"TUHAN JANGAN AMBIL IBU RORA!!" Rora berteriak histeris sembari mendongak menatap langit yang nampak mendung.
Asa yang tak tega beralih pindah ke samping kekasihnya itu.
"Sayang ikhlasin ya.." ucap Asa pelan sembari berusaha tegar. Saat ini Rora sangat membutuhkannya, sebisa mungkin ia harus terlihat kuat untuk menguatkan gadis itu.
Rora menggeleng cepat sembari meremas ujung bajunya. "Nona Asa i-ibu....ibu...ibu pasti bangun!" Rora dengan tangisan sesenggukan terus menatap wajah ibunya.
Asa yang tak kuat, air matanya kembali mengalir. Entah harus bagaimana ia memenangkan Rora saat ini.
"Mino siapkan mobil sekarang!" ucap Asa saat melihat kedatangan kepala bodyguardnya itu.
"Ibu bercanda kan, Bu? Ro-rora enggak suka candaan ibu! Ibu, udahin bercandanya!" ucap Rora sembari menunjukkan wajah kesal namun dengan air mata yang terus mengalir deras.
"Ibu boleh jewer telinga Rora sekarang, Rora keras kepala kan, Bu? Ayo bangun! Jewer telinga Rora, Bu!"
Asa mencoba menahan tangan Rora namun gadis itu semakin menggeleng.
"Sayang.." panggil Asa lirih.
"Ibu! Kalau ibu enggak bangun, siapa yang akan buatin Rora nasi goreng kimchi?! Rora maunya cuman nasi goreng kimchi buatan ibu....ibu harus bangun, kita pulang dan ibu buatin nasi goreng kimchi buat Rora, kan ibu? Ayo bangun!" Rora sama sekali tak menghiraukan Asa, gadis itu terus berusaha membangun sang ibu dengan senyumannya.
"Sayang, hey." Asa memegang kedua pundak Rora.
"Nona Asa kenapa ibu enggak mau bangun? Ibu, marah ya karena Rora terus keras kepala? KENAPA IBU ENGGAK BANGUN!!!" Rora berteriak di akhir kalimatnya.
Asa semakin menangis ia dengan sekuat tenaga menarik Rora dalam pelukan walaupun gadis itu terus-menerus memberontak.
"Bangun, Bu!!! Rora butuh ibu!!" Rora terus memberontak.
"Sayang, jebbal jangan seperti ini. Mianhe," ucap Asa pelan.
Mendengar itu Rora berhenti memberontak, ia malah semakin menangis histeris di pelukan Asa.
🌼*ੈ✩‧₊˚*ੈ✩‧₊˚🌼
Pukul 5 sore, di sebuah pemakaman terdapat beberapa orang berpakaian hitam dengan tangisan pilu mereka.
Rora terus berada diperlukan Asa sembari menangis. Saat melihat peti jenazah sang ibu di kuburkan, Rora menangis histeris. Ia terus memukul bahu Asa sebagai pelampiasan rasa tak terimanya. Asa hanya diam dengan air mata yang juga mengalir.
Chisa dan Lisa nampak saling berpelukan mereka juga menangis sesenggukan sekarang. Bagi mereka Jiyeon sudah seperti ibu bagi mereka, karena Jiyeon lah yang mengurus mereka ketika Mommy mereka meninggal. Maka kehilangan Jiyeon sama saja seperti kehilangan Mommy mereka untuk kedua kalinya.
Tuan Enami nampak sedikit meneteskan air matanya. Ia tak habis pikir pengorbanan keluarga Rora untuk keluarganya sungguh teramat besar, bahkan tak akan mampu jika di bayarkan oleh harta mana pun.
Hyein juga memeluk Rami, entah kenapa melihat Rora menangis membuatnya juga sedih. Apa lagi ia sudah akrab dengan ibu Rora. Baginya wanita paruh baya itu, sosok ibu yang lembut untuk Rora.
Chiquita nampak menangis sesenggukan juga, dengan Ahyeon yang mengelus pundaknya dengan tatapan sendu. Chiquita merasakan rasa kehilangan yang Rora rasakan sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALL FOR LOVE°?RORASA
FanfictionTHE STORY OF RORASA (END) Jangan salah lapak, ini lapak GxG?? Kalau nggak suka skip aja, jangan taro sampah di komen