抖阴社区

6. Take a shot

1.1K 150 17
                                        

"Wajar aku curiga. Kau selalu lari dariku. Semalam kau tidur lebih awal dan pagi ini kau pura-pura bangun terlambat. Sikapmu terhadapku juga selalu aneh. Tidak kah kau merasa ada banyak hal yang perlu kita luruskan? Sekarang, jika kau punya pertanyaan untukku, tanyakan."

Jisung menepis tangan Minho pelan. Ia terdiam di tempatnya berdiri. Mulutnya terkatup sempurna, tak ada tanda-tanda akan mulai bicara.

"Baiklah, aku saja yang bertanya. Pertanyaan pertama, kemarin aku membantumu mengambilkan handuk dan pakaian, bukankah seharusnya kau mengucapkan terima kasih alih-alih mengatakan aku mesum dan langsung tidur?" Minho menatap tajam.

"Terima kasih," ucap Jisung mengalah takut. Ia benar-benar lupa kemarin karena dirinya terlanjur malu.

"Pertanyaan kedua, coba kau ingat caramu bicara sepanjang hari padaku. Bukankah cara bicaramu kepada kakak kelas terlalu kasar?" Minho menghardik Jisung sambil berkacak pinggang.

Jisung menunduk, "Maafkan aku. Aku telah melakukan kesalahan dan akan memperbaikinya, Min-Minho sunbaenim."

"Pertanyaan ketiga, sepertinya aku mengerti alasan dibalik sikapmu yang kacau terhadapku," Minho berhenti sejenak. "Apakah karena rumor itu?"

Jisung mendongak. Ekspresi tengil Minho yang biasanya terpasang sempurna di wajahnya kini berganti dengan wajah serius, dan itu membuat Jisung semakin merinding.

"Bicaralah," Minho menunggu, rautnya terlihat tidak sabar.

Oh, lagi-lagi pertanyaan sensitif soal itu. Mereka hanya berjarak satu kaki sekarang, Jisung mampu merasakan aura panas berkobar yang dikeluarkan Minho. Udara di sekitar menjadi tidak sejuk lagi meski ini masih pagi.

Beberapa saat Jisung hanya diam saja, namun ia terkejut karena tiba-tiba tangan kiri Minho mengepal dan melayang cepat ke arah wajah Jisung.

Jisung langsung memejamkan mata menerima takdir. Ia yakin Minho akan memukulnya. Rupanya di sini Minho akan meluapkan amarahnya yang terpendam akibat terus diuji oleh Jisung selama ini, dan beginilah nasib malang Jisung. Alih-alih mengikuti kegiatan latihan intensif baseball dan bersenang-senang, ia justru berakhir dipukuli Minho seperti korbannya yang sebelumnya.

Tidak terjadi apa-apa.

Jisung tidak merasakan sakit. Ia memberanikan diri membuka mata.

Minho masih berdiri di sana, menatap Jisung dengan heran. Di tangan kirinya, Minho memegang sehelai daun matoa kering, nampaknya terjatuh dari pohon yang memayungi sisi lapangan tempat mereka berdiri saat ini. "Kenapa kau terlihat ketakutan sampai memejamkan mata? Aku hanya mengambil daun ini dari rambutmu."

Diam-diam Jisung merasa lega. Ia kira Minho akan memukulnya. "Tidak ada," Jisung menjawab canggung.

Namun entah kenapa lagi-lagi raut wajah Minho berubah drastis. Kini anak itu tersenyum miring dan memandang Jisung dengan tatapan yang sulit diartikan. "Jangan-jangan kau mengira aku akan menciummu."

Jisung mengerutkan dahi.

Buk!

Jisung memukul Minho tepat di pipi kirinya. Bagai dirasuki setan untuk sekian detik, kini ia pun terkejut dengan apa yang baru saja ia lakukan. Tangannya seolah bergerak sendiri. "Maaf, ini salahmu!" Jisung berteriak sambil berlari sekencang-kencangnya, menjauh dari Minho.

Si tupai melewati pasangan-pasangan anak lain yang berlatih berdempetan di bagian lapangan yang lebih tengah, hingga Minho nyaris tak dapat melihat punggung Jisung lagi.

Minho memegangi pipi kirinya, menghela nafas seraya memandang kepergian Jisung, "Pertanyaan keempat,

Siapa namamu?"

SKZ's Intensive Training (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang