Di ruangan yang cukup private, hanya ada mereka berdua, senja di luar jendela besar menebarkan cahaya keemasan yang lembut. Siluet Jungkook terlihat begitu tenang saat ia duduk di seberang Taehyung, tatapannya tak lepas dari wajah pria yang kini tengah menyendok makanannya dengan santai.
Jungkook tahu Taehyung masih menyimpan rasa cemburu sejak semalam. Itu terlihat dari cara Taehyung bersikap sejak tadi—sedikit lebih diam, sedikit lebih dingin. Tapi Jungkook tidak tergesa-gesa. Ia ingin menikmati momen ini, menikmati waktu bersama Taehyung tanpa harus terburu-buru atau merasa bersalah.
“Aku tahu kamu cemburu,” suara Jungkook terdengar lembut, tetapi penuh keyakinan.
Taehyung yang sedang menyeruput minumannya terhenti sesaat, menatap Jungkook dengan ekspresi datar. “Memangnya kenapa kalau aku cemburu?” tanyanya santai, seolah tak peduli.
Jungkook tersenyum kecil, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. “Kalau kamu cemburu, aku harus lebih berusaha meyakinkan kamu, kan?”
Taehyung mendengus pelan, menahan senyum yang hampir muncul di wajahnya. “Meyakinkan aku tentang apa?”
Jungkook tidak langsung menjawab. Ia justru mengambil sesuatu dari sakunya—sebuah kotak kecil berwarna hitam beludru. Dengan tenang, ia membuka kotaknya dan memperlihatkan sebuah cincin perak sederhana, tetapi begitu elegan dan berkelas.
“Aku ingin kamu punya ini.” Jungkook menatap Taehyung dalam-dalam, menyelipkan makna yang lebih dari sekadar hadiah biasa. “Aku tidak pernah memberikan sesuatu seperti ini pada Lisa. Hanya kamu.”
Taehyung terdiam. Matanya terpaku pada cincin itu, bukan karena nilainya, tetapi karena arti di baliknya.
“Kak…” suara Taehyung melemah, hatinya bergetar.
Jungkook menggenggam tangan Taehyung, menelusuri jari-jarinya sebelum dengan lembut menyematkan cincin itu di jari manisnya. Seakan menandai bahwa Taehyung adalah miliknya—bukan sekadar seseorang di sela-sela kehidupannya, tetapi seseorang yang benar-benar berharga.
“Ini bukan janji kosong,” Jungkook berbisik, “Ini pengakuan bahwa kamu adalah sesuatu yang lebih dari sekadar rahasia dalam hidupku.”
Taehyung menatap Jungkook, dan di bawah langit senja yang perlahan berubah warna, ia membiarkan dirinya tenggelam dalam momen itu. Tanpa kata, tanpa penolakan. Karena di dalam hatinya, ia tahu, ia telah jatuh terlalu dalam.
Jari-jari Jungkook masih menggenggam tangan Taehyung, ibu jarinya mengelus perlahan punggung tangan pria itu seakan ingin menanamkan rasa miliknya lebih dalam lagi. Taehyung hanya bisa menatap cincin yang kini melingkar di jarinya, lalu mengangkat wajahnya untuk menatap Jungkook—mata mereka bertemu, dan di sana, di dalam tatapan Jungkook, Taehyung melihat sesuatu yang lebih dari sekadar keinginan.
“Kenapa kamu melakukan ini?” suara Taehyung terdengar pelan, hampir seperti bisikan.
Jungkook tersenyum kecil, lalu berdiri dari tempat duduknya. Dengan perlahan, ia berjalan mengitari meja hingga berdiri di samping Taehyung. Tanpa peringatan, ia meraih wajah Taehyung dengan kedua tangannya, ibu jarinya menyapu lembut pipi pria itu sebelum akhirnya membungkuk, menyentuhkan dahinya ke dahi Taehyung.
“Aku ingin kamu tahu… aku lebih memilihmu.”
Jantung Taehyung berdetak kencang. Nafasnya tercekat saat jarak mereka semakin dekat, dan sebelum ia bisa berkata apa pun, bibir Jungkook sudah menyentuhnya—lembut, tapi menuntut. Ciuman itu dimulai dengan perlahan, seakan Jungkook ingin menikmati tiap detik sentuhan mereka. Namun, hanya butuh beberapa saat sebelum ciuman itu berubah lebih dalam, lebih mendominasi.
Jungkook menarik Taehyung dari kursinya, mendekap tubuhnya erat seakan tak ingin memberi celah sedikit pun. Salah satu tangannya melingkar di pinggang ramping Taehyung, menariknya lebih dekat hingga dada mereka saling bersentuhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lines of Fate
RandomHujan turun deras di atas Seoul, membasahi jendela kaca ruangan kerja Jaehon. Di tangannya, sebuah foto lama-wajah wanita yang pernah ia cintai, Jiwon. Kenangan itu kembali, bagaimana ia melepaskan Jiwon demi wanita lain, Tefa Park. Dengan pernikaha...