??????? ???'? ??? ???? ?? ????? ?
?? ???? ????? ??
Ini sebuah kisah tentang Arsenio Januareza bersama Alena Amirthalina, pertemuan mereka yang tak di sengaja. Membuat keduanya memiliki kisah yang mengharuskannya be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai.. Guys Arsen update nih, masih pada nunggu gak nih? Yuk absen dulu lewat vote ya. Yang masih setia, thank you
. . . . . . . . .
.Happy Reading.
***
Bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu, bahkan orang itu sempat membenci.
Ada perasaan, takut, ragu, dan malu.
Takut jika ternyata orang itu tidak ingin melihat kehadirannya, ragu untuk bertemu rasanya ingin memutar untuk kembali pulang.
Dan ada rasa malu karena dulu, memutuskan untuk pergi dan memilih untuk tinggal sendiri.
Itulah yang di rasakan oleh Arsen, cowok tampan memiliki rahang kokoh dan wajah datar dengan tegap berdiri di depan rumah mewah berlantai tiga.
Arsen memandangi rumah tersebut dengan mata teduh dan dalamnya. Banyak kenangan di rumah itu, masa-masa kecilnya dulu ia bermain di taman yang kini sedikit berubah, kali ini ada sebuah gazebo dan air mancur kecil di depan taman rumah mendiang Ayahnya.
Arsen ingin masuk, namun kakinya seolah masih berat untuk menaiki tangga dan mengetuk pintu tersebut.
Lelaki itu memutuskan untuk pulang, dia tidak jadi bertemu dengan anggota keluarganya.
Hingga suara yang beberapa hari lalu dia temui kini memekik nyaring kala melihatnya.
"Bang Arsen...!" Pekik suara seorang gadis, dan sesaat suara langkah kaki mendekat.
"Bang Arsen," Panggilnya lagi dengan nada rendah, bahkan gadis itu sudah memeluknya dari belakang.
Arsen tak merespon, dia masih diam bak patung. Hanya napasnya yang naik turun, matanya memerah ada bulir bening siap turun membasahi pipinya.
"Abang, Ana senang Abang mau pulang." Arsen membuang napasnya dengan kasar, lalu perlahan membalikkan tubuhnya.
Ia mencoba tersenyum dan memeluk adiknya itu. "Abang pulang demi kamu, Abang kangen sama kamu." Ujar Arsen rendah.
"Ana... Ada siapa Nak?" Suara seorang wanita keluar dari dalam rumah.
Wanita itu terpaku di ambang pintu, matanya menatap lekat pada sosok tampan dengan tubuh tinggi yang kini sedang memeluk keponakannya.
Bola mata wanita itu membulat sempurna, bahkan tangannya membekap mulutnya sendiri, seolah tidak percaya jika yang di lihatnya ini nyata.
Perlahan wanita itu mendekati pasangan adik dan kakak itu. "Arsen..?" Panggil wanita itu pelan dan parau.
Arsen menoleh, ia melepas pelukan sang adik. Ia membalas tatapan wanita yang masih terlihat cantik, dan jika Mamanya masih hidup pasti seumuran wanita itu.