Allo up lagii
Makasih dukungannya sejauh iniii
Happy reading ^^
•
•
•
Setelah kesibukan satu bulan ke belakang, Mosha akhirnya menyadari betapa melelahkannya menjadi anak organisasi. Di samping harus mengikuti kepanitiaan, dia juga tetap harus mengurus prokernya sendiri. Proker yang meski berskala kecil tapi bersifat rutinan, hingga rasa lelah dan stresnya pelan-pelan menumpuk.
Gadis itu kini sedang berada di toilet dekat aula. Usai melakukan briefing tadi, para panitia lekas berjaga di tempat masing-masing sesuai jobdesk. Mosha memilih melipir terlebih dahulu ke toilet, hendak memperbaiki riasan. Karena terburu-buru berangkat dini hari, cewek itu jadi asal-asalan memoles make up.
Hari H acara seminar tingkat nasional, dengan pemateri keren yang masih muda dan berbakat, serta peserta yang mencapai angka lima ratus orang, tentu Mosha harus tampil cantik. Setidaknya dia tidak boleh terlihat kucel dan kusut, apalagi sampai merpertontonkan mata pandanya yang mendadak muncul. Entah sudah berapa hari dia terus bergadang dengan jam tidur yang tidak teratur.
Selesai dengan urusannya Mosha pun berjalan kembali ke aula. Ketika tiba di depan pintu, gadis itu berpapasan dengan sosok Jevan. Terlihat cowok itu tampil dengan kemeja hitam dan bawahan cream, dress code panitia. Rambut yang biasanya berantakan dan jatuh menutupi jidat kini ditata dengan rapi, membuat lelaki itu jadi tambah ganteng.
Tadinya Mosha hendak melengos begitu saja, masih malu akibat diceng cengin kemarin. Namun, tidak disangka Jevan dengan santainya malah menarik tangan gadis itu.
“Sebentar, Mo.”
“Eh, kenapa?”
“Nih, buat lo.” Lelaki itu menyerahkan susu kotak rasa vanilla dan sebungkus cokelat. “Semangat, yah! Kalau capek nanti gantian tugas aja sama gue.”
“O-oh iyaa, thanks. Mangatss juga, Kak.” Meskipun lumayan deg-degan, Mosha berusaha sebisa mungkin terlihat kalem. Setelahnya dia pun masuk ke aula dan berdiri di belakang standing kamera, menyisakan Jevan yang menahan senyum di belakang.
Perasaan berbunga-bunga ini, sensasi menyenangkan yang menggelitik perut, sungguh Jevan menyukainya.
-o0o-
Pukul 01.55 dini hari.
Adalah sebuah rekor bagi Mosha, baru kali ini cewek itu pulang dari kampus sebegini larutnya. Rapat evaluasian yang dimulai ketika sore hari ternyata memakan banyak sekali waktu, berjalan dengan sangat alot dan melelahkan. Walaupun acara seminar sebenarnya sudah selesai sejak siang, tapi para panitia sepakat memulai rapat evaluasi pukul empat sore. Tidak disangka rapat eval ini berlangsung lama, belum lagi jeda istirahat dan mereka harus membersihkan aula kembali.
Dan dapat ditebak bagaimana perjuangan Mosha menahan matanya tetap melotot. Gadis itu sampai mencubit-cubit tangannya, walaupun itu tidak berpengaruh banyak. Beberapa kali dia hampir jatuh ketiduran. Beruntung sepanjang eval, Mosha duduk di samping Jevan, sesekali dia bersembunyi di belakang tubuh besar cowok itu, sekedar mencuri sedikit waktu untuk terang-terangan menguap.
“Kak, udah dong. Cukup aja gitu, jangan komen lagi.”
Sempat dia berbisik pada Jevan, memintanya untuk mencukupkan pembahasan, agar tidak semakin memanjang. Namun sayang, yang dilakukan Jevan tidak sesuai keinginan.
“Sebentar yah, eval ini penting banget, biar ke depannya bisa lebih baik lagi.”
Tidak lupa, senyum tipis dan tatapan sayu yang meneduhkan Jevan berikan, membuat Mosha seketika terdiam kaku. Belum lagi tangan cowok itu yang impulsif mengelus punggung tangan Mosha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Balance Shee(i)t [END]
General FictionPadahal kan ingin Mosha itu agar mereka dijauhkan bukan malah didekatkan. -·-·-· Mosha, mahasiswi jurusan akuntansi ingin kehidupan kuliahnya seperti Tara, kakak sepupunya. Kehidupan yang seimbang antara akademik, organisasi dan percintaan. Tapi den...