─────
Chapter Twenty Three : Kesalahan yang Fatal.
─────
Dengan langkah yang tergesa-gesa, Mark bersama dengan Jeno, Lucas dan Guanlin menghampiri rumah sakit, tempat yang Haechan maksud. Perasaan Mark menjadi kalut kala mendengar Jaemin masuk rumah sakit karena menjadi salah satu korban kebakaran. Ia tidak akan bisa memaafkan diri sendiri jika sesuatu hal terjadi pada Jaemin.
"Haechan!" Teriakan Mark menggema di lorong rumah sakit, Haechan yang tengah duduk di depan pintu kamar Jaemin langsung menoleh ke arah sumber suara. Kali ini, Haechan sendirian karena Renjun pamit ingin membeli makanan untuk dirinya dan sang sahabat.
Dapat Haechan rasakan aura ketidaksukaan pada diri Mark, karena napasnya yang terlihat naik turun dan tatapannya begitu mengerikan.
"Hyung, aku─"
Mark langsung memotong pembicaraan Haechan, "Dimana Jaemin?" Nada bicara Mark membuat Haechan menegang, ia seperti merasa terintimidasi karena perkataan Mark terakhir mereka bertemu sudah membuatnya takut.
Ku peringatkan, jika sesuatu terjadi aku tidak akan memaafkanmu.
"A─ada di dalam, ta─tadi sempat pingsan dan sekarang sudah siuman." Mark pun langsung masuk ke dalam kamar rawat Jaemin diikuti oleh Guanlin dan Lucas, meninggalkan Haechan yang masih merasa takut
Jeno yang masih belum masuk, merangkul Haechan untuk duduk. Sesekali dirinya mengusap bahu pemuda berkulit tan itu, "Tenanglah Haechan, mungkin Mark panik karena Jaemin kembali masuk rumah sakit."
Haechan mengusap wajahnya kasar kala air mata sudah mengalir tanpa seizinnya, "I─ini semua salahku Jeno, pa─pasti Mark hyung ti─tidak akan─"
Grep
Tanpa menunggu ucapan Haechan selesai. Jeno langsung memeluk Haechan erat, ia pun juga mengusap punggung Haechan yang masih bergetar karena menangis, "Semua akan baik-baik saja Haechan."
Setelah merasa sedikit tenang. Jeno melepaskan pelukannya kemudian menangkup wajah yang pernah menjadi alasan dirinya begitu menyukai Haechan, seketika Jeno menggeleng kecil kala dirinya sudah mengusap jejak air mata yang ada di pipi Haechan. Menepis pikiran bahwa Haechan hanya untuk Mark, bukan dirinya.
Saat Renjun datang, dirinya langsung disuguhkan pemandangan yang menyebalkan, ia pun berdehem untuk membuat mereka tersadar dan akhirnya mereka saling menjauh satu sama lain. Renjun pun duduk di antara Haechan dan Jeno, kemudian menyodorkan minuman dan makanan yang sudah berada di dalam kantung plastik dan Haechan pun menerimanya sambil mengucapkan 'terima kasih'.
"Kalian begitu mesra sekali tadi." Ucap Renjun tiba-tiba, mencoba mencairkan suasana, "Dulu malah aku berharap kau yang akan bersama sahabatku, Jeno-ssi."
Jeno yang mendengar ucapan Renjun hanya terkekeh, "Yah tapi kau tahu bahwa Haechan hanya akan bersama Mark, bukan aku."
Haechan merasa canggung mendengar ucapan dari Jeno. Apakah sepantas itukah dirinya bersama Mark? Malah dirinya berpikir bahwa Jaemin lah yang cocok bersanding dengan Mark, bukan dirinya. Mereka pun akhirnya hanya berbicara sekedarnya untuk mengalihkan topik sampai Lucas dan Guanlin sudah lebih pulang terlebih dahulu.
Haechan pun melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 8 malam, "Sepertinya aku harus pulang, pasti daddy dan mae khawatir karena aku belum memberi kabar."
Renjun pun mengangguk setuju, ia juga harus pulang karena badannya yang sudah sangat lengket, "Benar, aku sudah tidak betah dengan badanku yang sudah berkeringat ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You : Markhyuck
Fanfiction[COMPLETED] Hanya karena taruhan, Mark harus menjalin kasih dengan Haechan yang notabenenya orang yang menyukai dirinya, hingga mereka dihadapkan dengan berbagai macam masalah dalam hubungan mereka. Mampukah Haechan merubah sifat dan bertahan mengha...