Kepada anak perempuanku.
Jika kau memberiku kesempatan membela diri untuk terakhir kalinya, bacalah surat ini. Ini adalah pembelaan dari seorang perempuan, bukan seorang ibu. Karena aku tidak bisa lagi membela diriku sebagai seorang ibu. Bakarlah kertas ini bersama tubuhku jika kau tidak bersedia.
Sang Gadis menatapi kertas di tangannya. Apa? Pembelaan diri? Orang ini sudah gila? Pembelaan diri sebagai perempuan? Pada akhirnya isinya adalah bagaimana sang Gadis baru akan memahami perempuan gila itu setelah dia menikah dan berumah tangga. Itu yang akan ditulisnya pada kertas ini, sebagaimana dia sering mengucapkannya di depan wajah anak yang bahkan merasa jijik untuk membayangkan dirinya akan berumah tangga.
Dia menatapi ibunya yang kini tergeletak di atas ranjang. Wajahnya kini pucat, tubuhnya tak bergerak sedikit pun bahkan bernapas sekalipun.
"Hei bangsat. Kau tahu bagaimana rasanya dipukuli meski kau tak tahu apa salahmu? Kau tahu bagaimana aku tidak tenang sedetikpun, takut tiba-tiba pukulan atau cubitan menghampiri? Kau tahu bagaimana rasa iri yang kurasakan saat mendengar yang lain sangat menantikan pulang ke rumah?" Dia menjambak rambut perempuan itu. Wajah pucat itu bahkan masih terlihat begitu muda.
"Kau tahu bagaimana aku harus melepaskan mimpiku karena aku tidak mau hidup dengan uang kotor?" Air mata milik sang Gadis kini menitik, membasahi wajah itu. Hatinya gundah. Apa-apaan yang dilihatnya? Ibunya bunuh diri?
"Kau tahu bagaimana seorang anak harus mendengarkan seorang pria berkata kotor tentangmu?" Dia melepaskan jambakan itu kemudian jatuh di atas perut ibunya. Air matanya tak dapat berhenti mengalir. Rasa kesal menumpuk di dadanya.
"Kau tahu bahkan saat kau masih hidup, hantumu sudah menghantui mimpiku?" Dia memukuli perut perempuan itu dengan perlahan. Di saat ini, sayangnya yang terlintas di kepalanya bukanlah bagaimana perempuan itu memukulinya, tetapi bagaimana dulu dia juga sempat dipeluk. Dia juga sempat dibelikan es krim. Dia juga sempat dibelikan kue coklat yang tidak disukainya.
"Kau tahu bahwa aku tidak menyukai kue coklat. Kau bilang aku menyukainya karena aku selalu menghabiskannya. Tapi aku menyukai kue vanilla. Aku tahu kau tidak akan pernah membelikanku kue lagi jika aku tidak menghabiskannya." Dia mengangkat wajahnya kemudian terisak tanpa sadar. Dia mendongak dan menangis seperti seorang anak kecil.
"Kau tahu bahwa saat aku menang. Meski aku menang, aku akan selalu kalah saat melihat anak yang dihibur ibunya... Kau juga harusnya melihat aku. Aku yang sangat hebat." Gadis itu kini membenamkan wajahnya di atas dada sang Ibu. Dia meremas rambutnya dengan frustasi. "Lihat aku dan peluk aku sekali saja."
Pada akhirnya dia membuka surat itu. Pembelaan diri dari seorang perempuan yang tak pernah memperhatikan anaknya sendiri.
Aku tidak tahu mengapa semuanya seperti ini. Jika aku boleh jujur, aku juga terkadang tidak ingin terlahir. Dulu setiap mendengarmu menangis setiap malam, aku merasa hatiku hancur. Orang selalu berkata buah jatuh tak jauh dari pohon, hal ini mungkin memang benar adanya.
Dulu saat aku dipukuli ibuku, aku juga sempat memiliki hati baik seorang anak-anak, yang bertekat tidak akan memperlakukan anakku seperti itu. Aku juga sempat menjadi sepertimu yang tidak memahami mengapa ibuku memukuliku. Aku juga sempat tak menyangka aku akan membaca ulang buku yang dibaca oleh ibuku dengan sama persis.
Oh sayangku, mereka terus membicarakan tentang karma seorang ayah. Tentang bagaimana anak perempuannya akan diperlakukan oleh pasangannya sama seperti bagaimana sang Ayah memperlakukan istrinya. Awalnya aku sangat sombong. Aku congkak saat mendapatkan seorang suami yang berkecukupan, tidak seperti ibuku. Dengan hati yang tinggi aku merasa akhir dari sebuah cerita dapat berubah saat yang membacanya adalah orang yang berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity [I. Senku x Reader]
Fanfiction"Meski Merkurius lebih dekat dengan matahari tetapi Venus memiliki temperatur yang lebih panas. Kok bisa begitu? Terdengar keren!" Tanya gadis itu antusias. Matanya berbinar-binar kala mendengarkan ocehan dari anak laki-laki dengan sejuta pengetahua...