"Halilintar.. itu namanya!"
"Oh.. ok?"
"Ia, adalah pasien itu! Pasien yang mendapatkan donor kornea mata dari tante Kira'na!"
"Eh?! Sungguh? Bagaimana kau bisa tau dan yakin kalo itu dia?"
"Aku melihat matanya, iris ruby miliknya itu benar-benar mirip dengan milik tante Kira'na. Selain itu, Petir juga memberitahuku semuanya!"
"Ah begitu.. ngomong-ngomong, bagaimana keadaan Petir sekarang? Aku dengar, ia kecelakaan ya?"
"Ya, dia baik-baik saja! Hanya mengalami luka ringan, tapi sekarang.. ia sedang koma.."
"... Ah begitu, semoga dia cepat sadar ya!"
"Ya, terima kasih.."
Beliung yang ada di seberang telfon pun tersenyum getir. Ia merasa kasian dengan temannya yang berambut merah darah itu. Ia merasa, hidup Voltra itu terlalu rumit. Penuh dengan teka-teki dan misteri.
Drrtt..
Beliung mengerutkan keningnya bingung, ia baru saja mendapatkan pesan dari salah satu bawahannya. Ia pun langsung membuka pesan itu melalui jendela WhatsApp, tanpa memutuskan telfonnya dengan Voltra.
Ia membaca pesan dari bawahannya itu dengan cepat, lalu saat sudah selesai membaca, ia pun membulatkan matanya terkejut.
"Voltra!"
"Ugh.. ada apa? Kenapa kau tiba-tiba saja berteriak seperti itu?" Tanya Voltra kesal. Telinganya baru saja menerima suara cempreng yang sangat tidak enak untuk didengar.
"Kau.. kau dirawat di Attentive Hospital kan?"
"Hm? Iya? Emangnya kenapa?"
"Kau.. kau harus pergi dari sana sekarang!"
Voltra seketika mengerutkan keningnya bingung. Kenapa temannya ini memintanya untuk pergi?
"Memangnya kenapa?"
"Si sialan itu.. ia akan meledakkan rumah sakit itu!"
Deg!
Voltra seketika terdiam. Apa dia tidak salah dengar? Rumah sakit itu akan meledak?
"Beliung, kau tau kan, aku tidak suka bercanda seperti ini!"
"Huft.. sepertinya aku terlalu banyak mengeprankmu ya? Sampai-sampai kau tidak percaya lagi padaku?"
"Pake nanya!"
"Argh! Ya maaf, tapi sungguh! Kali ini aku tak berbohong! Salah satu rekanku baru saja mengirim pesan, bahwa anak buah dari si sialan itu sudah meletakkan bom di rumah sakit itu! Pokoknya kau harus segera pergi dari sana sekarang!"
Deg!
"Argh! Tidak bisa!"
"Eh? Kenapa?"
"Ish.. aku lagi lumpuh sementara ini, kakiku baru saja ditembak tau!" Ujar Voltra sembari memandang kedua kakinya yang mati rasa.
"Huft.. baiklah, kalo begitu kau tenanglah. Crsytal sudah dalam perjalanan ke sana sekarang!"
"Oh bagus.. kapan ia akan-"
Brakk!!
Ucapan Voltra terpotong ketika pintu kamarnya tiba-tiba saja didobrak. Melihat hal itu, Voltra pun langsung menggeram marah.
"Apakah kau tidak bisa membuka pintu itu pelan-pelan saja, Crsytal??"
Pemuda yang dipanggil 'Crsytal' itupun hanya memutar irisnya malas. Ia lalu dengan cepat langsung mendorong hospital bed milik Voltra keluar.
"Hey-hey-hey! Pelan-pelan saja Crsytal, apakah kau ingin membunuhku?!" Tanya Voltra panik.
"Ish.. diamlah Voltra! Ini itu untuk keselamatan kita! Kita tidak tau kapan bom itu akan meledak, jadi kita harus segera pergi dari sini!" Ujar Crsytal tegas.
"Eh? Tapi bagaimana dengan pasien dan orang-orang yang ada di rumah sakit ini?!"
"Jangan khawatir! Mereka semua sudah di evakuasi, jadi seharusnya aman!"
Mendengar penuturan dari Crsytal, Voltra pun segera menghela nafas lega. Sekarang ia hanya bisa memandang ke depan, dimana ia berkali-kali hampir menabrak, jika Crsytal tidak dengan cepat membelokkan hospital bednya. Rasanya benar-benar mirip seperti saat ia dibonceng motor oleh Halilintar tadi.
Ehh?
Voltra seketika terdiam, ia tiba-tiba saja terpikirkan tentang Halilintar. Bagaimana keadaannya?
Voltra pun sempat panik. Tapi ia mengingat bahwa orang-orang sudah pada dievakuasi, jadi seharusnya Halilintar sudah keluar.
Iya kan?
Setelah beberapa saat, ia dan Crsytal pun sudah keluar dari rumah sakit. Lalu seperti seharusnya, ada banyak mobil pemadam kebakaran dan polisi diluar.
Terlihat juga beberapa mobil ambulans yang mengangkut pasien-pasien. Sepertinya, itu adalah pasien-pasien yang sudah dievakuasi.
Tapp..
Tapp..
Tapp..
Beberapa dokter dan suster berjalan ke arah Voltra. Mereka hendak mengevakuasi dirinya, tapi Crsytal menghentikannya dan mengatakan bahwa Voltra adalah pasien yang akan ia bawa pulang.
Awalnya para dokter dan suster itu tidak yakin, tapi Voltra mengiyakan perkataan Crsytal dan akhirnya mereka pun mengizinkannya untuk membawa pulang dirinya.
Setelah urusan itu selesai, Voltra pun melirik sekitarnya. Banyak orang-orang datang dan merekam rumah sakit itu. Untungnya mereka berada cukup jauh, jadi seharusnya akan aman.
Iris Voltra memperhatikan setiap orang dengan seksama. Lalu ia pun mengerutkan keningnya bingung, ketika tidak menemukan sosok Halilintar dimanapun.
'Dimana Hali? Kenapa ia tidak ada dimana-mana?'
Voltra semakin panik. Apakah Halilintar tidak ada disini?
'Jika dia tidak ada disini, maka ia pasti berada di..'
Voltra seketika membulatkan matanya. Dengan cepat, ia pun menoleh ke arah rumah sakit itu.
"Crsytal! Hali masih ada di-"
BOMM!!
⟡ ------------------------- ⟡
「 𝐓𝐁𝐂.. 」
⟡ ------------------------- ⟡

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Independent [Halilintar] || ???? ??
General Fiction? ? ? ?? ??????????? ? ? ? ? ------------------------- ? Halilintar Vral Thunderstorm.. Itulah namaku. Aku adalah seorang anak biasa yang disuruh untuk berdikari. Berdikari, atau kata lainnya adalah mandiri. Sebagai seorang pelajar yang...
? ? ? ?? - ??????? ? ? ?
Mulai dari awal