Finally, kita sampai di bab extranya. Seneng gak? Seneng dong.
Mau cerita dikit tentang novelku yang ini. Cerita ini pertama aku buat bulan puasa tahun lalu. Sebenarnya ide ceritanya udah ada dari tahun 2021, udah aku publish malah, tapi berakhir di UN publish karena aku waktu itu belum mahir buat cerita.
Susunan katanya berantakan😭 plus, aku gak tahu cara ngelanjutinnya gimana. Alhasil, idenya terombang-ambing gak tau mau dikemanain sampai waktu itu aku tiba-tiba nulis semua yang ada di otak aku tentang cerita ini. Lakuin riset, malas, dibiarin, gitu terus sampai selesai.
Dan... Karena aku tiba-tiba berani nih, aku publish dengan versi terbaru (yang sekarang) dan aku langsung promosiin. Dulu punya pembaca satu dua udah alhamdulillah. Ehh, pembacanya malah baca sampai akhir. Makasih yaa kamu❤
EVANESCENT ini cerita yang nemenin tahun-tahun perjuangan aku buat masuk univ impian. Dari belajar sambil kepikiran ide cerita padahal aku lagi nonton tutor youtube buat ujian eh malah jadi pindah ke wattpad😭🙏 Cerita ini tempat keluh kesah aku karena gak bisa ikut SNMPTN (Aku gak masuk eligible😁) cerita ini juga yang nemenin aku nangis karena aku juga ternyata gak bisa ikut SBMPTN karena kesalahan sekolah.
Dan... Cerita ini juga nemenin kebahagiaan aku saat diterima seleksi SMMPTN dan aku udah jadi MAHASISWA seperti sekarang.
Makasih EVANESCENT. Makasih Pembaca tersayang yang selalu kasih support. Yang gak ngeluh walau aku update dua kali sebulan. Makasih yang udah sedia kasih bintang untuk cerita ini. Tanpa kalian cerita ini mungkin gak akan selesai❤
Makasih yaa karena kita ternyata tumbuh bersama❤
Sekian.
Kalian pasti mau baca.
Jadi...
HAPPY READING!
Semoga suka yaa❤***
Kamar Raffa siang itu ramai, tapi bukannya berisik, semuanya terlihat merunduk, senyap. Hanya ada tangisan pilu di ujung brankar Raffa. Mamanya menangis.
"Ma-"
Raffa baru setengah memanggil, tapi Papa dan Syifa buru-buru mendekat. Wajah mereka semua khawatir.
"Apa, Nak? Kamu mau apa?" Papanya bertanya risau. Raffa menampilkan senyum kecil yang terlihat buruk. Menggeleng pelan.
"Jangan kemana-mana." Katanya.
Mama mengelus punggung tangan Raffa. "Kita gak kemana-mana sayang. Mama sama Papa disini." Mama menoleh sesaat, menarik Syifa. Menarik pergelangan tangan putrinya untuk ikut memegang tangan Raffa bersamanya. "Ada Kak Syifa juga disini."
"Raffa seneng kita ngumpul." Lelaki itu menampilkan deretan giginya senang lalu kemudian terbatuk. "Harusnya dari dulu gini aja ..."
Mama menggeleng, air matanya keluar lagi. "Kita bakal terus ngumpul gini, yakan, Pa?" Papa angguk-angguk dengan mata merah. "Terlambat dikit gak papa buat Raffa?"
"Enggak apa-apa..." Raffa menjawab pelan. Berbisik sedikit. "Ma,"
"Iya?"
"Kalau anak kesayangan Mama yang satu ini udah gak ada, diganti jadi Kak Syifa aja, ya?"
Mama mengangguk, kesekian lagi air matanya tumpah. Syifa menggigit bibir kuat, menatap sekeliling sebagai peralihan.
"Sayang Kak Syifa kayak Mama sayang ke Raffa..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent (END)
RandomTentang lelaki pengidap penyakit ataksia yang bertemu dengan perempuan pemilik trauma masa lalu. *** Adel benci di sentuh laki-laki. Adel tidak suka menjadi lemah. Adel lelah tidak menjadi diri sendiri, selalu ke psikiater. Dia benci punya penyakit...