Bima mengamati Aksara yang tampak bermain sendirian dengan kucing putih milik almarhumah. Bima hanya duduk mengamati, ia lelah.
Rumah tampak begitu sepi tanpa canda tawa seperti sebelumnya, Bima sesekali berhembus nafas pelan lalu memejamkan mata, Bima mulai tertidur namun saat Bima mulai tertidur tampak Aksara menangis terjatuh dari sebatang pohon, entah bagaimana caranya anak kecil hampir berumur dua tahun itu memanjat.
Bima dengan cepat menggendong anaknya berusaha menenangkan, ada luka lecet di kaki Aksara membuat anak itu menangis kesakitan.
"Atit," ucapnya menangis.
Bima mengusap usap kaki anaknya itu agar ia tenang namun masih saja tak berhenti menangis.
"Kak Bima," panggil Fatimah dari ambang pintu taman dan bergegas menuju Bima lalu menggendong Aksara kecil.
Fatimah menggendong Aksara berusaha menenangkan, benar saja bersama Fatimah tiba tiba anaknya itu diam, Fatimah menciumi Aksara, lalu melihat kaki yang lecet karena jatuh.
"Tante obatin ya sayang," ucap Fatimah dengan kasih sayang.
Lalu wanita itu membuka tasnya dan mengambil kapas makeup dan memberikan perban kecil.
Fatimah terkekeh pada Aksara yang mengusap usap wajah mulusnya.
Bima sekarang teringat amanah istrinya sebelum meninggal, lelaki itu hanya tak ingin banyak memikirkan hal itu sebelum perasaannya sedikit tenang.
Bima berjalan memasuki rumah namun beberapa langkah saja dirinya sudah dipanggil oleh Fatimah, "Kak Bima".
Bima menoleh kembali namun dengan menunduk.
"Fatimah turut berduka ya," ucap lembut pada bibir Fatimah.
Bima mengangguk sekali lalu membalikkan tubuh ingin pergi, Bima memasuki rumahnya untuk beristirahat di kamar saja.
Fatimah ingat sewaktu almarhumah Saskia bicara padanya sebelum wanita itu ke Mekkah.
Wanita itu bicara padanya tepat di taman ini, hanya berdua tanpa siapapun dan pintu taman juga ditutup terlebih dikunci.
"Fatimah, mau beramanah denganku?," ucap Saskia beberapa hari lalu sebelum kepergiannya menuju Mekkah.
Fatimah menatap kedua mata Saskia, wanita beranak satu itu membuka hijabnya dan menjulurkan rambut kemilau cantik.
"Apa kak?," tanya Fatimah tak tahu.
Saskia mengusap punggung tangan Fatimah lembut, "Kalau saja saya meninggal tolong terima khitbah dari Bima ya".
Fatimah menatap serius pada Saskia yang berbicara seperti itu.
"Aku minta tolong, ya Saskia?," pinta Saskia membuat Fatimah menundukkan kepalanya.
"Fatimah gak yakin kak Bima bisa jatuh cinta sama Fatimah kak," ucap Fatimah terus terang.
Saskia tersenyum lembut, "Bima pasti jatuh cinta sama kamu walau sedikit lama, kamu baik Fatimah, kamu penyayang".
"Aku bisa lihat diri keibuan dari kamu, tolong jaga Aksara ya, datang setiap hari kemari," ucap Saskia membuat Fatimah mengangguk.
"Bersumpah denganku jika kamu ingin menjaga Bima dan Aksara sebaik mungkin tulus dari hati," ucap Saskia membuat Fatimah melihat kedua mata Saskia.
Lalu ia mengangguk, "Iya Fatimah janji dan bersumpah".
"Yakinlah Bima akan melihat aku di ragamu Fatimah," ucap Saskia membuat Fatimah mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Mencintaimu
General FictionMenikahlah namun sebelum menikah berilmulah. Lalu terus terang ku bimbing lagi engkau menuju Jannah dan engkau kokohkan imanku menjadi imammu. Bima seorang lelaki yang sudah lama bingung dengan rasa cintanya sendiri setelah kehilangan cinta pertaman...