Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiap manusia, memiliki kisahnya sendiri. Tiap manusia, hidup dengan masing-masing cerita yang tidak bisa diketahui orang lain ketika manusia itu enggan berbagi cerita.
Setiap kalimat, pasti terkadang menyembunyikan berbagai rasa dan gejolak emosi yang tidak mampu begitu saja ditunjukkan.
Perth membuka matanya perlahan dan mendapati Ohm yang tertidur di sofa. Perth menyentuh perutnya, ada gejolak aneh dalam dadanya tiap melihat mata terpejam milik Ohm. Waktu yang singkat ia lalui bersama pria itu membuat dadanya terasa begitu hangat. Hingga rasanya ia ingin menangis.
Dia melangkah perlahan menuju balkon. Berdiri di tepian sembari melihat kota di bawah yang bercahaya.
Dia jadi ingat, berapa kali dia ragu untuk melompat dari Balkon kamarnya sendiri. Namun kali ini, ia tidak menginginkannya.
Hampa, sebanyak apapun ia merasa dicinta, itu tetap saja membuatnya berpikir ia hanya sendiri dan tidak layak dicinta.
Namun, ketika ia berkaca, ia jadi sadar bahwa yang tidak pernah mencintainya justru dirinyalah sendiri.
Dia merasa Ohm menyelimutinya lalu memeluknya erat. "Saya pikir, saya jatuh cinta sama kamu." Ucap Ohm membuat Perth tertegun, namun ia tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam. "Saya tahu kamu masih mencintai kekasihmu, tapi bolehkah saya tetap disisimu sebagai orang yang mencintaimu juga." Ucap Ohm membuat Perth menutup matanya dan air mata mengalir begitu saja. Rasanya menyesakkan sekali mendengar lelaki seperti Ohm mengatakan jatuh cinta padanya.
...
Pada tiap pertemuan, apa yang sebenarnya tersimpan dalam benak masing-masing.
Renjun menatap Foto di dinding, foto keluarganya. Namun menatap itu dia hanya merasa ingin marah. Tidak menyesali takdir memiliki anak yang lucu, namun ia menyesali mengapa ia tidak bisa jatuh cinta pada istrinya sendiri.
Renjun membuka laci, ada foto Perth disana, tawa yang bahkan mampu membuat Renjun merasa cukup. Dunia Renjun seolah cukup hanya dengan adanya pria kecil itu.
"Maaf, saya pasti terlalu banyak melukai kamu." Ucapnya kemudian menutup matanya menahan air matanya agar tidak jatuh. Hingga yang terasa hanya sesak yang begitu menyiksa.
...
Perth akhir-akhir ini sering meminta jalan keluar bersama Ohm, terkadang hanya mengelilingi kota, ke taman atau bahkan mencari cemilan di malam hari. Dan Ohm sama sekali tidak mengeluh atas sikap Perth yang berubah manja.
Toh sebentar lagi mereka menikah.
Renjun sedang sibuk, dan dia mengizinkan Perth meminta waktu Ohm untuk memuaskan keinginannya.
"Kakak berdiri disana, biar aku foto." Ucap Perth lalu mengeluarkan ponselnya. Dan Ohm menurut tanpa protes.
Kata Perth ia hanya ingin memotret malam yang aestetik dengan objek Ohm.
"Sudah?" Tanya Ohm. "Sudah, ayo cari makan, aku lapar." Ucap si manja dan membuat Ohm mengangguk mengiyakan.
Tanpa keduanya ketahui, dari kejauhan, Renjun menatap bagaimana mereka berinteraksi. Ia tidak bisa cemburu saat melihat kekasihnya terlihat sangat bahagia.
"Andai saya bisa melakukan semuanya untukmu seperti yang ia sedia lakukan." Ucap Renjun menatap sedih.
Pada nyatanya ia hanya terlalu sakit menyadari bahwa dirinya tidak bisa membahagiakan orang yang dia cintai karena dirinya telah memiliki keluarga.
Renjun, hanya manusia egois yang berharap memiliki Perth tanpa harus mengorbankan keluarganya. Keluarga yang terlihat harmonis di mata orang lain.
...
"Kamu senang? Apa bayinya juga senang?" Tanya Ohm random saat melihat Perth lahap menyantap makanannya. "Kamu mau?" Tanya Perth menawarkan makanannya dan Ohm menggeleng. "Melihat kamu lahap saya sudah kenyang, toh makanan saya sudah habis." Ucap Ohm sambil mengusak kepala Perth. "Iyah, kamu tadi juga sudah makan banyak. Aku jelas senang, mungkin karena lelah berjalan-jalan, aku jadi semakin lapar." Ucap Perth sambil tersenyum lalu melanjutkan makanannya.
Pada saat seperti ini, ia tahu bahwa dirinya dicintai oleh dua pria, namun nyatanya perasaannya masih terikat pada Renjun, meski mulai ada rasa bersalah hinggap pada hatinya kala melihat tatapan Ohm yang begitu tulus.
Pria itu, yang menyelamatkan hidupnya dan hidup bayi yang pada awalnya ingin ia buang. Perth mengusap perutnya sambil meminta maaf karena pernah berpikiran sejahat itu pada si kecil.
"Kak, terimakasih banyak." Ucapnya tiba-tiba membuat Ohm bingung. "Tiba-tiba?" Tanya Ohm. "Karena sudah mencintai anak ini sebelum dia lahir." Ucap Perth sambil tersenyum dengan cantik.
Membuat Ohm tidak sanggup berkata apapun. Namun ia berdiri dan mendekatkan wajahnya, lalu mencium kening Perth dengan lembut.
Bahkan tanpa mengatakan apapun, Perth tahu bahwa itu adalah ungkapan terimakasih yang sama.