Jemari Renata terus mengusap perutnya berulang kali lalu tersenyum.
"Ayah benar, aku harus kuat demi Arjuna, Andreas dan calon anak yang masih dirahimku," gumamnya sembari memeluk erat Lionel.
Pembicaraan mereka terputus saat dokter keluar dari kamar, wajahnya tampak lelah. Mungkin karena diganggu tengah malam, tapi senyuman di wajahnya membawa angin sejuk pada relung hati mereka berdua.
"Pak Arjuna hanya kelelahan, mengingat trauma yang dia jalani ini hal yang wajar terjadi. Dukungan dari keluarga terdekat akan sangat berarti untuk kesehatan mentalnya. Penting untuk mencari pertolongan dari tenaga profesional, seperti psikolog atau psikiater. Keduanya bergerak di bidang kejiwaan dengan peran yang berbeda."
Renata dan Lionel masih mendengar seksama dalam diam, membiarkan penjelasan kembali berlanjut.
"Psikolog akan berfokus pada pelayanan konseling non-medis, jadi tidak diberi obat, melainkan mengatasi masalah kesehatan mental dengan cara konseling, berdiskusi tentang masalah yang dialami dan berfokus mengubah pola pikir negatif pasien. Sementara psikiater menangani pasien dengan gangguan kesehatan mental yang butuh pengobatan lebih lanjut."
Keringat dingin mulai menjalar di sekujur tubuhnya, membuatnya ling-lung kebingungan, hingga Lionel menggenggam tangannya erat.
"Baik, jadi sekarang kondisi Arjuna baik ya? Kami tidak perlu bawa ke rumah sakit?" tanya Lionel mencoba memastikan.
Senyuman terukir di wajah renta pria dengan kemeja berwarna kuning dan celana hitam panjang itu, "Dari kondisi beliau sekarang masih bisa dirawat di rumah, pak Lionel. Pak Arjuna mengalami dehidrasi sehingga beliau cukup lemas, saya sudah menuliskan resep obat untuk beliau konsumsi, ada elektrolit yang berfungsi untuk mengganti cairan, cukup diberikan sedikit tapi sering. Selain itu, obat elektrolit ini hanya bisa digunakan dalam kurun waktu 24 jam setelah dibuka botolnya. Ada juga vitamin untuk stamina yang saya resepkan, bisa diberikan sekali sehari saja nanti setelah makan," jelasnya sambil menyerahkan selembar resep pada Lionel.
Kening Renata berkerut, mencoba memahami penjelasan dokter yang sebenarnya tidak sulit, hanya saja dia terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini, "Suami saya kenapa ya, dokter?"
"Ada beberapa faktor yang menyebabkan kelelahan ini, salah satunya stress dari trauma yang dialami, serta kekurangan nutrisi dari makanan."
Mendengar penuturan ini membuat perasaan Renata semakin sedih, menyadari dia juga ikut andil membuat suaminya stress, sehingga dia tidak menjaga dirinya dengan baik.
Lionel mengangguk paham, "Situasi cukup kacau, dokter. Kami kesulitan membujuknya makan atau sekedar keluar dari kamar. Dia menutup dirinya setelah kami tiba di rumah beberapa hari yang lalu, sejak kejadian itu terjadi."
Pria renta itu tersenyum prihatin, "Dukungan dari keluarga sangat berarti untuk pasien, saya harap bisa dipertimbangkan untuk konseling dengan psikolog. Jika membutuhkan privasi, saya ada kenalan psikolog yang bisa datang ke rumah. Jika pak Lionel dan bu Renata berkenan, saya akan kirimkan kontak rekan kerja saya di rumah sakit. Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?"
Mereka berdua kompak menggeleng, membiarkan dokter pergi dari rumah ini. Sebelum kembali ke kamar, Renata membuka kamar Andreas terlebih dahulu. Senyumnya terukir menyadari Andreas masih belum terlelap. Anak manis itu tengah duduk di atas kasur, menatap ke jendela sembari memeluk kedua lutut.
Sunyi, Andreas bahkan tidak menyadari jika Renata sudah masuk ke dalam kamarnya. Perlahan dia mengetuk pintu, membiarkan Andreas tahu jika ada orang lain di kamar. Dia menoleh ke arah pintu dan matanya berbinar menyadari siapa yang mendatanginya.
"Mama?" ucapnya pelan, badannya mulai gemetar dan air mata mulai mengalir.
"Oh, sayangnya mama," balasnya sembari melebarkan kedua tangan hendak merengkuh anak yang sudah lama belum dijumpainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Hatimu yang Hancur Karenaku (TAMAT)
Romance[Cerita ini diikutkan dalam Ngabubuwrite ft FTV Series ] Setelah kejadian penyusupan yang membuat Renata terluka, mereka mulai menata kembali pekerjaan dan hidup berumah tangga yang sempat runyam. Namun, siapa sangka jika Arjuna akan kembali bertem...