Hueningkai berdiri bersandar pada bingkai jendela, memperhatikan intens satu buah objek bernyawa di depan cermin. Bibir tipisnya tersungging penuh haru. Matanya menerawang liar dari ujung kaki ke kepala tanpa berkedip.
"Apa?" Tanya si rubah risih. Kai tak menjawab, berjalan mendekat ke arah belakang punggung pemuda yang lebih pendek 2 cm darinya itu. Manik keduanya pun bertemu sapa di bias cermin.
"Heh..." Kai mulai terkekeh tak jelas, tingkah absurd itu tentu saja membuat Yeonjun semakin berpikir ngeri. Ia pun lekas berbalik dan memberinya sejumput pukulan pada tengkuk leher. Kai -berpura-pura- mengaduh sakit mengusap bekas geplakan. "Jun, kau kejam".
Yeonjun mendengus kesal. Ia mulai mengenakan kaos hitam polos pas badan, ditambah balutan jaket berbahan kulit warna senada. Untuk sejenak ia memangku dagu, bingung memilih sepatu mana yang akan di pakai bergaya malam ini. Dan... pilihannya jatuh pada boots biker berukuran besar dengan sol agak tebal. Memberi kesan gagah dan jantan.
"Oi, kita ini mau ke acara reuni, bukan balap liar--" celetuk Kai menggeleng kepala heran, tapi tak pula dapat dipungkiri jika Yeonjun jadi terlihat semakin tampan dan maskulin.
WUSH
Hampir saja Kai kehilangan hidung mancung miliknya, Yeonjun secara gamblang melemparkan sebuah helmet padanya. Pemuda itu melirik tipis seraya menyeringai. "Kapan lagi aku bisa pamer motor baru" Kai pun tertawa sebagai balasan atas arogansinya.
Saat keduanya turun menuju area basement, Kai mendadak kakj sesaat setelah bola matanya menangkap nyata wujud sebuah motor besar berwarna hitam. "Jun..." ia menutup mulutnya yang kini tengah terperangah lebar.
"Yap... Ducati Panigale V4. Dan ini... 1000cc." bisik Yeonjun lirih yang mana langsung membuat bulu kuduk Kai meremang horor.
Sebelum meluncur lurus ke lokasi tertuju, mereka mampir sejenak di
convenience store untuk membeli minuman pereda mabuk. Karena, bukannya tidak mungkin kalau di sana nanti bakal tersedia alkohol.Saat hendak membayar, tanpa sadar seseorang datang dan menepuk bahu Yeonjun. Awalnya ia mengira jika itu Kai, akan tetapi--
"!"
Siluet rupa tampan bercampur ayu menampakan diri secara tiba-tiba di hadapannya, Yeonjun sedikit terkesiap kaget lalu spontan mundur selangkah.
"Hai... sunbaenim," sapa orang itu ramah. Dahi si rubah berkerut bingung.
"Err... kau--" wajah cantiknya seketika berubah merengut tak suka kala Yeonjun terlihat berusaha keras mengingat.
"CHOI BEOMGYU!" Sebutnya dengan suara berat.
"A-Aaa... haha iya, Beomgyu..." menggaruk tengkuk meski tak gatal, kagok.
"Jun kenapa lama sek-- oh!" Manik Hueningkai dan Beomgyu tanpa sengaja bertabrakan.
"Kau masih hidup, rupanya" cemooh Kai yang sudah pasti mengundang sulut api pemuda itu. Yeonjun yang tak enak hati kemudian meminta maaf pada orang-orang di sekitar, lalu dengan segera menggeret kedua makhluk tersebut keluar toko.
"Bangsat!" Maki Beomgyu pada Kai berlanjut tanpa rasa takut.
"Aish, sudahlah--" lerai Yeonjun, rasanya mau menghilang saja.
"--Beomgyu-ssi, kau ke sini dengan siapa?" Tanya Yeonjun coba mencairkan suasana mencekam. Dan... benar saja, air muka pemuda itu langsung berubah ceria. Ia berhambur bergelayut manja di lengan kiri Yeonjun. Kai mendesis sinis.
"Ada sepupuku di sana--" tunjuknya ke arah mobil Bugatti keluaran terbaru. Baik Yeonjun maupun Kai saling bertukar pandangan cengo. "--sunbae apa kabar?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pure Divine/SooJun(On Going)
FanfictionYeonjun benar-benar serius menyukai Soobin yang kala itu sering dijadikan bahan perundungan. Mengetahui jika ada seseorang yang memiliki perasaan spesial terhadapnya, tentu membuat Soobin terheran sekaligus senang. Awalnya ia berniat untuk memperti...