Halilintar menutup pintu kamarnya dengan lemah. Tangannya masih menggenggam tombol pintu sebelum dia menguncinya.
Dia berdiri di situ seketika, bersandar pada dinding. Menghela napas kasar.
Dia tahu mereka semua peduli padanya.
Tapi mereka tidak akan pernah mengerti.
Tidak akan pernah mengerti rasa sakit yang dia bawa selama bertahun-tahun.
Kakinya perlahan melangkah ke ranjang. Dia merebahkan dirinya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar yang gelap. Nafasnya terhenti seketika ketika perasaan itu datang lagi-rasa sakit yang sangat dalam.
Ia selalu kembali.
Ingin melelapkan mata tetapi makin menjadi-jadi. Jadi dia tidak akan tidur juga malam ni.
---
"Kemana lagi kamu?" tanya seorang pria yang duduk santai di sebuah sofa sambil menghirup kopi.
Langkah kaki pemuda itu terhenti lalu berpaling menatap pria itu sekilas.
"Ke rumah teman." sahut pemuda itu.
"Jangan lewat pulang."
Pemuda itu hanya berdehem sebagai balasan. Segera dia melangkah menuju ke garaj tempat motor kesayangannya berada. Tidak lama kemudian kedengaran bunyi deruan motor keluar dari tempat itu lalu perlahan menghilang.
"Pa, kenapa dibiarin anak itu keluar? Ini udah lewat malam loh." ucap seorang wanita yang baru datang dari ruang dapur.
"Ma, kalau Reza ingat waktu pulang, dia akan pulang." balas pria itu. Fokusnya kini beralih pada cawan kopinya tadi.
Perlahan, wanita itu menghampiri sang suami dan duduk di sofa tepat disebelah suaminya. Tangannya terulur memeluk melingkari lengan kekar milik si suami.
"Suruh Reza pulang." minta wanita itu pada sang suami.
"Kenapa hmm? Tidak selalunya begini." tanya pria itu. Menatap heran sang isteri tercintanya.
"Aku dengar udah ramai anak remaja menghilang. Sampai sekarang masih nggak ketemu." Kini netra coklat gelap milik wanita itu menatap sang suami dengan wajah khawatir.
"Aku cuma risaukan anak kita."
Tangan pria yang dipeluk sang isteri dia lepas perlahan dan beralih merengkuh tubuh wanita itu dari belakang kemudian tangan yang satunya lagi mengelus lembut surai legam milik wanita itu.
"Udah ma, jangan risaukan Reza. Dia boleh jaga diri lagipun anak itu udah besar."
"Tapi pa, aku terus kepikiran Reza." Wanita itu kini menatap memohon pada sang suami. Lalu helaan napas terdengar dari pria itu.
"Baiklah, nanti akan aku hubungi anak itu. Udahlah, sekarang kita nonton tv bareng."
__
Flashback 7 tahun lalu.
Bunyi titisan air kedengaran dalam keheningan.
Terlihat sesosok anak kecil duduk di atas lantai simen yang dingin, tubuhnya menggigil. Tangannya terikat di belakang punggungnya, kakinya juga dirantai dengan rantai besi.
Dia menggigit bibirnya yang sudah pecah. Kelaparan, keletihan, dan ketakutan bercampur menjadi satu.
Perutnya berbunyi perlahan, meminta makanan. Tapi dia lebih baik menghadapi hidupnya dengan rasa lapar dibandingkan dia dihadapkan dengan orang-orang di rumah ini.
Berapa lama dia sudah berada di sini?
Dia tidak tahu.
Dia hanya tahu bahawa hari-hari berlalu begitu perlahan, setiap detiknya terasa seperti penderitaan tanpa penghujung.

ANDA SEDANG MEMBACA
SISA HUJAN LUKA [on going]
Mystery / ThrillerCtass! Ctass! Ctass! "Ayah, sakit Yah, badan Hali sakit..hiks..hiks!" Bugh! "Akhh!" Suara jeritan kesakitan terkeluar begitu sahaja dari mulut anak kecil itu. Dirinya ditendang oleh orang yang dia sayang tanpa terbesit sedikit pun rasa bersalah dala...