Lisa menatap mansion megah di hadapannya, matanya berkilau dengan kekaguman dan kebingungan yang bercampur aduk. Di bawah sinar bulan yang lembut, bangunan itu berdiri anggun, memancarkan kemewahan dan kehangatan yang tidak pernah ia sangka.
"Sayang, ini rumah siapa?" tanyanya, suaranya nyaris berbisik di tengah udara malam yang tenang.
Jungkook merangkulnya erat, senyum menawan menghiasi wajahnya. "Ini rumah kita," ujarnya penuh kebanggaan. "Aku memutuskan untuk membangun istana kita sendiri. Eomma dan Appa sudah mengetahui dan mendukung keputusanku."
Air mata haru menggenang di mata Lisa. "Aku tidak tahu mengapa kamu malah membuatku menangis malam-malam begini," katanya dengan suara bergetar, namun bibirnya melengkung dalam senyuman bahagia.
Jungkook terkekeh, menyeka lembut air mata di pipi istrinya. "Aku rasa kita perlu mengenal lebih dalam dan dalam hingga sedalam sampai aku menjadi orang yang paling mengenalmu dan kamu menjadi orang yang paling memahamiku," katanya sambil menggenggam tangan Lisa, mengajaknya masuk ke dalam rumah mereka.
Di ruang tamu, foto pernikahan mereka tergantung megah, dikelilingi oleh potret keluarga yang menambah kehangatan suasana. Perabotan yang elegan dan desain interior yang mewah membuat Lisa terpana, menyusuri setiap sudut rumah dengan rasa ingin tahu yang besar. Sampai akhirnya, langkahnya membawanya ke balkon, tempat angin malam menyentuh lembut wajahnya, menyapu anak rambut yang tergerai.
"Sayang, aku bahagia banget," ucap Lisa dengan mata berbinar, suaranya menggambarkan kebahagiaan yang meluap dari dalam dirinya. "Aku beruntung punya suami seperti kamu. Meski aku sempat ragu kalau kamu bisa bersikap manis karena kamu di kantor begitu kaku dan pemarah," candanya, menatap suaminya dengan mata nakal.
Jungkook tersenyum, menatap jauh ke cakrawala. "Itu fakta, Sayang. Aku tidak menyalahkan pemikiranmu itu. Tapi, kamu telah berhasil merubahku," ujarnya, suaranya lembut namun penuh ketegasan. Dia menyandarkan tubuhnya pada pembatas balkon, menikmati pemandangan kota yang tampak tenang dari ketinggian.
Lisa mengalihkan pandangannya pada Jungkook, menikmati ketenangan yang terpancar dari wajah suaminya. Dia tahu, di balik ketenangan itu, suaminya menyimpan banyak tekanan dari Ryu Han, yang kerap kali menyulitkan JK Company miliknya. Namun, Jungkook selalu berhasil menghadirkan ketenangan yang sama untuknya.
"Sayang, seandainya waktu di putar ulang kembali. Apa kamu menyesali pernikahan kita?" tanya Jungkook tiba-tiba, matanya menatap lurus pada Lisa.
Lisa tersenyum lembut, meraih bahu suaminya dan menariknya lebih dekat. "Aku akan menyesal jika waktu itu aku berlarut-larut dalam ragu untuk menerima pinanganmu," jawabnya tulus, menatap dalam mata Jungkook.
Lisa membelai lembut wajah suaminya. "Aku mencintaimu," katanya, suara lembutnya mengalun seperti musik di telinga Jungkook.
Rasa lega menyelimuti hati Jungkook. Ketakutannya kehilangan Lisa, terutama dengan kehadiran Ryu Han yang sempat mengusik hubungan mereka, perlahan sirna. Dia yakin, cinta mereka akan selalu bertahan.
"Hum, Sayang, bagaimana kalau kita menikmati bir, kaki ayam dan ayam goreng?" tawar Lisa, mengalihkan suasana.
"Ide bagus! Aku juga punya rooftop," jawab Jungkook dengan semangat yang membara.
Mereka segera mempersiapkan semuanya, Jungkook mengambil bir dari kulkas sementara Lisa memesan makanan. Tak lama, mereka sudah duduk di rooftop, menikmati malam sambil berbagi cerita masa kecil mereka.
"Sayang, bagaimana jika kita menikmati bir ini dengan permainan seru? Jika kalah, berarti kamu minumnya satu kaleng sampai habis? Bagaimana?" ajak Lisa, matanya penuh semangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris Jeon (LISKOOK)?
Fanfiction[ TAMAT ] Di balik kesuksesan dan kekayaan Jeon Jungkook, seorang miliuner muda yang tampan dan berkarisma, terdapat satu masalah yang terus menghantuinya-tekanan dari ibunya yang tak henti-hentinya bertanya, "Kapan kamu menikah?" Dalam usaha untuk...