抖阴社区

23. MAAF

15 6 0
                                        

Heyyy i'm back!

123, langsung baca aja!
.
.
.
.
.
.

Sepeninggal ambulans tadi, semua orang yang berada di lokasi kejadian mulai membubarkan diri.

"Ayo, Mama antarkan pulang," ajak Rika.

Tara menggeleng tak setuju, "Enggak, Ma. Mama pulang duluan aja. Tara masih ada urusan sebentar."

"Urusan apa? Dimana?"

"Ada, deh. Mama nggak perlu tau."

"Tapi nanti kalau sudah pulang kabari Mama, ya?"

Tara mengangguk. Kemudian Rika pergi dari sana, meninggalkan Tara sendirian di lokasi tersebut. Tara berjalan ke pinggir jalan, lalu ia mengambil sebuah buku dan sekantong plastik berukuran besar yang tergeletak tak begitu jauh darinya. Ia yakin, ini pasti barang milik Akara.

"Buku diary?" ucapnya setelah membaca judul buku tersebut. Ah, dia baru ingat. Ini adalah buku diary milik Akara yang selalu disimpannya dengan baik agar tak ada orang yang membacanya, bahkan kemanapun dia pergi selalu dibawa.

"Wih, buku apaan nih?" tanya Tara saat melihat sebuah buku bersampul biru yang tergeletak di atas meja Akara.

Melihat itu Akara langsung merebutnya. "Gak usah kepo!"

"Lo nulis diary, ya? Mau lihat, dong!" Bujuk Tara.

Akara menggeleng, "Gak boleh! Ini tuh privasi, gak boleh disebar!"

Tara memutar bola matanya, "Pelit banget Lo! Kasih liat dikit, dong?!"

"Jangan sekarang. Nanti deh kapan-kapan Lo boleh liat. Tapi jangan ketawa!"

"Ya, kalau lucu Gue ketawa lah."

"Terserah."

Tara tersenyum tipis mengingat itu, momen dimana dia hendak membuka buku ini. Nanti akan dia baca ketika sampai rumah. Lalu dia beralih pada kantong plastik besar itu. Dia membukanya, Tara terkejut melihat isi kantong itu. Isinya adalah sebuket bunga matahari yang sebagiannya sudah rusak. Beberapa kelopak bunganya sudah putus dari tangkainya.

Bunga matahari adalah hadiah yang selalu diberikan oleh Akara di setiap hari ulang tahun mereka. Tak pernah sekalipun terlupa, itu sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil.

Hari ini mereka akan merayakan ulang tahun. Acara itu dilaksanakan di rumah Tara, tepatnya di halaman rumahnya. Tempatnya sangat bagus, selain karena sudah didekorasi, disana juga terdapat sebuah taman bunga kecil milik Bunda yang menambah kesan indah.

Setelah meniup lilin yang berbentuk angka 10 itu dan memotong kue, kini mereka duduk bersebelahan sambil memakan kue yang tadi mereka potong.

Tara menyerahkan kadonya kepada Akara, "Ini hadiah dari aku, dibukanya nanti aja!"

Akara menerimanya dengan senyum lebar yang tercetak di wajah manisnya. "Terima kasih, Ara."

"Sama-sama. Terus hadiahku mana?" tanya Tara.

Akara merogoh tas kecilnya, mencoba mencari hadiah yang disiapkannya tadi malam. Tapi tangan kecilnya tak menemukan apapun. Akara menunduk, "Maaf, Ara. Hadiahnya ketinggalan."

"Kok, bisa? Hadiahnya bener ketinggalan atau kamu lupa beli hadiahnya?!" omel Tara sambil berkacak pinggang.

"Aku udah beli, kok. Kemarin kayaknya aku taruh di meja belajar, terus tadi lupa mau masukin tas karena buru-buru."

Tara menunjukkan wajah sedihnya, "Yasudah, gak apa-apa. Besok aja kamu kasihnya."

Akara bingung, ia merasa bersalah. Pandangannya tiba-tiba terpaku pada segerombol bunga matahari yang tengah mekar. Matanya berbinar, ia mendapatkan ide bagus.

PROMISE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang