抖阴社区

13 - Souta -

610 93 0
                                        

Sinar matahari menembus jendela-jendela kelas kosong, memantul di atas meja-meja yang ditinggalkan penghuninya. Semua siswa sedang berbaris rapi di lapangan, mengikuti upacara bendera yang berlangsung di bawah terik matahari yang membakar kulit dan menusuk tulang.

Sudah lebih dari setengah jam Kepala Sekolah berdiri di atas podium, menyampaikan pidato Senin paginya yang terasa tak ada ujung. Di barisan belakang, berdiri para anggota PMR—siaga dengan tas medis mereka, siap menangani siapa pun yang mungkin tumbang karena panas atau kelelahan.

Di antara lautan seragam itu, berdirilah Souta—siswa berprestasi yang dikenal bukan karena kelakuannya, melainkan karena kemampuannya yang gemilang, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Sayangnya, perilaku Souta jauh dari kata ideal. Ia dikenal sering tidur di kelas, bahkan tak segan bolos jika merasa bosan.

Kini, dia berdiri di barisan paling belakang, bersandar malas pada batang pohon, mencoba mencuri teduh di tengah cuaca yang kejam.

"Souta, lu gak ke depan?" tegur seseorang dengan nada sewot. Petugas PMR—Echi, saudara kembarnya sendiri.

Souta hanya melirik sekilas, lalu memejamkan mata kembali. "Ngapain? Panas," jawabnya datar.

Echi mendengus, tampak muak dengan sikap adiknya yang tak berubah.

Tiba-tiba suara lembut memecah keheningan, menghampiri mereka seperti angin sejuk di tengah gerah.

"Echi, ini... aku mau nyari perban, di mana ya? Aku tadi gak sengaja jatuh."

Souta membuka sedikit matanya. Bukan. Itu bukan suara Echi. Bukan suara cempreng seperti piring pecah yang biasa ia dengar tiap hari. Ini... berbeda. Lembut. Merdu.

Dia menoleh. Seorang perempuan berdiri di hadapannya—rambut hitamnya terikat ponytail, wajahnya manis, dan senyumnya... ah, senyumnya seperti menampar kesadarannya.

"Oh, sini. Aku bersihin dulu," sahut Echi, lalu segera membawa gadis itu pergi menjauh.

Souta menatap punggung mereka yang menghilang di antara kerumunan. Sekilas, lalu terucap gumam lirih dari bibirnya.

"Itu... bidadari, ya?"

....

Suara riuh rendah terdengar hingga ke koridor sekolah. Kelas itu dikenal sebagai yang paling pintar... namun juga paling berisik. Tawa, teriakan, dan suara kursi diseret seperti orkestra kacau yang tak pernah diam. Jelas berbeda dengan Souta, yang justru sudah tertidur pulas di meja paling pojok, kepalanya tenggelam di antara lengan dan buku yang terbuka.

"Weh, siapa yang ambil pulpen gua?" teriak seorang siswa di tengah keributan.

Namun seketika, pintu kelas terbuka. Seorang guru masuk tanpa mengetuk. Dan dalam hitungan detik, suasana kelas membeku. Sunyi. Bukan karena hormat... tapi karena bingung. Guru ini tidak seharusnya berada di sini. Jadwal tidak mencatat ada pelajaran nya saat ini.

"Baik, anak-anak," ujar guru itu, suaranya tegas tapi lembut. "Hari ini Ibu ingin memperkenalkan guru baru kalian. Silakan, masuk."

Seorang perempuan melangkah ke dalam kelas.

Tubuhnya mungil, lebih cocok disebut mahasiswi daripada guru. Rambut hitamnya diikat sederhana, dan gaya berpakaiannya pun kasual tapi rapi. Tatapan matanya tajam, tapi senyum di bibirnya menghangatkan suasana.

Di pojok ruangan, Gin—teman sebangku Souta—mendorong pelan bahu temannya yang masih tertidur.

"Oi, bangun. Guru baru, bro," bisiknya.

Souta hanya mengangkat kepalanya sebentar, mata masih tertutup, malas dan enggan.

"Baik, ini guru baru kalian. Saya tinggal dlu ya, bu. Silahkan memperkenalkan diri," ucap sang guru yang langsung pergi keluar dari kelas.

TNMC X YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang