抖阴社区

??????? ? - ????????? ????? ?????????

Mulai dari awal
                                        

Senja nggak tahu siapa mereka, dan sejujurnya, dia juga nggak peduli. Selama mereka nggak mengganggunya, maka nggak ada alasan untuk takut.

Dia menarik napas pelan, berusaha menenangkan diri, lalu melanjutkan langkahnya.

Satu-satunya yang ada di pikirannya sekarang adalah: pergi ke supermarket secepat mungkin.

Sementara itu, sosok yang berdiri di garis depan geng motor tetap tak bergeming. Dia tidak sadar bahwa seseorang dari masa lalunya baru saja melewatinya.

Udara malam terasa panas meskipun angin berhembus pelan. Jalanan sepi ini berubah jadi medan perang antara dua geng motor. Lions of The Road di satu sisi, Kala Rajawali di sisi lain.

Mereka saling berhadapan, saling menatap penuh kebencian.

"Kali ini lo bakal gue hancurin, Boy," suara Ali menggema di antara mereka.

Boy menatapnya dengan datar, sementara gengnya berdiri di belakangnya, siap bertarung kapan saja.

"Apa lo takut?" Ali menantang.

Varo tertawa kecil di samping Bian, lalu dengan santainya nyeletuk, "Eh, Ali, lo masih kuat ngomong? Gue kira lo udah sibuk cari perhatian ke bokap Boy biar diakuin jadi anak sah."

Suasana langsung berubah tegang.

Mata Ali menyala penuh amarah. Rahangnya mengeras. "APA LO BILANG?!"

Bian menghela napas, seolah sudah terbiasa dengan kebiasaan Varo yang doyan ngomporin orang. "Lo cari mati, Ro."

Tapi Varo malah nyengir puas. "Gue cuma ngomong fakta, sih."

Ali langsung melemparkan pukulan pertama—dan itulah tanda pertarungan dimulai.

Brak!

Salah satu anak buah Ali langsung menyerang Boy, tapi Boy dengan cekatan menghindar dan melayangkan sikutan keras ke rahang lawannya. Orang itu tumbang seketika.

Di sisi lain, Varo sibuk menghindari dua orang sekaligus, masih sempat ketawa-tawa sambil menghindar. "Eh, kalau lo pukul kena gue, gue sumpahin lo jomblo seumur hidup!"

Sementara itu, Bian langsung melumpuhkan lawannya dalam dua pukulan telak. "Udah, Ro. Cepetin, biar kita bisa pulang."

Namun, puncak pertarungan ada di antara Boy dan Ali.

Mereka sudah saling tahu cara bertarung satu sama lain. Ali melemparkan pukulan, Boy menangkis. Boy menyerang balik, Ali mundur dan melindungi diri. Tapi dari awal, Boy lebih unggul.

Satu pukulan kuat mendarat di perut Ali, membuatnya mundur beberapa langkah sambil terbatuk.

"Lo lemah," suara Boy rendah, matanya tetap dingin.

Ali menyeringai penuh amarah. "Kita lihat nanti."

Saat Boy melangkah maju, tiba-tiba—

Brak!

Sebuah pukulan telak menghantam rahang Boy.

Ali mengambil kesempatan ketika Boy lengah dan menghajarnya tanpa ampun.

Boy terhuyung mundur. Darah merembes dari sudut bibirnya. Tapi sebelum dia bisa membalas, Ali langsung menghantamnya lagi—pukulan keras di pipi, di perut, lalu satu tendangan ke dadanya.

Boy jatuh tersungkur ke tanah.

Ali tidak membuang waktu. Dia langsung naik ke atas Boy, menekan tubuhnya ke tanah, lalu melayangkan pukulan bertubi-tubi ke wajahnya.

Brak! Brak! Brak!

Boy merasakan kepalanya berdenyut. Darah mulai mengaburkan pandangannya.

"Lihat lo sekarang," Ali mencibir sambil menarik kerah baju Boy, mendekatkan wajahnya. "Dari kecil lo selalu lebih hebat dari gue. Selalu satu langkah di depan. Tapi sekarang? Lo ada di bawah gue, Boy."

BOY & SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang