Pada teriknya siang hari yang cukup tentram dan damai kali ini, kediaman mereka mendapat kejutan yang cukup menimbulkan huru-hara dan kericuhan menggelegar sampai mengguncang batin mungil mereka.
Seruan demi seruan saling bersahutan disusul jeritan melengking yang makin membuat suasana memanas dan membara.
"Nggak gitu, kocak. Manabisa dikasih minum begituan."
"Angkat gih, anying. Kasian tuh nangis terus."
"Aduh, nggakmau. Dia bau, ih."
"Ih, gelo. Ini gimane ganti pampersnya, anying."
"Echi, dia masih bayi ngapa lu mau kasih minum yogurt, kocak."
"Habisnya rewel mulu siapatau dia haus."
"Sumpah dah, kalian jangan teriak-teriak please. Gua yang babyblues lama-lama."
Gin yang baru saja tiba di rumah dibuat kebingungan dengan keramaian yang terjadi di ruang tengah. Tidak biasanya rumah mereka seramai ini. Apalagi samar-samar ada suara tangisan bayi yang membuat Gin makin tergesa mendekatkan diri ke kerumunan anggota keluarga nya.
"Kok gua kayak denger suara bayi dah?"
Sebagian dari mereka menoleh kearah Gin dan langsung menarik tangan sang tangan kanan panglima tol kiri untuk makin mendekat ke sumber kericuhan.
Seorang bayi yang terbalut pakaian cukup kotor tengah terbaring di sofa panjang mereka sambil mengeluarkan tangisan nyaring hingga membuat wajahnya memerah serta basah karena airmata dan keringat.
"Gin, tolong!"
"Sumpah gua nggaktau cara bikin dia berhenti nangis, anying."
"Gua takut salah gendong nih bayi ntar malah kepelintir."
"Coba kekep muka nya dah, Gin." Garin berucap dengan asal.
Semua anggota keluarga langsung menoleh kearah Garin dan menatapnya kaget. "Heh, Garin!" beberapa ada juga yang refleks memukuli Garin.
Mendengar kehebohan mereka pun membuat bayi itu makin menjadi-jadi nangisnya. Gin menghela nafas panjang lalu menoleh kearah Riji yang menggarukkan kepala bingung sambil berusaha menghibur si bayi yang masih belum berhenti menangis.
"Aduh, lu tuh mau nya apa dah. Nangis mulu, ngomong coba mau apaan." Riji berucap dengan frustasi yang terlihat kentara di wajahnya.
Gin berjongkok di hadapan sang bayi. Matanya menelisik memperhatikan pakaian bayi tersebut yang cukup kumal, pampers nya yang nampak penuh, dan juga tingkah bayi tersebut yang menggigiti jempolnya dengan risau.
"Gantiin pampers sama baju nya tuh. Sekalian buatin susu bayi, haus dia."
Krow menggeledah tas besar yang berada didekat bayi tersebut. Ia mengeluarkan beberapa pakaian dan menyerahkannya pada Gin.
"Yang mana?"
Gin menepuk keningnya pelan. "Yang mana aja bebas, tuh bayi cuma gerah karena baju nya kotor sama kebasahan keringat."
"Terus pampers nya?" Echi menyeletuk dari arah dapur sambil membawa botol dot yang sudah ia cuci.
"Ganti juga."
Beberapa anggota keluarganya mundur perlahan dari sang bayi. Mereka menjaga jarak agar tidak diberi perintah yang sudah dapat mereka tebak harus melakukan apa.
Gin mengernyitkan keningnya melihat respon anggota keluarganya. Ia menolehkan kepalanya kearah Riji yang tengah sibuk memainkan jemari mungil bayi tersebut sambil berusaha menenangkannya dengan cara shushing secara lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
And here how life is works for #GINJI.
FanfictionMengisahkan lika-liku kehidupan dari karakter Gin Geheboi dan Riji Cassanova dalam rangkaian kisah ciptaan sang penulis berbentuk oneshoot tiap chapternya. [-terkemas dengan edisi masih memijaki kota tokyo dan kala]