抖阴社区

Bab 24

679 60 4
                                    

Sore itu, langit memancarkan warna jingga yang lembut, menghamparkan ketenangan di atas sungai yang mengalir perlahan. Taehyung berdiri di tepi taman, tangannya tanpa sadar menggenggam batu kerikil kecil yang ia mainkan dengan ujung sepatu. Angin sore berembus lembut, menyapu helai rambutnya yang sedikit berantakan.

Ia tidak tahu harus merasa apa setelah menerima pesan dari Jungkook. Jungkook kembali. Jungkook ingin bertemu.

Langkah kaki terdengar mendekat, semakin lama semakin dekat. Taehyung tidak langsung menoleh. Ia hanya menatap pantulan cahaya senja di permukaan air, membiarkan pikirannya tetap berputar tanpa arah.

Lalu, dalam sekejap, tubuhnya tertarik ke dalam dekapan hangat.

Jungkook memeluknya erat—terlalu erat—seakan takut kehilangan lagi. Taehyung terkejut, tubuhnya menegang, ingin menarik diri, tetapi sesuatu dalam dirinya memerintahkan untuk tetap diam.

Lalu ia mendengar suara tangisan.

Jungkook menangis.

Tubuh lelaki itu sedikit bergetar, genggamannya semakin mengerat, seolah tidak ingin melepaskan Taehyung lagi. Taehyung menundukkan kepala, kebingungan. Sejak kapan Jungkook seperti ini?

"Jungkook… kenapa?" tanyanya pelan.

Jungkook tidak langsung menjawab. Ia melepaskan pelukannya perlahan, menatap Taehyung dengan mata yang memerah, basah oleh air mata. Dengan tangan yang gemetar, ia mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam mantelnya.

_"Taehyung…" Jungkook menyerahkan kertas itu, suaranya bergetar. "Lihat ini. Lihat apa yang seharusnya terjadi sejak awal."

Taehyung ragu sejenak, tetapi tetap mengambil dokumen itu. Matanya menyusuri deretan tulisan di atas kertas tua yang sudah menguning.

Mata Taehyung perlahan membesar. Nafasnya tercekat.

Namanya.

Namanya yang seharusnya berdampingan dengan nama Jungkook.

Dokumen perjodohan yang tidak pernah ia ketahui. Sebuah takdir yang sejak awal sudah ditentukan—tetapi disembunyikan darinya.

"Aku akan menikahimu, Taehyung," ujar Jungkook tegas, suaranya penuh kepastian. "Aku akan mengurus semuanya. Aku tidak peduli dengan masa lalu atau apa pun yang orang lain katakan. Yang penting bagiku sekarang… adalah kamu dan anak kita."

Taehyung tetap menatap dokumen di tangannya. Matanya mulai memanas. Bukan karena kebahagiaan, bukan karena harapan, tetapi karena kenyataan yang begitu pahit.

Kenapa baru sekarang?

Kenapa kebenaran ini baru datang ketika semuanya sudah terlalu jauh?

Jungkook kembali menariknya dalam pelukan. Taehyung bisa merasakan detak jantung lelaki itu yang berdegup kencang, penuh perasaan.

"Seharusnya dari awal kamu bersamaku," bisik Jungkook. "Seharusnya aku tidak pernah kehilanganmu."

Taehyung terdiam. Matanya tetap tertuju pada dokumen itu, tangannya sedikit bergetar.

"Dunia… seolah senang mempermainkanku," lirihnya.

Matahari perlahan tenggelam di balik cakrawala. Bersama dengan kebenaran yang akhirnya terungkap—terlambat, tetapi tidak sepenuhnya hilang.

Taehyung masih terdiam dalam pelukan Jungkook. Lelaki itu tidak kunjung melepaskannya, seolah ingin mengukirkan momen ini dalam ingatan selamanya. Taehyung bisa merasakan napas Jungkook yang sedikit tersengal, dadanya naik turun tidak teratur karena tangis yang belum sepenuhnya reda.

Hatinya terasa aneh.

Perlahan, Taehyung mengangkat tangannya, ragu-ragu sebelum akhirnya ia menyentuh punggung Jungkook dengan lembut. Ia membalas pelukan itu—tidak seerat Jungkook, tetapi cukup untuk memberikan kehangatan.

Lines of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang