Tiga hari telah lepas sejak Jay menyebarkan video itu, namun Jake tak kunjung merespon. Jika Jay mencoba menelepon nomornya pun pasti akan selalu berakhir dengan kegagalan.Jay yang merasa bahwa Jake mengabaikannya malah semakin tersulut emosi, rasanya seperti ia akan jatuh dari tebing yang curam menuju jurang tanpa dasar. Benar-benar kesal dan menjengkelkan. Karena itu, hari ini Jay berniat menemui Jake secara langsung.
Pagi yang indah di musim dingin. Sinar lembut matahari menerpa halaman kampus Universitas HYBE. Tampak selimut putih salju terhampar luas menutup permukaan tanah dan lapangan olahraga.
--Huft... Sepertinya para mahasiswa/i harus bekerjasama untuk menyingkirkan tumpukan salju yang kian menebal.
Jay berjalan tergesa-gesa menuju kelas Jake. Karena mereka berbeda jurusan, maka jarak antar gedungnya pun lumayan jauh.
Sepanjang perjalanan, Jay dihadiahi tatapan aneh penuh selidik oleh para mahasiswa. Bahkan beberapa ada yang terang-terangan bertanya perihal video yang tersebar tempo hari. Dan semua pertanyaan itu akan dijawab dengan "Aku tak tahu", "Bukan aku", "Jangan menuduh sembarangan!"
Hingga pada akhirnya, Jay berhasil menginjakkan kaki di depan kelas Jake. Pintu kelas berwarna hitam itu masih tertutup. Jay merasa jantungnya berdebar lebih kencang, entah karena emosi yang akan meledak-ledak, atau mungkin sesuatu yang lain.
Tok
Tok
"Cari siapa?"
Suara berat seorang lelaki membuat pergerakannya terhenti. Jay menatap tepat ke arah lelaki ber-nametag Haruto.
"Aku mencari Jake. Apa dia ada di sini?" Tanya Jay dengan wajah tanpa dosa.
Air muka Haruto berubah drastis saat nama Jake kembali diucapkan. Matanya terasa panas. Sambil menahan sesak, Haruto menjawab, "Kamu belum tahu? Jake telah mati sejak hari pertama musim dingin."
Deg
Bumi di bawah kakinya bergetar. Tiba-tiba saja Jay merasa tak berdaya, bahkan untuk sekedar berdiri. Begitu aneh. Kata-kata takkan cukup menjabarkannya. Yang jelas Jay merasakan kehampaan ekstrim, kengerian yang lebih parah jika dibandingkan saat orangtuanya bercerai. Jay masih belum tahu apa itu.
Hembusan udara sedingin es melewati tubuh Jay yang kini berdiri tepat di depan gundukan tanah. Terdapat batu nisan bertuliskan 'Jake' di sana. Jay masih diam. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Kosong, seolah jiwanya telah pergi entah ke mana.
Tadi Haruto rela minta izin kepada dosen hanya untuk mengantar Jay ke tempat Jake dimakamkan. Haruto juga sempat berkata bahwa diam-diam ia mencintai Jake, hanya saja ia tak pernah berani mengutarakannya.
Kini Jay hanya seorang diri, menatap kosong kuburan Jake yang sedikit tertutupi salju tipis. Sudah satu jam lamanya Jay berdiri. Ia tak peduli jika cuaca yang dingin akan membuatnya jatuh sakit.
Tap
Tap
Tap
"Nak! Apa kamu temannya Jake?"
Suara serak wanita tua sama sekali tak mengejutkannya. Jay tetap anteng dengan apa yang dilakukannya sedari tadi. Namun saat wanita itu meletakkan bunga oleander di atas kuburan, barulah Jay tersadar dari lamunannya.
"Jake sangat suka bunga musim panas. Ada yang bilang bahwa 'Orang yang suka bunga musim panas akan mati di musim panas.' Omong kosong. Nyatanya cucuku mati di musim dingin." Wanita tua itu mulai meracau seorang diri.
"Anda siapa?" Tanya Jay pelan.
"Saya neneknya Jake."
Deg
"Apa kamu temannya Jake juga? Siapa namamu?" Lanjut si nenek.
"Y-ya. Nama saya Jay."
