"Anything I want, anytime I want was a very dangerous promise to make to you, Lea. Because you have no idea what I want from you." - Xavier Hall.
-
Azalea Luvi Jhonson, gadis itu tak sengaja melihat seorang pria terkapar bersimbah darah di tanah did...
Lea dan teman-temannya saat ini sedang membersihkan restoran tempat mereka bekerja. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Restoran sudah sepi dan tak ada lagi pengunjung yang datang.
Namun aktifitasnya terhenti saat ponsel miliknya berdering di dalam saku celana. Dengan cepat Lea meraih ponsel itu dan ternyata sang adik yang menelpon.
"Ada apa?" Lea memulai pembicaraan.
"Kak... Apa kakak sudah selesai bekerja? Apa kakak bisa ke rumah sekarang?" Suara sang adik terdengar gemetar.
"Memangnya ada apa? Apa ayah belum pulang? Atau ayah pulang dengan keadaan mabuk lagi? Katakan, jangan membuatku khawatir."
"Tidak... Ayah belum pulang, bahkan sejak kemarin..."
"Apa? Kenapa kau tidak bilang padaku?"
"Aku akan menjelaskan itu nanti kak... Sekarang kakak bisa kemari? Ada beberapa pria bertubuh besar yang terus menggedor-gedor pintu depan. Aku takut..."
"Siapa mereka? Ada berapa pria disana?" Lea berusaha untuk tetap tenang agar adiknya tidak semakin takut.
"Aku tidak tahu... Namun, ada sekitar tiga pria. Mereka terus menggedor pintu dan meneriaki nama ayah..."
"Hei, sialan! Jangan mencoba lari dari kami!! Kau tahu itu akan sia-sia! Cepat keluar atau pintu ini akan kami dobrak!!"
"Jhonson!! Cepat keluar! Bayar hutangmu! Ini sudah melewati batas perjanjian!!!"
Suara-suara pria itu begitu keras hingga terdengar oleh Lea. Saat mendengar itu Lea tahu siapa mereka. Mereka pasti para rentenir yang menagih hutang ayahnya.
Lea menghela nafas berat, ia sangat lelah dengan kelakuan sang ayah yang pengangguran, pemabuk dan suka berjudi. Lea tak heran lagi jika ada rentenir yang terus mendatangi rumah ayahnya yang memang suka berhutang dimana-mana.
"aku akan segera kesana. Tunggulah, tetap didalam dan jangan membuka pintunya. Mengerti?"
"Ya, kak. Aku mengerti... Cepatlah datang." Suara sang adik terdengar penuh permohonan dan rasa takut.
Setelah itu Lea langsung menutup telpon dan menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.