Halow, absen dulu pake emot kesayangan💐
Ada nggak yang bolak-balik ke lapak ini nungguin Arka Gea? Jujurrrrrr biar aku seneng xixixi.
****
"Ge, lo jadi ikut kan malem ini?" Vivi membalik tubuhnya pada Gea yang duduk dua bangku di belakang bersama Senja. "Awas aja kalau lo absen lagi kaya biasanya. Nggak usah jadi anak kelas ini kalau nggak solid," julid Vivi.
Gea mengangguk. "Aku ikut kok, tenang aja."
Setelah mendapatkan jawaban dari Gea, Vivi melengos dan bangkit dari kursinya untuk pergi ke kantin karena bel istirahat baru saja berbunyi.
"Nggak usah dipaksain ikut, nggak akan boleh juga sama Kak Arka," ucap Senja pada Gea. "Nanti gue yang kasih alasan ke mereka."
"Aku mau ikut," jawab Gea kekeuh. "Dua tahun sekelas sama kalian, tapi aku nggak pernah ikut kumpul sekalipun. Itu kan parah banget. Gimana pun aku bakal ikut malam ini!" ucap Gea penuh tekad.
Begitu waktu pulang sekolah, Arka sudah menjemput dan muncul di depan kelas Gea hingga membuat seisi kelas jadi kikuk. Pria itu berdiri menjulang menggendong tas di salah satu bahu dengan tangan terlipat. Definisi diam saja tampan.
Gea buru-buru membereskan barang bawaannya. Setelah selesai, Gea langsung melangkah menuju Arka yang menunggunya.
"Arka, kamu duluan aja," kata Gea. "Aku pulang sendiri hari ini, nggak mau pulang sama kamu."
Kening Arka berkerut tidak suka. "Naik apa?"
"Naik motor Senja."
Senja yang namanya disebut langsung mengangkat kepala. Dia masih berada di tempat duduknya. Pun dengan murid lain yang masih di kelas karena tidak berani melewati Arka di depan sana.
"Nggak, Kak. Gea nggak pulang sama gue," kata Senja dengan santainya. "Bawa aja pulang sama lo. Tolong jangan bawa-bawa kita."
Gea menatap Senja dengan tidak percaya.
Senja tersenyum alim pada Gea. "Lo emang temen gue, Ge. Tapi nyawa gue lebih penting. Makasih."
"Oh, ada yang lo sembunyiin?" tebak Arka, satu alisnya terangkat tipis. "Bilang, sebelum gue cari tau sendiri," suruh Arka.
Gea menahan kesal karena sikap pemaksa Arka. Namun gadis itu malah menampilkan senyum sambil menggeleng kecil. "Serius, nggak ada apa-apa."
"Jawab atau gue tanya satu-satu ke temen sekelas lo?" Arka menghunus tajam sembari melipat tangannya.
"Anu," cicitnya. Gea mainkan rambutnya dengan raut lugu. "Tadinya mau pergi malam ini sama Senja."
"Gak," tolak Arka mentah-mentah. "Jam malem lo tetap jam tujuh. Nggak boleh keluar setelah itu," putus Arka telak.
Gea mengangguk mengerti. "Mangkanya nggak jadi pergi. Padahal tadinya aku mau cari hadiah buat kamu. Tapi nggak apa-apa deh, kapan-kapan aja."
"Hadiah?" ekspresi Arka perlahan melembut.
Gea mengangguk. "Besok, kamu bakal tanding futsal kan? Aku yakin kamu menang mangkanya mau siapin hadiah."
Gea menghela nafas sedih. "Tapi kalau nggak boleh ya mau gimana lagi."
Arka berdehem kecil lalu mengusap hidungnya pelan. "Jam delapan malem, gue tambah jam malem lo."
"Jadi boleh?" tanya Gea dengan riang.
Arka mengangguk pelan. "Jam delapan," tekannya. "Nggak lebih dari itu. Kalau lewat, gue abisin lo."
"Iya, Arka. Janji!"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lethal Boy Friend
Teen FictionTeman tapi posesif? Arkanza Archeron itu galak, kejam, tidak berprikemanusiaan. Dia sering membunuh orang dengan mulut pedasnya. Begitulah menurut Geandra Liona selaku sahabatnya sejak kecil. Gea yang cengeng, Arka yang emosian. Mereka tidak pernah...