Wanita berumur lebih dari setengah abad itu mengulas senyum tipis. "Apa Jake pernah berbuat salah kepadamu?"
Jay menelan ludah susah payah, lalu menggeleng kecil. "Tidak. Jake orang yang sangat baik."
'Ya, Jake begitu baik sampai-sampai aku sanggup menghancurkannya dengan keji.'
"Syukurlah. Saya takut jika Jake pernah berbuat salah ke orang lain." Sang nenek mulai berjongkok, lalu mengusap batu nisan Jake. "Saya merasa bersalah karena tak bisa membahagiakannya. Oh cucuku yang malang, tolong maafkan nenekmu ini."
"Maaf nek, apa anda bisa ceritakan kepada saya sedikit tentang kehidupan Jake?"
"Tentu saja. Tapi ini cerita yang menyedihkan."
"Tak apa. Saya akan mendengarnya sampai habis."
Sebelum bercerita, si nenek menarik nafas sedalam mungkin. "Sejak kecil, Jake itu yatim piatu. Ibunya meninggal ketika melahirkan. Lalu ayahnya mati kecelakaan saat umur Jake baru menginjak satu tahun."
Baru awal cerita, namun sudah berhasil membuat Jay bungkam seribu bahasa. Ia pikir Jake berasal dari keluarga bahagia yang kesehariannya dipenuhi canda tawa. Ternyata Jay salah besar.
Cerita demi cerita terus dikeluarkan. Mulai dari Jake kecil sampai dewasa, di setiap hidupnya selalu dipenuhi oleh penderitaan serta kemalangan.
Jay lupa bahwa ia tidak melihat menggunakan kacamata dunia. Semua orang juga merasakan hidup, rasa sakit, dan penderitaan. Bukan cuma dirinya saja.
"Hiks... Maaf, saya tidak sanggup lagi." Tangis sang nenek pecah, terisak begitu hebatnya. Tak lama setelah itu si nenek pergi dengan air mata yang masih mengalir deras.
Duk
Jay terduduk lesu. Ia baru sadar akan perasaannya. Andai saja Jay tahu lebih awal bahwa perasaan aneh itu adalah kesedihan karena ditinggal oleh orang yang ia cintai.
Ya. Jay mencintai Jake.
Namun semua sudah terlambat. Pagi tak akan pernah datang menjemput Jake. Lelaki itu telah mati. Jay tidak akan pernah bisa melihatnya lagi.
Bajingan seperti Jay hidupnya lama. Yang mati terlebih dahulu pasti selalu orang baik dan lemah lembut.
--Jake itu orangnya baik dan lembut, makanya ia mati duluan.
"Jake.... Hiks maafkan aku... Ku mohon kembalilah! Aku sangat menyesal. Ayo kita mulai dari awal. Tidak akan ada kekerasan mulai sekarang. Aku akan melindungi dan menjagamu dari dunia yang kejam ini."
Jay memeluk erat batu nisan Jake. Menumpahkan segala tangis dan penyesalannya, seolah Jake akan kembali bangkit jika Jay melakukan itu.
"Suaramu... Biarkan aku mendengarkannya sekali lagi. Aku mohon..."
Tidak. Percuma saja. Semua telah terjadi. Satu-satunya yang tersisa hanyalah penyesalan.
"Jake telah mati."
"Apa? Kamu bercanda kan?!" Heeseung terkejut bukan main. Jake-nya, sahabatnya, cinta pertamanya, pelawak hidupnya, telah mati? Ini pasti hanya candaan garing Jay saja kan?!
"Tidak... Jake... Telah mati bunuh diri."
Siang itu selepas dari tempat pemakaman, Jay berhasil menembus pertahanan rumah Sunghoon yang melarang keras dirinya untuk bertemu dengan Heeseung.
Ya. Jay pikir Heeseung juga harus tahu tentang kematian Jake.
××~×~×~×~×~×~×~×~××
TBC 🌻

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (Not) Yours || HoonSeung [END]
Fanfiction[18+] atau mungkin [21+] Heeseung tak menyangka jika penolakan cinta yang ia lakukan akan membawanya ke dalam neraka buatan Sunghoon. Warning! BxB, abuse, violence, rape, etc.