Boy mencoba menendang, tapi tenaganya sudah terkuras.
"Lo pikir lo bisa terus menang?" Ali kembali menghantam wajah Boy dengan kepalan tangannya yang sudah berlumuran darah.
Boy hampir kehilangan kesadaran.
Senja berjalan cepat di trotoar, membawa kantong belanjaan di tangannya. Awalnya, dia pikir geng motor tadi sudah bubar, tapi ternyata dugaannya salah.
Begitu sampai di ujung jalan, matanya melebar.
Ada perkelahian.
Jantungnya berdegup kencang saat melihat dua kelompok saling bertarung, dan yang paling menarik perhatiannya adalah dua orang di tengah yang bertarung paling sengit.
Matanya fokus pada satu orang.
Laki-laki itu… dihajar habis-habisan oleh musuhnya.
Senja tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena pencahayaan jalanan yang minim, tapi perasaannya tidak enak.
"Apa yang harus aku lakuin?" gumamnya panik.
Dia tidak bisa berteriak meminta tolong. Tidak ada orang lain di sekitar.
Pilihan pertama adalah pergi. Tapi…
Matanya kembali menatap laki-laki itu.
Sekuat tenaga, dia mencoba menenangkan napasnya, lalu bergegas bersembunyi di balik pohon besar di tepi jalan.
Tangan Senja gemetar saat mengeluarkan handphone dari dalam tasnya. Ia membuka YouTube, mengetik sesuatu, lalu menekan tombol play.
WEEOOWW— WEEOOWW— WEEOOWW!
Suara sirene polisi menggema di udara.
Seketika, semua orang panik.
Anak buah Ali langsung menoleh ke segala arah, mencari sumber suara itu. Udara malam masih terasa panas meskipun angin berhembus pelan. Jalanan sepi ini baru saja menjadi medan perang antara dua geng motor. Lions of The Road dan Kala Rajawali.
Pertarungan brutal itu berakhir begitu saja setelah suara sirene polisi tiba-tiba terdengar.
"Polisi! Kabur!"
Anak-anak geng Kala Rajawali langsung panik, lari ke arah motor mereka dan tancap gas. Ali sempat menatap tajam ke arah Boy yang terkapar di tanah, lalu ikut pergi dengan wajah penuh amarah.
Bian dan Varo langsung bergegas membantu Boy bangun.
"Lo nggak apa-apa, Boy?" tanya Bian, nada suaranya lebih serius dari biasanya.
Varo menahan tawa, meskipun wajahnya masih deg-degan. "Gila sih, hampir aja lo tamat di tangan bocah haram itu."
Boy hanya menghela napas panjang, tangannya menyeka darah di sudut bibirnya.
Namun, saat dia berdiri, matanya tanpa sengaja melirik ke arah pohon besar di pinggir jalan.
Ada seseorang di sana.
Sosok itu mencoba bersembunyi, tapi dia terlambat. Boy sudah melihatnya.
Alisnya berkerut. Siapa dia?
Tanpa menjawab pertanyaan Bian dan Varo, Boy langsung melangkah mendekati pohon itu.
𓂃 ࣪˖ 𓆩⟡𓆪 ˖ ࣪ 𓂃
Senja masih menahan napas di balik pohon besar. Jantungnya masih berdetak kencang setelah nekat membunyikan sirene polisi dari ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BOY & SENJA
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBAGAI UANG PARKIR] Ada luka yang tak bisa dilihat. Ada kenangan yang tak bisa dihapus. Ada nama yang terus bergema dalam ingatan, meskipun pemiliknya sudah lama menghilang. Boy Zayendra Valtan tumbuh dengan kepalan tangan dan luka y...
??????? ? - ????????? ????? ?????????
Mulai dari awal