Usai kelulusan, Ruschel dan Elena lebih sering menghabiskan waktu bersama. Merajut momen manis di setiap menit untuk sejarah percintaan mereka. Tidak hanya manis, tapi panas. Dalam arti saat-saat lebih intim. Seperti sekarang ini, di antara belasan mobil yang terparkir. Dalam keadaan setengah telanjang, mereka melakukan pergulatan di tengah sepinya area. Di dalam mobil mewah milik sang Don, di bagian jok penumpang belakang. Suara desahan dan erangan Elena memenuhi ruang mobil. Dilengkapi dengan kata-kata seksi yang Ruschel lontarkan sambil mendesah kenikmatan.
Elena memegang badan jok dengan kuat, menyeimbangi gerakan cepat yang dilakukan suaminya. Ruschel meniduri Elena dari belakang. Tangan kokoh Ruschel yang mencetak jelas otot-ototnya mencengkeram kuat rambut Elena, lalu beralih mencekik leher gadis itu dan tangan lainnya memegang pinggul Elena. Ruschel bergantian melihat kepala Elena dan batang panjangnya yang terus mendorong Elena. Benar-benar basah, tampak cairan berceceran di bawah. Ruschel lebih merapatkan Elena kepadanya dan lebih membungkuk untuk mencumbu bibir Elena. Ruschel kian mempercepat ritmenya dan mencapai klimaks. Ia peluk Elena erat-erat saat melepaskan ledakan dahsyat di dalam sana.
Napas mereka tersengal-sengal. Elena tersenyum puas. Dia benar-benar puas ketika ia berhasil membuat Ruschel menembaknya di dalam. Kemudian Ruschel mengeluarkan penisnya dan Elena berbalik untuk duduk di jok. Gadis itu terlihat lelah. Ruschel sampai memerah. Mereka berkeringat. Dikecupnya kening dan pipi Elena. Lalu pria itu mengambil kotak tisu, mengambil beberapa lembar tisu. Elena membiarkan Ruschel melebarkan kedua kakinya dan membersihkan area kewanitaannya yang amat basah itu. Usai Ruschel sekali lagi membersihkannya dengan tisu basah yang harum, ia menjilati organ kesayangannya dari istrinya itu dengan lembut.
"Fuck, I wanna make this beautiful pussy of mine wet again." Ruschel mendongak sambil menyeringai.
Elena tertawa kecil dan menarik kepala Ruschel agar mendekat ke wajahnya. "Beri aku jeda. Sungguh, kau melakukannya sangat luar biasa. Selalu. But now look, where are we. Kalau bukan karena kau memaksa, I won't let you fuck me here."
"Oh ... really? Tapi kau suka dipaksa, aku tahu itu." Ruschel mengecup bibir Elena. "Kau suka aku mendominasimu, mi amor."
"Uhmm ... mungkin." Elena tertawa malu-malu.
Mereka berciuman selama beberapa saat sebelum benar-benar turun dari mobil. Elena mematut dirinya di depan kaca mobil, memastikan penampilannya tidak berantakan. Ruschel memandangi gadisnya dengan tatapan terpesona. Sungguh, Elena benar-benar cantik.
Elena berbalik ke arahnya dan menunjuk ke kissmark yang ada di lehernya. "Lihat, kau tidak pernah untuk tidak meninggalkan jejak."
Ruschel terkekeh pelan, jari-jarinya perlahan melingkari leher Elena dengan lembut. Dia melirik tanda merah di leher Elena, seringai tersungging di bibirnya. Mengusap lembut tanda itu dengan posesif. "I love it, wife. Because it reminds you who you belong to. I mark my territory. Memastikan semua orang tahu kau telah dimiliki oleh seorang bajingan gila, pencemburu yang sangat mencintai istrinya."
"Shut up, Ruschel! You're not a bastard to me. Even though you are a big mafia boss." Elena menangkup rahang Ruschel, "tapi ... kau memang bajingan bagi orang lain."
Ruschel merengkuh pinggang Elena dan matanya menggelap. "Aku bajingan bagi semua orang karena mereka bukan dirimu, Elena. Hanya kau yang bisa melihat diriku yang sebenarnya, bagian yang mencintai tanpa syarat dan cemburu tanpa alasan." Dia mencium telinga Elena. "Only you."
Dengan canda Elena mendorong Ruschel. "Okay, aku merasa kau ingin menerkamku. Ayo, kita ke galeri! Bisa-bisa nanti kau akan meniduriku di latar ini sekarang juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
OWNED by a DON (Mafia Romance)
RomanceKecelakaan di pegunungan Alpen, membuat remaja bernama Elena diculik oleh Don mafia yang memiliki ambisi besar padanya. Ditandai oleh Don Ruschel sejak pertama pertemuan tidak sepenuhnya menyenangkan. Hidup bersama bos besar mafia seperti dia seakan...