Pagi itu Gulf diserang sakit kepala hebat. Ia tidak berani membuka mata karena yang ia lihat benda-benda disekitarnya berputar dan itu membuatnya mual. Meskipun ketika matanya tertutup ia malah seperti melayang-layang di udara.
"Sayang, Rain sudah siap." Ucap Mew yang melihat Gulf masih bergelung di tempat tidur.
Gulf memang mengantar puteranya sendiri ke sekolah setiap hari, lain menjemputnya setelah jam pulang.
Hari itu Mew bangun lebih dulu dari Gulf jadi ia memutuskan untuk menyiapkan Rain sementara Gulf tertidur.
"Mew, bisakah hari ini kamu saja yang mengantar Rain? Aku akan menjemputnya nanti." Pinta Gulf dari balik selimut.
Mew menghampiri Gulf.
"Kenapa suhu badanmu begini?" Mew tampak cemas setelah meraba kening dan leher suaminya.
Gulf tidak demam, justru suhu badannya tidak hangat sama sekali. Dia seperti kedinginan padahal badannya berkeringat.
"Mew, aku cuma butuh tidur lebih lama..." Gulf benar-benar tidak ingin membuka mata.
Mew menatap Gulf lekat. Ia tidak bisa merasakan apapun dalam benaknya, seperti ia tidak punya ikatan emosi dengan Gulf.
Gulf memblokir koneksi mereka. Itu baru Mew sadari, padahal sudah hampir tiga Minggu mereka tidak berbagi apapun lewat telepati.
"Gulf, kamu baik-baik saja?" Tanya Mew akhirnya.
Bukan waktu yang tepat untuk bertanya kenapa koneksi mereka seperti terputus, saat Gulf bahkan enggan membuka mata.
"Cepatlah, Mew. Antar Rain ke sekolahnya atau dia akan terlambat. Aku baik-baik saja." Gulf malah mengubur dirinya dalam selimut.
Mew mengalah. Ia beranjak, berniat mengantar Rain untuk kemudian menuju kantornya. Tapi langkahnya tertahan karena menyadari hal lain.
"Gulf, kamu pakai scent blocker?" Tanya Mew berbalik langkah yang awalnya menjauh, kembali mendekat.
Aroma di ruangan itu memang aneh di penciumannya.
Memang bukan pertama kalinya ia merasa pheromon Gulf agak berbeda. Tapi ia baru benar-benar menyadarinya pagi itu, karena aroma Gulf hampir menghilang, tersisa semacam aroma asing yang samar memasuki inderanya.
"Mew... Aku pusing. Aku tidak ingin bicara." Rengek Gulf karena suaminya belum juga meninggalkan kamar, malah mengajaknya terus bicara.
"Papa, ayo berangkat." Rain menginterupsi mereka.
Bocah itu sudah tampan dan wangi dengan seragam TKnya, tas dan botol minum kesayangannya.
Gulf terpaksa menyingkap selimutnya.
"Sayang, hari ini ayah yang antar ya? Papa kesiangan. Papa harus mandi dan sarapan dulu." Gulf berusaha tersenyum meski matanya berkunang-kunang.
Rain mengangguk.
"Anak pintar. Sini peluk papa sebelum berangkat." Gulf merentangkan tangannya demi menangkap Rain yang menghambur ke arahnya.
"Papa tidak sakit, kan?" Tanya Rain.
"Tidak. Papa hanya terlambat bangun. Cepat berangkat dan ingat, jadilah murid dan teman yang baik disana." Ucap Gulf diakhiri dengan kecupan di pucuk kepala Rain.
Mew sebenarnya enggan pergi, tapi Rain menyeretnya keluar karena anak itu memang selalu bersemangat untuk bertemu temannya di sekolah.
Gulf menghela nafas lega setelah Rain dan Mew pergi. Dengan terhuyung ia bangkit bermaksud ke dapur karena perutnya minta diisi.

KAMU SEDANG MEMBACA
GULF IV
FanfictionPlis ini cerita HOMO pokoknya yang homopobic sama bocil jangan dekat-dekat Dan tolong jangan kaitkan apapun dalam cerita ini dengan kehidupan nyata terutama berkaitan dengan nama-nama yang aku pinjam di dalam cerita. Nggak ada kaitan sama sekali soa...