抖阴社区

Bab 21: Mencari Perlindungan dalam Kegelapan

47 1 0
                                        

Malam itu, Anya tidak bisa memejamkan mata. Bayangan hitam dan hawa dingin yang menusuk masih terasa jelas dalam ingatannya. Ia tahu ia tidak bisa menghadapi makhluk itu sendirian. Ia membutuhkan bantuan, atau setidaknya informasi lebih lanjut tentang cara menghadapinya.

Pagi harinya, Anya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada ibunya. Meskipun ia takut ibunya akan khawatir atau tidak percaya, ia merasa tidak punya pilihan lain. Ia tidak bisa menyimpan rahasia tentang makhluk berbahaya yang ada di taman belakang rumah mereka.

Setelah sarapan, Anya menghampiri ibunya yang sedang menyiram tanaman di teras depan. Ia menarik napas dalam-dalam dan mulai bercerita dengan hati-hati.

"Ma," panggil Anya dengan nada serius. "Ada yang mau Anya ceritain."

Ibu Rina menghentikan kegiatannya dan menatap Anya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Sayang? Kamu kelihatan tegang."

Anya menceritakan tentang bayangan hitam yang sering ia lihat di taman belakang rumah, tentang hawa dingin yang ia rasakan, dan tentang sensasi aneh saat bayangan itu mendekat. Ia juga menceritakan tentang buku tua yang ia temukan dan informasi mengerikan tentang "penjaga kegelapan" yang memakan energi kehidupan.

Awalnya, Ibu Rina terlihat tidak percaya dan mengira Anya hanya bermimpi atau terlalu banyak menonton film horor. Namun, saat Anya menceritakan tentang hawa dingin yang sama yang pernah dirasakan ibunya beberapa waktu lalu di taman, Ibu Rina mulai terlihat lebih serius.

"Kamu yakin itu bukan cuma perasaan kamu aja, Nya?" tanya Ibu Rina dengan nada khawatir.

"Nggak, Ma. Anya yakin banget. Anya bahkan sempat 'bicara' sama bayangan itu, meskipun cuma dalam hati. Terus Anya juga ngerasa kayak ada yang narik energi Anya pas bayangan itu deket," jelas Anya dengan sungguh-sungguh.

Ibu Rina terdiam sejenak, tampak berpikir keras. Ia mengingat kembali cerita neneknya tentang kemampuan keluarga mereka dan tentang bahaya yang mungkin mengintai.

"Kalau memang benar ada makhluk seperti itu di taman kita..." kata Ibu Rina dengan nada cemas, "...kita harus hati-hati sekali, Nya."

"Terus, kita harus gimana, Ma?" tanya Anya dengan nada khawatir. "Apa Mama tahu cara ngelawan makhluk kayak gitu?"

Ibu Rina menggelengkan kepalanya. "Mama nggak tahu, Sayang. Nenek dulu cuma cerita sekilas dan Mama nggak terlalu memperhatikannya. Mama nggak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi."

Anya merasa sedikit kecewa, tapi ia mengerti bahwa ibunya juga tidak memiliki jawaban untuk ini.

"Tapi, Ma," lanjut Anya, "di buku itu ada dibilang kalau makhluk itu terikat sama pohon beringin tua di belakang. Apa mungkin kita bisa... menebang pohon itu?"

Ibu Rina tampak terkejut dengan usulan Anya. "Menebang pohon beringin tua? Itu kan pohon yang sudah lama sekali ada di sana. Kakek kamu dulu sangat menjaganya."

"Tapi kalau pohon itu bahaya, Ma?" desak Anya. "Kita harus lindungi diri kita dan Lala sama Dinda."

Ibu Rina menghela napas panjang. Ia tampak bimbang. "Mama nggak yakin menebang pohon itu adalah solusi yang tepat, Nya. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi kalau pohon itu ditebang. Bisa jadi malah lebih berbahaya."

"Terus kita harus gimana, Ma?" Anya merasa frustrasi.

"Kita coba cari informasi lain dulu ya, Nya," kata Ibu Rina akhirnya. "Mungkin ada cara lain untuk menghadapi makhluk itu tanpa harus menebang pohon. Mama akan coba ingat-ingat lagi semua cerita dari Nenek. Kamu juga coba cari informasi lagi di buku-buku kamu."

Anya mengangguk setuju. Ia merasa sedikit lega karena ibunya akhirnya percaya padanya dan bersedia membantunya mencari solusi.

Mulai hari itu, Anya dan ibunya mulai mencari informasi tentang cara menghadapi makhluk kegelapan seperti yang ada di taman belakang rumah mereka. Anya kembali membaca buku-buku kuno yang ia temukan, sementara Ibu Rina mencoba mengingat-ingat semua cerita yang pernah diceritakan oleh neneknya.

Mereka menemukan beberapa petunjuk yang samar-samar. Beberapa cerita menyebutkan tentang penggunaan garam, air suci, atau tanaman-tanaman tertentu untuk mengusir makhluk jahat. Ada juga cerita tentang ritual khusus yang bisa dilakukan untuk mengikat atau menghancurkan makhluk kegelapan.

Anya dan ibunya mencoba beberapa cara yang mereka temukan. Mereka menaburkan garam di sekeliling pohon beringin tua, menyiramkan air yang sudah didoakan, dan menanam beberapa jenis tanaman yang konon bisa menangkal energi negatif.

Namun, bayangan hitam itu tetap muncul setiap malam. Hawa dingin masih terasa, dan Anya masih merasakan sensasi aneh jika bayangan itu mendekat. Sepertinya cara-cara biasa tidak mempan untuk makhluk ini.

Anya merasa semakin putus asa. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia takut makhluk itu akan semakin kuat dan mulai mengancam keluarganya.

Suatu malam, saat Anya sedang termenung di kamarnya, ia teringat akan sesuatu. Di buku tua yang ia temukan, ada beberapa simbol aneh yang digambarkan di dekat gambar bayangan hitam. Anya tidak terlalu memperhatikannya saat itu, tapi sekarang ia merasa simbol-simbol itu mungkin memiliki arti penting.

Anya kembali mengambil buku itu dan mencari halaman yang bergambar bayangan hitam. Ia mengamati simbol-simbol di sekitarnya dengan seksama. Beberapa simbol terlihat seperti huruf-huruf kuno yang tidak ia kenali. Ada juga simbol-simbol yang berbentuk geometris dan tampak memiliki pola tertentu.

Anya mencoba menggambar ulang simbol-simbol itu di selembar kertas. Ia merasa ada sesuatu yang menarik tentang bentuk dan polanya. Mungkin simbol-simbol ini adalah kunci untuk mengalahkan atau mengendalikan makhluk kegelapan itu.

Anya memutuskan untuk mencoba mencari tahu arti dari simbol-simbol itu. Ia kembali mencari informasi di internet dan di buku-buku tentang simbol-simbol kuno dan bahasa Jawa kuno. Ia berharap bisa menemukan petunjuk yang bisa membantunya menghadapi bayangan hitam di taman belakang rumahnya.

Bersambung...

Exchanging SoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang