抖阴社区

Chapter 06.

Mulai dari awal
                                        

"Bisa nggak sih, lo nggak usah banyak nanya. Tinggal siap-siap terus gue jemput!"

Alena memejamkan matanya saat Bryan berkata dengan nada sedikit tinggi, gadis itu pun hanya bisa mengangguk meskipun cowok itu tak melihatnya.

"Iya.. Besok kamu kesini aku udah siap."

"Good, oke kalau gitu sampai ketemu besok."

Tanpa mendengar jawaban Alena, Bryan sudah lebih dulu menutup teleponnya.

Begitulah Bryan, dia akan menelpon Alena jika sangat butuh, dan terpaksa.

Jika tidak, maka cowok itu tidak akan menelpon.

˜"*°•.˜"*°• Arsenio •°*"˜.•°*"˜

Hari ini Alena sudah terlihat cantik, menggunakan pakaian casual.

Satu jam lebih awal gadis itu sudah bersiap-siap, ia melakukan itu agar Bryan tak lagi mengomelinya.

"Sayang, kok kamu udah rapi mau kemana?" tanya Bu Liana yang muncul dari dapur.

Alena menggeser posisi duduknya saat Bu Liana mengambil tempat di samping kirinya.

"Mau di ajak pergi Bryan," jawab Lena seadanya.

"Kemana?"

Alena menaikan bahunya. "Nggak tau Ma, dia nggak bilang mau kemana, Alena cuma di suruh siap-siap." mengerti dengan jawaban putrinya, Liana pun mengangguk lalu mengalihkan pandangannya ke layar besar yang menampilkan acara berita selebriti.

Alena menatap Mamanya yang tengah fokus menatap tivi, ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.

Namun sayang, baru saja mulutnya terbuka. Suara klakson mobil milik cowok itu sudah datang, Lena pun hanya bisa menghela napas.

"Assalamu'alaikum," salam cowok berjaket kulit itu.

"Wa'alaikumsalam," jawab Liana begitu bersemangat dengan senyum merekah.

"Bryan," wanita paruh baya itu berdiri lalu menghampiri Bryan yang langsung masuk kedalam rumah begitu saja.

"Maaf ya Tante, aku langsung masuk. Soalnya pintunya nggak di tutup," ujar Bryan tersenyum malu.

"Nggak apa-apa. Sini-sini duduk dulu," Liana menggandeng tangan Bryan, menyuruh cowok itu duduk di samping Alena.

"Eh.. Nggak usah Tante, aku buru-buru sudah di tunggu teman soalnya." tolak Bryan, semua yang dia katakan hanyalah bualan.

Padahal dia berkata seperti itu, agar dia bisa cepat-cepat pergi dari rumah tersebut.

"Oh gitu ya, ya udah kalau gitu. Kalian perginya hati-hati jagain putri Tante ya Nak Bryan." kata Liana seraya mengusap pudak Bryan.

Bryan mendekati Alena lalu meraih tangan gadis itu, dan menggenggamnya erat. "Pasti Tante, nggak usah Tante kasih tau. Aku pasti jagain wanita yang aku cintai." ujar Bryan tersebut teduh kearah Alena.

Gadis itu hanya membalas dengan senyuman tipis, memilih melihat kearah lain, ia tak sanggup melihat tatapan Bryan yang di penuhi kebohongan.

Berbeda dengan Liana yang ikut tersenyum senang, menatap Alena dan Bryan bergantian.

"Kita pergi dulu ya Tante, Assalamu'alaikum." ucap Bryan memberi salam sebelum pergi.

"Wa'alaikumsalam," Liana memperhatikan keduanya sampai mereka masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan pelataran rumahnya.

Keluar dari area rumah Alena, Bryan pun berubah seperti biasa lagi. Bertindak kasar, tangan Alena yang sedari tadi di genggam kini di tepis dengan kasar.

Tatapannya pun begitu tajam dan datar kearah, tidak ada senyum seperti saat tadi di rumah Alena.

Gadis itu sesekali melirik kekasihnya yang masih fokus terhadap jalanan, Alena ingin bertanya sesuatu tapi dia yakin cowok itu pasti tidak akan menjawab pertanyaannya.

"Bi.. Bryan," panggil Lena sangat gugup.

Yang di panggil hanya melirik sekilas tanpa mengeluarkan kata-katanya. "Sebenarnya kita mau kemana? Kok kamu tadi bilang kalau kita buru-buru?" tanya Alena memberanikan diri.

"Lupa? Gue ngomong apa kemarin." sarkas cowok itu.

"Jangan banyak tanya ikut aja."

"Bagus. Lebih baik lo diam!" peringat Bryan lagi.

Setelah itu Alena tak lagi berani bertanya ataupun mengeluarkan kata-katanya, gadis itu memilih diam melihat pemandangan lewat kaca jendela.

Entah kenapa tiba-tiba ia justru teringat oleh Arsen, apalagi perkataan Sella yang terlintas di ingatannya. Yang di mana Sella berkata, bisa saja Arsen adalah jodoh yang di kirim Tuhan untuk dirinya.

Tanpa dia sadari, Bryan tengah memperhatikannya yang sedang tersenyum, sebab saat ini mobil milik cowok itu sedang berhenti karena lampu merah.

"Kenapa senyum-senyum, udah gila lo? Mau gue bawa ke RSJ!?"

Alena tersentak sekaligus hatinya mencelos, kenapa Bryan bisa berkata seperti itu. "Mikir cowok lain? Siapa, kasih tau gue!?"

"Nggak! Aku tadi cuma lagi ingat film yang tadi malam aku tonton, filmnya lucu." alibi Lena.

Bryan mendengus sambil menjalankan mobilnya kembali. "Lo pikir gue bego! Lo bohong kan?" sentaknya.

Alena menggeleng menatap cowok itu takut-takut, Bryan mencengkram tangannya begitu kuat sampai terasa perih dan panas. "Awas aja kalau sampai gue tau lo mikir cowok lain!"

"Mana berani aku kayak gitu," gumam gadis tersebut.

Bryan tersenyum miring seraya mengangguk samar.

Tiba di tempat, Alena baru tahu jika dirinya di ajak ketempat teman Bryan yang bernama Shandy, kini Alena sudah paham dan tau kenapa Bryan mengajaknya.

***

࿏࿏࿏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

࿏࿏࿏

??????? 「???? ? ?????? 」 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang