抖阴社区

?1

2.2K 164 26
                                        

"Selama ini, aku terus memperhatikanmu dari kejauhan. Lama-lama aku makin sadar kalau sebenarnya aku jatuh cinta padamu. Jadi, apa kamu mau jadi pacarku?"

Keadaan hingar-bingar di kantin mendadak sunyi. Semua orang pura-pura tak menyadari keberadaan Sunghoon dan perkataannya tadi. Bahkan Jake yang berada tepat di sebelah Heeseung pun pura-pura fokus dengan ramyun yang disantapnya.

Bagaimana ini? Heeseung harus apa? Seseorang yang selama ini sangat ingin ia hindari kini berada tepat di hadapannya, lengkap dengan sebatang coklat dan ungkapan cintanya.

Jay, teman Sunghoon, yang berdiri dari kejauhan hanya tertawa geli melihat Sunghoon ternyata punya sisi (sok) romantis seperti itu.

"Ayo terima saja!" Teriak Jay.

Heeseung masih diam. Jantungnya berdegup kencang. Bukan karena baper, tapi karena ia takut salah ambil langkah. Bisa-bisa Heeseung akan babak belur kalau sampai membuat Sunghoon tersinggung.

Keringat dingin mulai tampak membasahi kening. Heeseung meneguk ludahnya dengan susah payah.

"M-maaf..."

Air muka Sunghoon mendadak berubah. Senyum (sok) ramah di belah bibirnya menghilang. Ah, mungkin Sunghoon bisa menebak apa yang akan Heeseung katakan selanjutnya.

"Aku ingin fokus dengan pendidikan-ku. Saat ini, aku sama sekali tak tertarik dengan hubungan percintaan. Terima kasih telah mencintaiku. Tapi maaf, aku harus menolaknya."

Bruh. Ada orang yang menahan tawa di pojok sana. Sunghoon memicingkan mata, menatap tajam lelaki yang kini menutup mulutnya itu. Akan Sunghoon pastikan orang yang menahan tawa tadi babak belur.

Sunghoon kembali beralih menatap Heeseung. Ditaruhnya coklat itu di atas meja. "Oke, tak apa. Ambil saja coklatnya. Sayang kalau dibiarkan."

Heeseung terperangah. Apa benar Sunghoon melepasnya semudah ini? Bahkan lelaki tampan itu sudah pergi bersama temannya setelah memberi Heeseung coklat. Tapi syukurlah. Heeseung bisa bernafas lega sekarang.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Jake, terselip nada penuh kekhawatiran.

"A-ah... Tadi aku sangat takut. Kalau sekarang aku baik-baik saja kok." Jawab Heeseung sambil melempar senyum meyakinkan ke arah Jake.

"Syukurlah. Kalau ada apa-apa, serahkan saja padaku. Nanti akan aku buat perhitungan ke si Sunghoon-Sunghoon itu."

"Ppfft... Bukannya kamu cuma diam tadi? Kamu juga bersikap seolah bukan temanku." Ucap Heeseung, menahan tawanya.

"I-itu..." Jake menggaruk pipinya. "Ah, sudahlah. Cepat makan! Sebentar lagi kelas akan dimulai."

Dua orang yang punya ikatan persahabatan kuat itu pun kembali dengan acara makannya yang sempat tertunda. Begitu juga dengan para mahasiswa lain yang kembali membuat suara gaduh di area kantin.

××~×~×~×~×~×~×~×~××

Heeseung bukanlah anak manja. Selepas pulang dari kampus, Heeseung menggunakan waktu yang tersisa untuk bekerja sambilan di sebuah toko kue milik kenalan ibunya. Meski uang yang didapat tak seberapa, Heeseung sangat bersyukur bisa sedikit mengurangi beban orangtuanya.

Letak toko kue itu sendiri lumayan jauh, bahkan melewati Universitas HYBE tempatnya menimba ilmu. Setiap pulang-pergi ke kampus dan toko kue, Heeseung selalu mengayuh sepeda tuanya untuk menghemat biaya. Semua Heeseung lakukan demi masa depan dirinya dan sekeluarga.

Ini sudah lebih dari seminggu sejak Sunghoon menyatakan cinta. Tidak ada yang aneh. Heeseung menjalani hari-harinya seperti biasa di kampus.

Air keringat menuruni pelipis. Sambil terus mengayuh sepeda, Heeseung mengelap keringatnya. Cahaya matahari mulai menghilang di bawah garis cakrawala, tepat di sebelah barat. Hari sudah sangat sore. Apapun yang terjadi, Heeseung harus sampai di rumah sebelum hari berubah gelap.

I'm (Not) Yours || HoonSeung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang