18+!
[ON-GOING!]
[SLOW-UPDATE!]
(CANON)
Sarada tidak menyangka jika orangtuanya malah menjodohkannya dengan lelaki yang sudah menjadi buronan desa dimasa lalu tak lain ialah Boruto.
Lelaki yang sudah berubah 180 derajat menjadi seorang laki laki din...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . .
16. IKATAN CINTA
Dua minggu telah berlalu.
Dan dalam dua minggu itu, Sarada perlahan mulai terbiasa menjalani semuanya sendiri.
Bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan susu Haruto, mengganti popoknya yang basah, menenangkannya saat menangis, memandikannya dengan air hangat sambil menyanyikan lagu pelan, menatap wajah mungil itu tertidur dalam pelukanny-semua dilakukannya sendiri. Kadang dia merasa lelah. Sangat lelah. Namun begitu Haruto tertawa atau menggumam lucu, semua beban seolah lenyap, diganti dengan rasa hangat yang tak tergambarkan.
Tanpa Boruto di sisinya, rumah terasa sedikit lebih sunyi. Lebih hening dari biasanya. Tak ada tawa pria pirang itu, tak ada pelukannya yang menguatkan Sarada saat dia merasa lelah, tak ada suara lembutnya yang memanggil "Istriku..." saat dia pulang bekerja. Semuanya seperti senyap.
Namun Sarada tak pernah menangis di hadapan Haruto. Tidak ingin putranya tumbuh besar dan merasakan luka yang tak seharusnya diwariskan. Jadi dia memilih untuk tetap tersenyum. Menjalani semuanya dengan sabar.
Saat rindu itu terlalu menusuk hingga dadanya terasa sesak, Sarada membuka laci kecil di nakas samping tempat tidurnya. Dia mengambil surat yang dilipat rapi-tulisan tangan Boruto, surat yang ia tinggalkan sebelum pergi menjalankan tugasnya. Tinta hitam di atas kertas putih itu menjadi penawar rindunya. Hanya dengan membacanya, seolah suara Boruto kembali mengalun di telinganya.
"Sarada... Jika kamu membaca ini, berarti aku sedang jauh darimu. Tapi percayalah, hatiku tetap tinggal bersamamu. Bersama Haruto.'
Sarada mengusap sudut matanya yang tiba-tiba basah.