari Halilintar, tapi wanita itu bisa merasakan tangannya di genggam menjadi lebih erat dari sebelumnya oleh sang suami.
"Hali? Kamu salting, ya??" Terlalu percaya diri, tapi tak apa, kan siapa tahu memang benar?
Cup.
Bukan sebuah jawaban yang [Name] dapatkan, ia malah mendapatkan sebuah kecupan singkat dari Halilintar dikening.
"Hali?"
Halilintar hanya diam, bibirnya kembali mengecup wajah istrinya, kali ini dia adakan sebuah hujan kecupan di wajah istrinya.
Membuat [Name] terkikik geli ketika benda kenyal itu terus mengecupi wajahnya.
"Pfft- Hali! Udah hahaha! Udaaaah, gelii!"
Pria itu menatapnya lekat, dengan rona merah yang ada di sisi kanan kiri pipinya, serta senyum lebar yang tak bisa ia tahan lagi.
Posisi mereka berdua Halilintar ubah, ia menidurkan [Name] di sofa, dengan dirinya yang berada di atas [Name].
"Hali, gak sekarang! Aku lagi dapet."
"Aku tau itu,"
Halilintar mencium bibir sang istri, ia lumat bibir ranum itu dengan semangat, [Name] yang paham akan kemauan sang suami langsung membuka mulutnya—memberi akses jalan untuk Halilintar.
Merasa sudah hampir kehabisan oksigen, [Name] memukul-mukul kecil dada Halilintar dan mendorongnya.
"Okhe, stoph! Tunggu mingghu depfhan, ya, Bapak Halilintar yang Terhormat."
Halilintar mendengus kecewa, dia menatap mata sang istri dengan intens, hingga tak sadar jikalau mulutnya berkata sesuatu.
"[Name]"
"Ya?"
Manik ruby nya tak berhenti memandang manik [e/c] itu, dia menyelipkan beberapa anak rambut milik sang istri kebelakang dengan warna merah tipis yang ada di pipinya.
"Kamu itu pemilik mata terindah yang pernah kutemui."
"He—HEH, HALI JANGAN TIBA-TIBA BANGET DONG!"
Halilintar terkekeh, dia mengalihkan atensinya dari manik sang istri, lalu kembali duduk di sofa dan menonton acara televisi.
"Tapi aku jadi penasaran,"
"Penasaran apa?"
"Mata Hali itu, indah gak?"
Halilintar terkekeh, dia mengelus rambut istrinya dengan lembut,
"Kamu bakal tau nanti."
"Heee, kok gitu!!?"
"Kamu tadi bahas-bahas Gempa sama yang lain, sih." hanya sebuah gumaman kecil, namun [Name] mendengarnya.
"... Astaga, kamu beneran cemburu pas aku bahas mereka tadi??"
"... Kamu pikir aku pura-pura cemburu?"
_______________________________
Halooo! Aku balik lagi,
Aku gak tau bakal bisa update 2 kali gak ya minggu ini, inshaAllah bisa deh! Soalnya senin besok aku ujian PTS—eh sekarang udah berubah jadi STS, ya?
Tapi inshaAllah bisa deh! Entah nanti malem atau besok.
See u nanti lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
beautiful eyes; b. halilintar [√]
Random??BoBoiBoy Halilintar x Reader?? ??? ??????? ??????????, ??????? ????? ????? ???? '???' ???? ??? ???? ??????? ???????? ?????. "... [Name], kamu itu pemilik mata terindah yan...