抖阴社区

28 - Takut

29.8K 2.2K 199
                                    

Usai kejadian di rumah pohon itu, Gea menarik jarak dari Arka.

Meskipun tidak sepenuhnya. Karena itu mustahil.

Bagaimana cara untuk menghindari Arka sementara laki-laki itu selalu ada di sekitar Gea. Entah mengapa dia tidak bisa lagi menganggap Arka sebagai sahabatnya yang bisa menjadi tempat ia berlindung seperti dulu. Karena sekarang laki-laki itu selalu membuatnya ketakutan bahkan hanya dengan menatap matanya.

Dulu Gea selalu berani menjawab ucapan Arka dengan sama galaknya tapi sekarang itu mustahil karena tubuhnya sendiri tidak bereaksi dengan baik saat bersama Arka, kepalanya refleks memikirkan hal-hal buruk yang kemungkinan terjadi saat ia berada di sebelah pria itu. Membuatnya jadi gemetar dan tidak bisa berlama-lama di samping cowok itu.

Meskipun begitu, Gea tidak berani melawan Arka. Apapun yang Arka katakan selalu dia lakukan, Apapun yang Arka minta selalu dia turuti, Gea sudah seperti boneka yang dimainkan oleh pemiliknya. Setidaknya itulah yang Gea pikirkan semenjak Arka dengan terang-terangan mengatakan ingin ia memberikan keperawanannya.

Gila.

Gea tidak habis pikir.

Ini efek karena Arka terkena pergaulan bebas saat kuliah di Kanada? Atau memang aslinya Arka seperti ini?

Gea menutup matanya dengan tangan berada di atas kening, memijatnya pelan. Setiap memikirkan permintaan tidak masuk akal Arka, ia selalu pusing seperti ini.

Gea tidak mau memberikan hal yang sangat berharga untuknya secinta apapun gadis itu pada Arka. Tidak mau.

Dan mendadak Gea teringat ucapan Yosha dan Raka saat malam yang seharusnya menjadi acara pertunangan Arka dan Kalana. Sebenarnya saat itu mereka berusaha mengatakan apa sih?

"Non Gea, ada Den Arka."

Gea langsung bangkit dari ranjangnya dan berniat mengunci pintu kamar secepat mungkin. Sayangnya ia kalah cepat dengan sosok tinggi besar yang tiba-tiba masuk dengan membawa banyak jajanan di kedua tangannya.

"Ndut, nyemil yuk," ajak Arka.

Gea menggeleng pelan. "Aku nggak lapar, udah mau tidur," tolaknya hati-hati.

"Begadang aja, temenin gue main game." Arka meletakan barang bawaannya ke meja. Ia melirik Gea yang tidak menyahut apapun dan berdiri kaku di dekat pintu. "Mending temenin main game atau lo yang gue mainin?"

Gea menunduk, bibirnya terkatup rapat.

"Jawab gue, cadel!" paksa Arka. Guratan kesal mulai terlihat di wajah tampannya. "Lo kenapa sih akhir-akhir ini? Gue ada salah?"

Gea menggeleng pelan.

"Jangan gini lah, Gea. Biasanya lo seneng-seneng aja berduaan sama gue. Jangan bersikap kaya lo takut banget sama gue gini!"

"Aku emang takut," cicit gadis itu.

"Hah?" bingung Arka. "Takut kenapa?"

"Aku nggak mau ketemu kamu dulu," ucap Gea tiba-tiba. "Bisa kan kamu nggak masuk sembarangan lagi ke kamarku kayak sekarang?"

"Buset dah, ini bocah kenapa sih?" heran Arka. Dia mendekat tapi Gea langsung mundur menjauh begitu saja. Saat Arka akan menyentuhnya pun, Gea langsung menghindar dan membuat tanda tanya semakin banyak di kepala Arka.

"Lo kenapa?" kali ini Arka bertanya dengan ekspresi serius.

"Keluar dari kamar aku," usir Gea, suaranya pelan. Tidak cempreng atau galak seperti biasanya. Perbedaan itu membuat Arka menghela nafas pelan. Sudah beberapa hari gadis itu begini padanya. Arka sudah tidak bisa diam lagi, ini harus diselesaikan.

My Lethal Boy Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang