抖阴社区

Agamaku dan agamamu.

69 30 14
                                        

Albas menatap Bima yang sibuk mengutak atik motor dari tadi.

"Rusak?," tanya Albas singkat, lelaki itu melihat adeknya yang sibuk dari tadi sehabis subuh hingga kini jam menunjukan pukul 07.43.

"Sastra bilang kamu bawa cewek ke rumah dia," ucap Albas ketika Sastra memberinya pesan tadi malam tentang Saskia.

"Iya," padahal dalam hati Bima kesal setengah mati ternyata di Sastra dan Albas memang sedekat itu hingga Albas tahu betul apa yang sedang terjadi, apa yang di bicarakan mereka ya?.

"Pacar gue," ucap Bima bohong.

Albas yang awalnya berdiri diam kini berjalan menuju adeknya, "Berani pacaran, sejak kapan?".

Bima menatap Albas yang kini menatapnya serius, "Bercanda".

"Ya kalau kamu pacaran, kaget aja soalnya kan kamu gak pacaran, ya kali orang kayak kamu berbuat begitu," ucap Albas.

Bima terkekeh, "Jadi sewa baju hari ini?".

"Jadi, mau ikut?," Tanya Albas, namun Bima menggeleng.

Rasanya Bima seperti tertonjok kenyataan, datang dan pergi memang hukum alam dan Allah ingin membuatnya semakin kuat, memang siapa dia ingin melarang semuanya agar tidak pergi, harusnya juga ia harus ikhlas bukannya kesal tak jelas seperti ini.

"Bahagiain Sastra ya," ucap Bima mengutak ati kembali motornya.

"Ikhlas gak sastra jadi milik abangmu ini?".

Pertanyaan itu membuat Bima menghentikan kegiatannya lalu berdiri menghadap ke kakaknya itu dengan serius, "Gue sebenarnya gak ikhlas, karena selama ini gue yang jagain dia".

Albas mengernyitkan dahinya.

"Kenapa?".

Kekehan Bima terdengar, "Selama ini yang dia sebut kemanapun, yang dia ceritain itu gue bang, dia lahir kedunia dan kenal dulu sama gue".

"Tapi dunia udah lahirin aku jadi calon suami dia," ucap Albas membuat hati Bima semakin sakit.

Saat Bima ingin pergi dari sana, Albas tertawa, "Sikap kamu ini ungkapin kalo kamu suka sama dia".

Langkah kaki Bima terhenti mendengar kalimat itu lalu ia membalikkan tubuh, menatap kedua mata tajam milik kakaknya ini.

"Gue cuma sayang dia sebagai adek, maka dari itu lo harus bertanggung jawab atas di rebutnya adek gue di tangan lo," lalu lelaki itu benar benar pergi, berjalan menuju rumah Sastra berniat menjemput Saskia.

Kedua mata Bima menatap dua wanita yang berada di taman samping rumah milik Sastra, itu Sastra dan Saskia. Tampak mereka berdua sedang bermain dengan satu kucing.

Saskia menatap Bima yang berjalan ke arahnya, lelaki itu tampan menurutnya, bahkan ia jatuh cinta pada Bima sejak kemarin, saat pertama kali lelaki itu menolongnya.

Bima datang dan tersenyum pada Sastra dan ikut duduk di antara mereka.

"Oh iya Bima, bisa antar Saskia enggak?," tanya Sastra langsung pada Bima.

Saskia langsung menggeleng, "Enggak perlu, nanti aku cari kost-an di dekat sini aja Sastra".

Mendengar itu Bima menatap Saskia tajam, wanita itu memakai baju yang sopan, mungkin baju Sastra, fikirnya.

"Dimana, biar saya cariin," tanya Bima mengambil kucing putih dan ia letakkan ke pangkuannya.

Saskia terdiam, sebenarnya ia tak tahu lagi ingin kemana, ia tak tahu tempat yang ada disini, ia bukan asal sini, dan keluarganya juga jauh berada di luar negeri.

Ketika Allah MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang