抖阴社区

??????

52 3 0
                                        

Halo, pembaca kece! 🚀✨
Selamat datang di dunia Boy & Senja, di mana cinta, dendam, dan masa lalu bertemu dalam satu cerita yang seru (dan kadang bikin greget!). Siapin mental dan hati, karena perjalanan ini bakal naik turun kayak roller coaster! 🎢🔥

⚠ WARNING! BACA SEBELUM LANJUT! ⚠
🔹 Cerita ini murni hasil karangan sendiri. Semua karakter, alur, dan dunia di dalamnya adalah hasil imajinasi dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan nyata.
🔹 Dilarang keras plagiat, repost, atau mengambil bagian dari cerita ini tanpa izin! Hargai karya penulis, ya! 🚫❌
🔹 Mengandung adegan kekerasan, perundungan, dan konflik yang TIDAK BOLEH ditiru di dunia nyata! Semua hanya untuk kepentingan cerita. Kalau merasa tidak nyaman, baca dengan bijak!

Sekarang, duduk santai, siapin camilan favorit, dan nikmati kisah ini.

Happy reading, bestie! 📖💖

𓂃 ࣪˖ 𓆩𓆪 ˖ ࣪ 𓂃

Dari luar, keluarga Valtan tampak sempurna. Sebuah keluarga terpandang dengan kekayaan yang tak terhitung. Senyuman ramah yang dilemparkan pada setiap tamu, rumah megah bak istana, serta keharmonisan yang terlihat begitu nyata. Semua orang berpikir bahwa keluarga ini adalah lambang kesuksesan dan kebahagiaan.

Namun, di balik dinding megah yang menjulang tinggi itu, tersembunyi kisah yang tak seindah kelihatannya.

Boy Zayendra Valtan-putra tunggal dari keluarga kaya raya itu-hidup dalam keterasingan di rumahnya sendiri. Di mata dunia, ia hanyalah pewaris yang memiliki segalanya. Namun, yang tak mereka lihat adalah kesepian yang menggerogoti hatinya, luka-luka yang tak bisa sembuh hanya dengan harta, dan rasa haus akan kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan.

Dane Alaric Valtan- Papahnya, seorang pria keras dan ambisius, tak pernah melihatnya lebih dari sekadar penerus nama keluarga. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah perintah, setiap tatapan matanya penuh dengan tuntutan. Dan jika Boy melakukan kesalahan, hukuman akan datang tanpa ampun-baik dengan kata-kata yang menusuk hati maupun pukulan yang meninggalkan lebam di tubuhnya.

Mamahnya, seorang model cantik yang dikagumi banyak orang, terlalu sibuk dengan dunia glamornya. Senyumnya yang terpampang di majalah-majalah fashion tak pernah benar-benar diberikan pada anaknya. Kehadirannya di rumah hanyalah bayangan-terlihat, namun tak pernah benar-benar ada. Boy hanya bisa melihat punggung ibunya yang semakin menjauh, membawa pergi harapan kecilnya untuk dicintai.

Malam-malam Boy dipenuhi dengan isak tangis yang tertahan. Rasa sakit yang ia simpan sendiri. Di ruangan yang luas dan dingin itu, ia hanya bisa memeluk dirinya sendiri, berharap ada seseorang yang akan datang dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi harapan itu selalu pupus.

Di balik kekayaan yang melimpah, di balik rumah yang mewah, Boy tidak memiliki apa-apa.

Hujan turun. Deras.


Tetesannya beradu dengan jendela kaca, menciptakan irama samar yang menggema di ruangan yang gelap. Boy duduk di sudut ranjang, membiarkan dingin malam merasuk ke dalam kulitnya. Tangannya menggenggam sesuatu dengan erat-sebuah liontin berbentuk hati yang sudah usang.

Dengan perlahan, ia membukanya. Di dalamnya, ada dua wajah kecil yang tersenyum ceria. Seorang bocah laki-laki dengan mata penuh luka, dan seorang gadis kecil dengan tatapan hangat yang seolah ingin merangkul dunia.

"Boy, kalau aku pergi... kamu nggak bakal lupa aku, kan?"

Suara itu menggema di kepalanya. Begitu nyata. Seakan gadis kecil itu masih berdiri di hadapannya, menatapnya dengan mata penuh harapan.

"Aku nggak mau kamu pergi, Sen."

Saat itu, Boy masih terlalu kecil untuk memahami arti kehilangan. Yang ia tahu, Senja adalah satu-satunya orang yang selalu ada untuknya. Saat teman-temannya menjauhinya, Senja datang menghampiri. Saat ia diabaikan, Senja berbagi bekalnya. Saat ia dipukul dan dimaki di rumah, Senja memeluknya dan berkata semuanya akan baik-baik saja.

Tapi tidak. Tidak ada yang baik-baik saja.

Boy menutup liontin itu dengan gemetar. Rahangnya mengatup rapat, menahan napas yang tiba-tiba terasa berat.

Di rumah ini, ia tumbuh dalam luka.

Teriakan. Piring pecah. Bentakan kasar yang merobek malam.

Boy tidak perlu melihat untuk tahu apa yang terjadi di luar kamarnya. Ayahnya pasti sedang mengamuk lagi, mungkin karena hal sepele, mungkin karena pekerjaannya, atau mungkin... hanya karena ia ingin menghancurkan sesuatu.

"Clara! Jangan sok suci, ya! Kamu pikir Saya nggak tahu apa yang kamu lakukan di belakang saya?!"

"Aku yang sok suci?! Kamu yang selingkuh, Mas Alaric! Kamu yang punya anak dari perempuan lain!"

Suara tamparan keras terdengar. Disusul jeritan ibunya.

Boy mengepalkan tangannya begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Napasnya mulai memburu. Ia ingin lari, ingin kabur dari neraka ini. Tapi ke mana?

Ia tahu sebentar lagi pintu kamarnya akan terbuka.

Satu... dua... tiga...

Brak!

Pintu kamar Boy terhempas keras. Sosok pria tinggi dengan mata merah karena amarah berdiri di ambangnya. Nafasnya berat, tangannya masih bergetar karena emosi.

"Dasar bocah nggak berguna! Ini semua salah kamu!"

Boy tak sempat berpikir sebelum tamparan itu mendarat di pipinya. Tubuhnya terhuyung ke lantai, kepalanya membentur keras, tapi ia sudah terlalu terbiasa dengan rasa sakit ini.

"Gara-gara kamu, Mamah kamu jadi sok menantang! Gara-gara kamu, hidup Saya jadi berantakan!"

Tendangan keras menghantam perutnya. Boy menggigit bibirnya, menahan teriakan yang ingin keluar. Ia tidak akan menangis. Tidak akan memberikan kepuasan bagi pria itu.

Pintu kamar terbuka lagi. Bu Fira dan Pak Akbar berlari masuk.

"Pak! Jangan sakiti Tuan Muda!" Bu Fira langsung berusaha menarik tubuh kecil Boy ke dalam pelukannya. Pak Akbar berdiri di antara mereka dan sang ayah, mencoba melindungi Boy dengan tubuh besarnya.

"Cukup, Pak! Dia masih anak-anak!" bentak Pak Akbar.

Ayah Boy menggeram marah. "Jangan ikut campur! Dia anak Saya! Saya yang berhak ngasih dia pelajaran!"

"Itu bukan pelajaran, Pak. Itu penyiksaan!" suara Bu Fira bergetar, tapi tangannya tetap memeluk Boy erat.

Boy hanya diam. Matanya kosong. Tubuhnya kaku.

Di balik lengan Bu Fira yang melindunginya, Boy mencengkeram liontin di tangannya.

Ia merindukan Sen. Merindukan pelukan gadis itu yang selalu bisa menghapus semua luka.

Tapi Sen sudah pergi.

Dan Boy... harus bertahan sendirian.

Sejak hari itu, Boy belajar satu hal:

Jangan pernah berharap pada siapa pun. Karena pada akhirnya, semua orang akan pergi.

𓂃 ࣪˖ 𓆩𓆪 ˖ ࣪ 𓂃

Udah kelar bacanya?
Wah, kalau gitu Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa tinggalkan komentar, vote, dan share kalau kamu suka.

Aku tunggu pendapat kalian di bawah.
See you, bestie! 💖🔥

BOY & SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang